10 Contoh Renungan Natal 2023 yang Singkat dan Penuh Makna

10 Contoh Renungan Natal 2023 yang Singkat dan Penuh Makna

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Senin, 18 Des 2023 23:00 WIB
Ibadah Malam Misa Natal di Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Makassar.
Foto: Ibadah Malam Misa Natal di Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Makassar. (Rasmilawanti/detikSulsel)
Makassar -

Renungan Natal atau khotbah Natal adalah salah satu bagian ibadah umat Kristen yang dijalankan dalam perayaan Natal. Berikut beberapa contoh renungan Natal 2023 yang singkat dan penuh makna dan bisa dijadikan sebagai referensi.

Hari Natal diperingati pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Pada momen sakral ini, renungan Natal yang dibacakan pendeta biasanya berisi pesan-pesan rohani untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Nah, bagi pendeta yang bertugas membacakan renungan Natal, berikut ini kumpulan contoh renungan Natal 2023 yang singkat dan penuh makna seperti dikutip detikSulel dari situs Greja Kristen Jawi Wetan dan Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Renungan Natal 2023 #1

Judul: Nantikan Kedatanganku Dusunku

Bacaan: Kisah Para Rasul 7:59-8:8

ADVERTISEMENT

Judul di renungan kita merupakan lirik dari lagu Natal Di Dusun Kecil yang dinyanyikan oleh Charles Hutagalung. Tersurat adanya keinginan yang tumbuh dari dirinya sendiri untuk melakukan perjalanan ke dusun yang menjadi tempat asalnya. Sambil berharap bisa merasakan kembali suasana yang syahdu. Berbicara tentang perjalanan, masih dalam suasana Natal, kita dibawa kepada kisah Yusuf dan Maria. Ambil contoh, mereka melakukan perjalanan dari Nazaret ke Betlehem. Apakah suasananya juga syahdu seperti lagu di atas? Kenyataannya berbeda. Yusuf dan Maria berangkat atas dasar perintah Kaisar Agustus dan mengalami situasi ketiadaan tempat untuk menginap. Adapun, sebagaimana yang kita imani, perjalanan berjerih lelah ini sangat bermakna dalam kelahiran Yesus Sang Juru Selamat.

Hari ini kita diingatkan tentang perjalanan Filipus. Dia berkeliling hingga di tanah Yudea dan Samaria. Pada awalnya, sepertinya tidak terbersit sedikit pun untuk pergi ke daerah lain apalagi meninggalkan Yerusalem. Namun, kenyataannya berbeda. Diawali dengan keadaan para murid yang terancam oleh fakta kematian Stefanus dan kemunculan Saulus yang menganiaya umat Tuhan. Justru pada keadaan inilah terdapat hikmah dari sebuah peristiwa aniaya pada awal sejarah gereja. Semuanya menjadi bagian dalam penyebaran berita Injil ke banyak tempat. Jika pada awalnya Filipus masih berkarya sebagai bagian tujuh orang diaken (Kis. 6:3,5), akhirnya justru bisa meluas hingga Etiophia. Pada awalnya seakan dimulai dengan keterpaksaan, tidak nyaman dan tidak tentram karena meninggalkan Yerusalem, namun kemudian berbuah persebaran Injil.

Bagaimanakah kita di hari-hari Natal ini? Bagaimana suasananya? Pergi ke mana saja? Apakah bisa sekaligus memaknai layaknya perjalanan Filipus? Siapkah kita bersyukur atas setiap suasana Natal yang kita alami jika kenyataan tidak sesuai harapan? Siapkah kita berpergian dengan semangat layaknya Filipus sebagai pewarta Injil? Jika beberapa hari lagi kita akan memasuki perjalanan di tahun yang baru, semoga semangat Filipus bisa menjadi penyemangat kita. Memang kenyataan hidup tidak selalu tenang, malah mungkin ada pergumulan dan ancaman. Namun, bukankah akan selalu ada hikmahnya dalam iman? Amin.

Contoh Renungan Natal 2023 #2

Judul: Hari Ini Telah Lahir Bagimu Juru Selamat

Bacaan: Yes.9:1-6; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14

Hari ini, malam ini ada kesukaan besar, suatu kegembiraan yang luar biasa dan istimewa. "Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita". "Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat yaitu Kristus Tuhan di kota Daud"

Hari ini, malam ini, di sini, saat ini Tuhan datang. Tuhan datang memberikan dan menganugerah kan kesukaan dan kegembiraan di tengah situasi hidup yang gelap, semakin sulit dan berat akibat pandemi covid-19 ini, kepada kita dalam hati dan hidup kita. Masih ada harapan. Kegembiraan dan sukacita yang besar dan luar biasa istimewa, sebagaimana dilukiskan Yesaya, "Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak dan sukacita yang besar, mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorai di waktu membagi-bagi jarahan sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kau patahkan" Suatu sukacita, kegembiraan karena Allah sendiri yang telah memulainya dan menganugerahkan sukacita ini bagi kita. Sukacita yang tampak dalam diri seorang anak manusia, sang bayi natal, pembawa damai sejati. Dan sukacita ini tidak untuk sementara. Dia adalah asal dan sumber sukacita dan damai yang dirindukan oleh manusia. Dan setiap orang beriman kiranya membiarkan sukacita dan damai ini tetap hadir dalam hati dan hidupnya, sehingga menjadi sempurna. Di dalam Dia ada harapan dan sukacita sejati.

