Warga di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara mengalami krisis air bersih karena Sungai Sagea kembali keruh kecokelatan. Sungai Sagea diduga tercemar aktivitas tambang yang diperparah saat hujan terjadi di hulu.
"Warga di sini memang dari dulu memanfaatkan Sungai Sagea ini untuk minum, memasak. Itu kalau air sungai jernih, tapi kalau so keruh kayak begini dorang (mereka) so tara (tidak) berani konsumsi," ujar warga Desa Sagea, Mardani Legayelol kepada detikcom, Selasa (5/12/2023).
Desa Sagea berada di bantaran Sungai Sagea, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah dengan jumlah penduduk 1.317 jiwa. Mardani mengatakan air sungai kembali keruh sejak Senin (4/12) setelah hujan mengguyur wilayah hulu di kawasan Boki Makot dan Pinto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelum-sebelumnya jernih, tapi karena turun hujan dan kemungkinan besar ada aktivitas (pertambangan) di daerah tersebut, jadi sungai keruh lagi," ujar Mardani.
Menurut Mardani, warga pun membeli air galon di kios dengan harga Rp 10 ribu sekali isi ulang untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Dia berharap kondisi tersebut mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Selain dari air galon sebagian warga juga konsumsi air di sumur sekitar yang bisa di minum," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penataan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Halteng, Abubakar Yasin membenarkan perubahan warna air Sungai Sagea tersebut. Ia mengaku sudah menerima laporan terkait keluhan warga tersebut.
"Iya, di group WA Save Sagea, Adlun (koordinator Save Sagea) so kasih naik (informasi sungai Sagea tercemar) lagi," katanya singkat.
(hsr/hmw)