Kelahiran Yesus mempunyai nilai yakni nilai keselamatan manusia, nilai kasih Allah bagi manusia. Tawaran kasih Allah melalui Yesus, membuka masa depan umat manusia ke arah yang Ilahi. Inilah warta kabar gembira bagi kita manusia. Bahwa Allah menempuh jalan keselamatan dengan cara manusiawi, dalam kelemahan dan dalam kebersamaan, melalui perjuangan manusia dalam menata masa depan baik secara pribadi maupun bersama.

Para gembala yang datang menjadi saksi kegembiraan itu. Maka kita yang merayakan Natal Tuhan sebagai orang beriman, kita pun datang kepada Yesus seharusnya juga menjadi pembawa warta gembira kepada sesama ke dalam keluarga dan komunitas kita melalui sikap dan perilaku hidup kita, melalui kata dan tindakan kita. Maka natal bukan sekedar sorak-sorai gembira, tetapi memberanikan kita untuk menjadi saksi dan duta kasih Allah bagi orang lain. Bahwa terang yang besar telah bersinar dalam hati dan hidup kita yang gelap, penuh tantangan dan kesulitan, karena hari ini telah lahir bagi kita yaitu Kristus Tuhan. Selamat berbahagia dan selamat pesta natal. Tuhan memberkati.

Contoh Renungan Natal 2023 #3

Judul: Raja Damai

Bacaan: Yesaya 9:1-6

Kata damai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tidak ada perang, tidak ada kerusuhan, tidak bermusuhan, tenteram, tenang, dan rukun. Dalam hal ini, tentunya setiap orang mendambakan damai itu senantiasa ada dalam hidup mereka. Untuk mewujudkan damai itu, diperlukan sikap saling menghargai, menghormati, toleransi, dan kerja sama di antara sesama manusia yang berbeda-beda karakter. Hidup damai dengan semua orang harus terus menerus dilakukan agar hidup manusia menjadi semakin baik.

Nabi Yesaya menubuatkan akan lahirnya Sang Raja Damai dalam kehidupan umat manusia. Dinubuatkan oleh nabi Yesaya bahwa bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Akan ada sukacita dan sorak sorai yang besar karena Allah telah menyelamatkan umat-Nya dari si penindas. Yesaya juga menubuatkan bahwa anak yang akan menjadi Raja Damai ini berasal dari garis keturunan Daud dimana kehadiran-Nya akan mendatangkan keadilan, kebenaran, dan damai sejahtera. Nubuatan inilah yang kemudian hari digenapi di dalam diri Yesus Kristus. Ia datang ke dunia sebagai Sang Raja Damai yang memberi harapan dan keselamatan bagi umat yang percaya kepada-Nya.


Hari ini adalah hari menjelang Natal atau yang disebut malam Natal. Perenungan bagi kita semua, "Sudah kah Sang Raja Damai itu hadir dalam hidup kita? Sudah kah Yesus Kristus tinggal di hati kita semua?" Natal adalah sukacita yang ditandai dengan kelahiran Yesus Kristus Sang Raja Damai di dunia. Allah telah menggenapi janji-Nya, Dia memberi sukacita, damai sejahtera, dan keselamatan bagi kita yang percaya dan berharap kepada-Nya. Mari saat ini menjelang hari Natal, kita mengundang Yesus Sang Raja Damai hadir di dalam hidup kita. Kita sambut dan rayakan hari Natal dengan penuh sukacita sebab kasih-Nya sungguh nyata kepada kita. Amin.

Contoh Renungan Natal 2023 #4

Judul: Jangan Takut!

Bacaan: Yes. 9:1-6; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14

Natal Tuhan datang lagi! Kedatangan-Nya disambut dengan berbagai cara, berbagai sikap, berbagai tanggapan, berbagai pengalaman. Natal kali ini, boleh jadi menyentuh, menggugah hati dan perasaan, atau mungkin sempat menggugat masing-masing kita. Natal-Nya tidak harus dirayakan dalam kemewahan dan asesoris yang berlebihan, sambil melupakan kesederhanaan sang bayi natal, kesederhanaan kandang dan palungan tempat Yesus dibaringkan dan diselimuti kain lampin. Gambaran hati yang sederhana, tapi terbuka menjadi tempat Yesus dibaringkan dan di sanalah, di hati itulah ada rasa damai dan bahagia. Bersama rombongan para malaikat di surga, dan sukacita para gembala di padang efrata, kita bersorak dan bersuka cita.

Bangsa Israel dilukiskan dalam bacaan pertama, berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Terang itu menimbulkan banyak sorak sorai dan sukacita besar, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan, sebab seorang anak telah lahir untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya dan namanya disebut orang: Penyelamat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai. Ia datang untuk membebaskan manusia dari kelemahan.

Natal-Nya adalah suatu rahmat Allah (bacaan kedua), yang tampak nyata bagi semua orang. Rahmat Allah yang menyelamatkan, rahmat Allah yang nyata dalam diri sang bayi Yesus Kristus. Yesus Kristus yang menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya yang rajin berbuat baik. Yesus Kristus itulah yang diwartakan hari ini, malam ini, "Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat yaitu Kristus Tuhan di kota Daud". Warta gembira itu diperdengarkan juga kepada kita saat ini, di sini. Telah lahir bagi kita, dalam hati yang terbuka, hati yang sederhana mau menyambut-Nya, hati yang penuh sukacita tanpa balas dendam, iri hati, benci, hati yang tulus ikhlas, polos dan jujur tanpa perhitungan untung-rugi. Di hati dan hidup seperti inilah Yessus Kristus, sang Juru Selamat mau solider, hadir, lahir dan tinggal. Maka natal-Nya merupakan sebuah kabar sukacita yang menggembirakan, yang telah mengalahkan kegelapan hati dan budi, membawa damai dan berkat.

Kelahiran Yesus membawa banyak orang dari berbagai lapisan, entah para gembala miskin, entah kalangan rakyat jelata, entah para sarjana (raja) dari Timur, datang menjumpai-Nya sebagai sahabat. Maka kita pun patut hidup sebagai sahabat bagi semua orang, sebagaimana yang ditunjukkan dalam natal-Nya ini. Sahabat yang punya hati yang peduli, hati yang turut merasakan penderitaan orang lain, hati yang mau melihat dan mendengarkan warta kelahiran sang damai sejati, hati yang solider tanpa rasa takut dan curiga. Malam ini, di sini kita diteguhkan oleh sapaan "Jangan takut!". Jangan takut karena telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan. Mengapa jangan takut? Karena kelahiran Yesus membawa damai, sukacita dan berkat. Hanya hati yang penuh dosa, kebencian, iri, hati yang cemas akan hidup ini, akan selalu merasa takut. Natal tanpa rasa takut karena Kristus Tuhan, Juru Selamat, sang damai sejati telah lahir bagi kita.

Malam penuh rahmat ini, kita tidak berhenti pada rasa haru, dan tergugah oleh warna-warni dan suasana natal yang meriah ini. Yesus yang adalah Allah yang menjadi manusia, kita tidak sanggup memahami cinta Allah yang demikian besar, yang dinyatakan Allah bagi kita. Allah melakukan semuanya ini bukan karena kita layak, tetapi karena Ia telah melimpahkan cinta-Nya yang tak terbatas kepada manusia. Ia menjadi senasib dengan manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Allah mengasihi manusia bukan dengan kasih yang setengah-setengah, bukan dengan kasih yang pura-pura dan membedakan, bukan pula dengan kasih yang mencari keuntungan. Ia mengasihi kita manusia dan dunia dengan kasih tulus, utuh, penuh, sempurna, tampa perhitungan, tanpa pamrih, sejati. Kasih-Nya adalah kasih yang menyelamatkan dan membebaskan. Inilah makna natal Tuhan bagi kita. Jangan takut, hari ini telah lahir bagimu Kristus Tuhan di hati dan hidupmu! Semoga natal Tuhan mengubah hidup kita lahir-batin, menjadi manusia baru, berani membawa damai dan sukacita. Selamat pesta Natal yang damai.

Contoh Renungan Natal 2023 #5

Judul: Pembawa Kabar Baik

Pada hari raya Natal yang bahagia dan penuh sukacita ini mengajak kita untuk belajar dari para gembala di padang Efrata, pergi mencari dan menemukan sang bayi Yesus yang lahir, seperti yang disampaikan oleh Malaekat Tuhan kepada mereka. Warta yang disampaikan kepada para gembala itu tidak sekedar didengar, tetapi mereka pergi dan bergegas, mereka tidak tinggal diam. Warta itu menggerakkan hati dan budi agar pergi dan mengalami sendiri peristiwa itu secara lebih nyata dan mendalam. Mereka tergerak hati untuk beranjak dari zona nyamannya sebagai gembala, tetapi bergegas dan bergerak, bangkit dan pergi untuk melihat apa yang terjadi. Dan mereka menjumpai sang bayi itu seperti yang disampaikan malaikat Tuhan kepada mereka. Perjumpaan mereka dengan sang bayi itu, menjadi sebuah sukacita besar yang luar biasa dan istimewa. Kegembiraan itu menumbuhkan semangat baru dan penuh rasa syukur kepada Allah karena boleh menyaksikan dan mengalami karya besar Allah melalui kelahiran sang gembala agung mereka. Dan tanggapan mereka adalah dengan gembira dan pujian tulus mewartakan kembali dan memberikan kesaksian akan pengalaman iman yang istimewa itu, bahwa sungguh telah lahir Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan! Hanya orang yang tergerak hati, hanya orang yang terus mencari dan menemukan Dia, mengalami sukacita rohani yang luar biasa dan istimewa. Sukacita itu tidak lagi menjadi milik sendiri, tetapi mewartakan dan mengajak orang lain untuk boleh mengalami kelahiran Tuhan itu dalam hati dan hidupnya. Kegembiraan yang dibagikan menjadi kegembiraan yang luar biasa. Harus menjadi pengalaman bersama dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Warta kelahiran Tuhan, warta keselamatan sudah begitu sering kita dengar entah melalui kotbah atau renungan, melalui bacaan Kitab Suci, melalui ajaran-ajaran iman dan juga melalui perayaan-perayaan. Juga pada hari raya natal ini. Namun kita sering berhenti di situ saja. Hanya menjadi konsumsi pribadi saja. Hanya untuk diri sendiri dan jarang kita bagikan itu kepada orang lain dalam hidup kita. Kita sering tidak tergerak hati dan tidak bergerak untuk keluar dan pergi dari zona nyaman kita, kita tidak mau terganggu dan diganggu untuk membawa warta keselamatan itu bagi orang lain, melalui kata dan tindakan, melalui sikap dan cara hidup kita. Kita mencari selamat sendiri, dan tidak peduli dengan sesama yang lain. Kita pun tidak mau mencari dan menemukan-Nya seperti yang diwartakan, seperti yang diajarkan atau yang kita renungkan dari Kitab Suci dan yang kita rayakan natal-Nya ini. Atau terkadang merasa bahwa kita telah menemukan Dia yang lahir itu, tetapi tidak rela berbagi, tidak bersedia mewartakannya. Kita tidak seperti para gembala yang penuh sukacita mewartakan pengalaman imannya, bahwa Yesus tidak lagi di gua Betlehem, atau di palungan, tetapi kini Yesus telah lahir dalam hati, dan dalam hidup mereka. Yesus telah menjadi pengalaman hidup yang harus terus diwartakan penuh sukacita. Yesus kini telah dijumpai dan dialami dan diwartakan bagi orang lain.

Pengalaman itu telah merubah hidup mereka menjadi pembawa kabar baik, kabar gembira bagi siapa saja. Karena itu, kita harus berani keluar dari zona nyaman hidup kita, harus tergerak dan bergerak keluar dari diri kita sendiri untuk terus pergi dan mencari serta menemukan-Nya di dalam diri sesama, di dalam tugas dan pengalaman harian kita, di dalam peristiwa-peristiwa hidup kita, di sana Tuhan hadir. Kegembiraan menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah yang solider dengan kita manusia, yang menjadi senasib dengan kita. Syukur atas karya besar Allah terjadi dalam diri dan hidup kita. Natal menjadi perayaan syukur karena Allah dalam diri Yesus rela lahir dalam hati, hidup, keluarga dan komunitas kita. Kita bergembira dan bersyukur di hari raya Natal Tuhan ini, dan terus menjadi pembawa warta keselamatan kepada siapa pun melalui kata dan tindakan, dan bersolider dengan sesama yang menderita. Itulah natal yang sesungguhnya.

Contoh Renungan Natal 2023 #6

Judul: Sabda Menjadi Manusia

Bacaan: Yes.52: 7-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18.

Natal yang kita rayakan mengajak kita untuk merenungkan bahwa Natal meneguhkan perjalanan iman kita untuk bertemu dengan Yesus dan mengakuinya sebagai Putera Allah, sebagaimana dikatakan, "Sejak dahulu kala Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera-Nya"

Merayakan Natal juga membuat kita menemukan suatu misteri baru dalam perjalanan ziarah iman kita.. Misteri Allah menjadi manusia. Injil Yohanes menulis, "Sabda itu menjadi manusia dan diam di antara kita". Dia yang pada mulanya adalah Firman atau Sabda, dan Firman itu adalah Allah sendiri. Allah-lah yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya, Ia yang telah menciptakan manusia. Dia menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Berarti manusia itu pribadi yang begitu berharga dan mendapat tempat istimewa di hati Allah. Bahwa Tuhan hadir dalam diri sesama, dalam pribadi manusia. Maka peristiwa Kristus menjadi manusia mengungkapkan betapa dekat dan bersatunya Allah dengan manusia ciptaan-Nya, yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah sendiri. Allah yang agung itu menjadi Allah yang akrab, dekat, satu senasib dan sepenanggungan dengan manusia. Allah itu tidak hanya ada di tengah kita, tapi Ia justru sungguh menjadi manusia untuk membuka diri-Nya, mencintai, hidup dan wafat untuk manusia. Allah menyapa manusia melalui Putera-Nya Yesus sang bayi natal. Dialah Emanuel, Allah beserta kita. Dengan demikian melalui kelahiran-Nya kita memperoleh harapan baru, harapan akan kebahagiaan dan keselamatan dalam dan bersama Dia. Dia adalah sang terang sejati yang datang ke dalam dunia.

Yesaya mengingatkan dan mewartakan suatu berita gembira bagi yang hilang harapan, bahwa "Allahmu itu Raja" Bahwa Tuhan kembali hadir, lahir di tengah-tengah bangsa ini. Karena itu bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama. Sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya. Tuhan telah menebus Yerusalem, bahwa Tuhan telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa. Allah datang dan menyatu dengan segala suka-duka hidup kita. Allah berbicara kepada manusia melalui Putera tunggal-Nya. Peristiwa ini adalah tumpuan harapan masa depan kita, karena oleh Kristus kita disanggupkan untuk mencapai kebahagiaan kekal di surga (bdk. Ibr.1:1-6)

Natal Tuhan memperbaharui kita, menjadi putera-puteri terang, karena sang terang sejati telah lahir dalam hati dan hidup kita, menyingkirkan kegelapan hidup kita. Kita terus hidup dalam terang sang Raja Damai, Dia-lah Sabda yang telah menjadi manusia dan tinggal di tengah kita. Dan kita pun menjadi berkat bagi sesama dan bagi dunia.

Contoh Renungan Natal 2023 #7

Judul: Pada Mulanya adalah Sabda

Bacaan: Yes. 52:7-10; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18.

Natal menempatkan kita dalam suatu relasi, suatu hubungan yang baru dengan Allah; membuka suatu cakrawala hidup baru; suatu pandangan baru, dmana Tuhan menjadi tumpuan harapan manusia yang mendambakan kasih karunia Ilahi. Natal kiranya membawa perubahan dalam sikap hidup manusia beriman: lama menjadi baru, menjadi manusia yang dapat menguasai diri, manusia yang baik, yang suka mengampuni, yang mau dan mencintai damai, yang solider dengan sesama, yang semakin mencintai.

Yesaya melukiskan bagaimana Israel bergembira atas berita damai, kabar baik, sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya dan menebus mereka. Warta gembira ini diberitakan kepada segala bangsa sehingga seluruh ujung bumi melihat penyelamatan oleh Allah. Di sini, orang yang menerima kabar gembira, warta keselamatan itu, harus menjadi pembawa kabar gembira, kabar keselamatan kepada orang lain di mana saja melalui sikap, kata dan hidupnya.

Selanjutnya Allah mengutus para utusan-Nya, para nabi untuk menyampaikan kabar keselamatan itu. Utusan Allah itu berpuncak pada diri YESUS Putera Allah sendiri. Yesus Kristus adalah segalanya. Dia adalah cahaya kemuliaan Allah. Dia itulah yang oleh Yohanes dalam Injil diwartakan sebagai perwujudan Allah, yang oleh Firman, Sabda-Nya itu menjadi manusia, Yesus Kristus. Dalam bacaan kedua mengajak kita merenungkan bahwa natal harus meneguhkan perjalanan iman kita untuk bertemu dengan Yesus dan mengakui Yesus sebagai Putera Allah. "Sejak dahulu kala Allah berulang kali dan pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Putera-Nya".

Merayakan Natal juga membuat kita menemukan suatu misteri baru dalam perjalanan ziarah iman kita. Injil mengatakan, "Sabda itu menjadi manusia dan diam di antara kita". Itu berarti manusia itu adalah pribadi yang sangat penting yang perlu dihargai dan diperhatikan. Bahwa Tuhan hadir dalam sesama, dalam pribadi manusia. Karena itu, peristiwa natal mengungkapkan betapa dekat dan bersatunya Allah dengan manusia ciptaan-Nya. Allah yang Agung itu menjadi Allah yang akrab, dekat, satu senasib dan sepenanggungan dengan manusia. Dalam segala ha Ia sama dengan manusia, kecuali dalam hal dosa. Tuhan tidak hanya ada di tengah kita, tetapi Ia sungguh menjadi manusia untuk membuka diri-Nya, mencintai, lahir, hidup dan wafat untuk manusia, untuk kita.

Pesta Natal adalah pesta keselamatan. Allah menyapa manusia dalam diri Putera-Nya Yesus Kristus. Dialah Immanuel, Allah beserta kita. Bila demikian maka, Natal ini kiranya memberikan kita kekuatan, hiburan, harapan akan masa depan sehingga tetap tabah dan setia dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam memberikan kesaksian tentang berita kesukaan Natal di tengah dunia, di tengah kehidupan kita. Natal juga kiranya mendorong kita untuk melakukan refleksi, introspeksi, memantapkan kebersamaan untuk membaharui diri terus menerus, untuk dilahirkan kembali. Natal mengajak kita untuk menghayati kehidupan kita secara bertanggung jawab sebagai orang yang ditebus dan dibebaskan dari dosa. Dan pada akhirnya, dengan merayakan Natal Tuhan ini kita kiranya menghayati kelahiran baru sebagai anak-anak Allah, putera-puteri kesayangan Allah.

Tuhan datang sebagai terang dan terang itu bersinar dalam kegelapan, dan kegelapan tidak akan menguasainya. Maka, semoga kita pun selalu menjadi terang dalam hidup ini berkat Firman-Nya yang sudah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.

Di depan bayi natal yang terbaring damai, kita datang bersujud. Yang kaya boleh jadi meminta sesuatu yang tidak terdapat pada harta kekayaannya, yang miskin datang boleh datang meminta sesuatu mengatasi kemiskinannya, yang putus asa boleh datang untuk mencari jalan baru, yang tertindas, boleh datang untuk mencari kelapangan hati, yang maju boleh datang untuk menyadari bahwa masih ada tujuan hidup yang lebih tinggi. Semua kita mengalami dan merayakan bahwa Allah dekat dengan kita. Ia adalah Sabda yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Ia tinggal, Ia ada, hadir untuk membebaskan kita, damai sejati bagi hati yang mendamba. Selamat pesta Natal.

Contoh Renungan Natal 2023 #8

Judul: Pesta Keluarga Kudus; "Menjadi Keluarga Teladan"

Bacaan: Sir. 3;2-6,12-14; Kol. 3:12-21; Mat.2:13-15,19-23.

Sering orang berbicara tentang keluarga bahagia, keluarga sejahtera. Bahkan dikatakan, "Keluarga retak, masyarakat rusat". Keluarga adalah sel terkecil dalam hidup masyarakat. Berbagai upaya orang berusaha untuk membangun sebuah keluarga yang bahagia lahir dan batin. Kebahagiaan keluarga adalah cita-cita setiap hidup perkawinan. Dan keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan anak. Setiap keluarga memiliki sejumlah kebanggaan. Kebanggaan karena keluarga itu berhasil dalam mengarungi bahtera keluarga melewati badai tantangan dan kesulitan, tetap bertahan setia satu sama lain, dalam suka dan duka, dalam untung dan malang. Bangga karena keberhasilan orang tua dalam pekerjaan dan usaha, keberhasilan anak-anak dalam pendidikannya, bangga karena saling setia, saling percaya, saling melayani dan berkorban satu bagi yang lain. Semuanya itu bukan tanpa tantangan dan kesulitan, bukan bebas dari penderitaan, tetapi justru dalam tantangan, kesulitan dan penderitaan, bahtera hidup rumah tangga dan keluarga masih kokoh berdiri.

Menjadi keluarga teladan tentu tidak selalu mudah. Hari ini kita merayakan pesta keluarga, dengan berpedoman pada Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yusuf. Keluarga kudus dari Nazaret. Keluarga dikatakan kudus, bukan hanya karena keluarga itu hidup damai, rukun, bahagia, sejahtera Juga bukan karena hal-hal yang hebat dan luar biasa dari keluarga itu; tapi justru pada hal-hal biasa dan sederhana, tapi telah dengan cara luar biasa melakukan hal-hal yang biasa itu.

Keluarga Nazaret: Yesus, Maria dan Yusuf tidak luput dari keprihatinan terhadap bahaya yang selalu mengancam kehidupan keluarga yang sederhana ini. Keluarga ini sudah sejak awal terancam dibunuh. Yusuf bertanggungjawab atas keselamatan dan masa depan keluarganya, dengan setia, penuh pengorbanan berusaha meluputkan dan menyelamatkan keluarganya dari ancaman Herodes. Karena itu mereka harus menyingkir melalui padang gurun yang penuh bahaya. Yosef seorang bapa yang berani mengambil risiko karena ia percaya akan kehendak Allah, yang terbuka pada sapaan dan perintah Allah. Yang menarik ialah bahwa keluarga ini sungguh hidup dalam rangka menggenapkan yang difirmankan Tuhan. Arah hidup dan keputusan yang diambil dalam keadaan sulit, diambil dengan bijaksana dalam terang rencana Allah yang jauh lebih luas dari pada kepentingan-kepentingan keluarga itu sendiri. Keluarga ini merupakan tempat nilai-nilai kehidupan yang luhur diwariskan, ditanam dan bertumbuh. Dalam keluarga ini, Allah sungguh mendapat tempat, dan Putera Allah dalam diri Yesus mendapat tempatnya yang istimewa.

Karena itu, Keluarga Nazaret menjadi contoh dan model bagi setiap keluarga beriman, yang percaya akan peranan Allah dan memberi tempat bagi Allah dan bagi Yesus sang Putera Allah itu hadir, hidup dan bertumbuh dalam seluruh ziarah perjalanan keluarga ini. Keluarga ini menjadi teladan dalam banyak hal bagi keluarga-keluarga sepanjang sejarah. Keteladanan itu dalam hal iman, kesetiaan, pengorbanan, pelayanan, kesederhanaan dan ketergantungan secara penuh dan total pada Allah sebagai kekuatan dan andalannya. Bukan dengan cara yang hebat, luar biasa, tetapi dengan sederhana dan biasa, semuanya menjadi sungguh luar biasa. Tantangan, kesulitan, penderitaan yang menimpa, iman tetap teguh, setia, kokoh bertahan.

Bagaimana keluarga-keluarga Katolik zaman ini dapat menjadi teladan seperti keluarga Nazaret? Apakah keluarga-keluarga jaman ini sduah sungguh menjadi tempat nilai-nilai luhur, nilai-nilai kehidupan yang baik itu diwariskan dan ditanamkan? Apakah keluarga-keluarga kita zaman ini sungguh bertanggungjawab atas masa depan kehidupan keluarga dalam pendidikan, dalam keteladanan, dalam pengorbanan, dalam saling melayani? Apakah sebagai orang tua dalam mengambil keputusan sungguh bijaksana dalam terang rencana Allah, dan berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan situasi keluarga yang terancam bubar, yang nyaris hancur, yang rusak dan retak? Dan ketika keluarga atau kehidupan perkawinan Anda, mengalami berbagai kesulitan dan tantangan atau krisis apakah Tuhan menjadi tempat Anda mencari perlindungan, atau membiarkan benih perpecahan menghancurkan keutuhan dan kesetiaan keluarga dan hidup perkawinan Anda?

Bila kita bisa melewati semuanya itu, maka bukan tidak mungkin, keluarga kita pun menjadi keluarga kudus. Sebagaimana Rasul Paulus mengingatkan, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah" (Kol.3:12,14-15)

Karena itu pesta Keluarga kudus ini kiranya menjadi pesta setiap keluarga kita, dengan menjadikan Maria dan Yusuf sebagai teladan setiap keluarga kita, yang semakin beriman, yang terus menjaga, merawat dan membesarkan Yesus dalam setiap perjuangan keluarga-keluarga kita. Dengan demikian, keluarga, kita pun berbangga dan berbahagia karena patut menjadi keluarga kudus, keluarga teladan. Tuhan memberkati.

Contoh Renungan Natal 2023 #9

Judul: Pembawa Kabar Baik

Bacaan: Yes. 62:11-12; Tit 3. 4-7; Luk.2: 15-20

Pada hari raya Natal yang bahagia dan penuh sukacita ini mengajak kita untuk belajar dari para gembala di padang Efrata, pergi mencari dan menemukan sang bayi Yesus yang lahir, seperti yang disampaikan oleh Malaikat Tuhan kepada mereka. Warta yang disampaikan kepada para gembala itu tidak sekedar didengar, tetapi mereka pergi dan bergegas, mereka tidak tinggal diam. Warta itu menggerakkan hati dan budi agar pergi dan mengalami sendiri peristiwa itu secara lebih nyata dan mendalam. Mereka tergerak hati untuk beranjak dari zona nyamannya sebagai gembala, tetapi bergegas dan bergerak, bangkit dan pergi untuk melihat apa yang terjadi. Dan mereka menjumpai sang bayi itu seperti yang disampaikan malaikat Tuhan kepada mereka. Perjumpaan mereka dengan sang bayi itu, menjadi sebuah sukacita besar yang luar biasa dan istimewa. Kegembiraan itu menumbuhkan semangat baru dan penuh rasa syukur kepada Allah karena boleh menyaksikan dan mengalami karya besar Allah melalui kelahiran sang gembala agung mereka. Dan tanggapan mereka adalah dengan gembira dan pujian tulus mewartakan kembali dan memberikan kesaksian akan pengalaman iman yang istimewa itu, bahwa sungguh telah lahir Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan! Hanya orang yang tergerak hati, hanya orang yang terus mencari dan menemukan Dia, mengalami sukacita rohani yang luar biasa dan istimewa. Sukacita itu tidak lagi menjadi milik sendiri, tetapi mewartakan dan mengajak orang lain untuk boleh mengalami kelahiran Tuhan itu dalam hati dan hidupnya. Kegembiraan yang dibagikan menjadi kegembiraan yang luar biasa. Harus menjadi pengalaman bersama dan menjadi berkat bagi banyak orang.

Warta kelahiran Tuhan, warta keselamatan sudah begitu sering kita dengar entah melalui khotbah atau renungan, melalui bacaan Kitab Suci, melalui ajaran-ajaran iman dan juga melalui perayaan-perayaan. Juga pada hari raya natal ini. Namun kita sering berhenti di situ saja. Hanya menjadi konsumsi pribadi saja. Hanya untuk diri sendiri dan jarang kita bagikan itu kepada orang lain dalam hidup kita. Kita sering tidak tergerak hati dan tidak bergerak untuk keluar dan pergi dari zona nyaman kita, kita tidak mau terganggu dan diganggu untuk membawa warta keselamatan itu bagi orang lain, melalui kata dan tindakan, melalui sikap dan cara hidup kita. Kita mencari selamat sendiri, dan tidak peduli dengan sesama yang lain. Kita pun tidak mau mencari dan menemukan-Nya seperti yang diwartakan, seperti yang diajarkan atau yang kita renungkan dari Kitab Suci dan yang kita rayakan natal-Nya ini. Atau terkadang merasa bahwa kita telah menemukan Dia yang lahir itu, tetapi tidak rela berbagi, tidak bersedia mewartakannya. Kita tidak seperti para gembala yang penuh sukacita mewartakan pengalaman imannya, bahwa Yesus tidak lagi di gua Betlehem, atau di palungan, tetapi kini Yesus telah lahir dalam hati, dan dalam hidup mereka. Yesus telah menjadi pengalaman hidup yang harus terus diwartakan penuh sukacita. Yesus kini telah dijumpai dan dialami dan diwartakan bagi orang lain.

Pengalaman itu telah mengubah hidup mereka menjadi pembawa kabar baik, kabar gembira bagi siapa saja. Karena itu, kita harus berani keluar dari zona nyaman hidup kita, harus tergerak dan bergerak keluar dari diri kita sendiri untuk terus pergi dan mencari serta menemukan-Nya di dalam diri sesama, di dalam tugas dan pengalaman harian kita, di dalam peristiwa-peristiwa hidup kita, di sana Tuhan hadir. Kegembiraan menumbuhkan rasa syukur kita kepada Allah yang solider dengan kita manusia, yang menjadi senasib dengan kita. Syukur atas karya besar Allah terjadi dalam diri dan hidup kita. Natal menjadi perayaan syukur karena Allah dalam diri Yesus rela lahir dalam hati, hidup, keluarga dan komunitas kita. Kita bergembira dan bersyukur di hari raya Natal Tuhan ini, dan terus menjadi pembawa warta keselamatan kepada siapa pun melalui kata dan tindakan, dan bersolider dengan sesama yang menderita. Itulah natal yang sesungguhnya.

Selamat pesta Natal!

Contoh Renungan Natal 2023 #10

Judul: Pesta St. Stefanus, Martir Pertama: Dicari Saksi yang Beriman"

Bacaan: Kis. 6:8-10; 7:54-59; Mat. 10:17-22

Perayaan hari ini menampilkan segi lain dari Natal, yakni tentang: keberanian, kepercayaan, pengorbanan, tentang kematian dari martir pertama: Stefanus, diakon dan murid Yesus Kristus. Bukan kebetulan Gereja menampilkan sisi lain dari Natal yakni: kematian. Kelahiran dan kematian, berbeda tapi satu. Bagai dua sisi mata uang yang sama.

Stefanus - adalah seorang Kristen, ia seorang diakon yang ramai diperbincangkan oleh orang-orang kota Yerusalem. Konon ia keturunan Yunani, orang asing menurut pandangan Yahudi. Ia diangkat menjadi diakon oleh para Rasul, untuk melayani dan menjalankan karya amal dan karitatip di kalangan jemaat. Stefanus bekerja sekuat tenaga. Ia penuh iman dan Roh Kudus, dan ia mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak (Kis 6:5-8). Stefanus juga orang yang pandai berbicara, ia tidak takut bersoal jawab untuk membela Tuhan dan kebenaran ajaran Yesus Kristus. Dalam bersoal jawab atau debat, Stefanus selalu meyakinkan dengan jawaban-jawaban yang benar; yang membuat lawan-lawannya marah, tersinggung dan tak berdaya. Bagi mereka, Stefanus menjadi batu sandungan. Maka akibatnya, ia disingkirkan. Perjuangan Stefanus demi Kristus diakhiri secara paksa oleh kematian. Mereka menyeret dia keluar dari tembok kota dan dirajam dengan batu sampai tak bernyawa. Dan kita bertanya, dengan itu siapa yang menang dan siapa yang kalah? Ini bukan soal kalah-menang, tetapi soal mempertanggungjawabkan iman yang benar, dengan keteguhan dan keberanian tanpa takut, ia tetap memberikan kesaksian iman yang benar akan Kristus yang ia yakini. Stefanus bukan tipe pribadi yang asal-asal dalam beriman, bukan pribadi yang takut ketika dihadapkan dengan para penantang dan pencemooh imannya akan Allah. Ia tidak berpenampilan sembunyi-sembunyi, tapi dengan terus terang, yakin sungguh akan kebenaran iman yang ia percaya. Bahwa Yesus adalah jaminan dan kekuatan, Yesus adalah sumber dan puncak dari seluruh keyakinan imannya. Karna Yesus ia tidak mundur selangkah pun memberikan kesaksian. Ia mempertaruhkan nyawa demi kebenaran. Karena kebenaran tetaplah kebenaran.

Gereja menempatkan pesta St. Stefanus yang mati sebagai martir sehari setelah pesta Natal. Pesan natal di hari kedua ini adalah kelahirannya Yesus dalam Natal ini, memerlukan keberanian seperti seorang Stefanus yang berjiwa ksatria, berani untuk meneruskan pesan dan kesaksian tentang kebenaran. Beriman kepada Yesus, bukan beriman dalam diam, tapi ketika kebenaran (dan iman) itu semakin pudar dan mudah diputarbalikkan, ketika dengan mudah direkayasa demi kepentingan pribadi, perlu semangat keberanian seperti Stefanus untuk mewartakannya.

Gereja dalam pengalaman sejarah menyadari bahwa darah para martir yang ditumpahkan demi kebenaran, demi Injil dan demi Kristus sungguh menghidupkan dan menyuburkan iman Gereja. "Jika biji gandum tidak jatuh ke alam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah" (Yoh 12:24).

Karena itu, Gereja mengajak kita untuk tampil sebagai seorang ksatria, seorang yang berani dalam mempertahankan dan memperjuangkan serta menyaksikan imannya, mencintai kebenaran dan hidup dalam kebenaran itu, yang berkata benar, berpikir benar dan bertindak yang benar dalam Yesus Kristus Tuhan kita. Dicari, saksi yang beriman yakni saksi yang mencintai kebenaran, dengan semangat St. Stefanus martir. Itulah Natal yang sesungguhnya.

Itulah kumpulan contoh renungan Natal 2023 yang singkat dan penuh makna. Semoga bermanfaat, detikers!




(edr/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads