Menerka Dampak Capres-Cawapres Kumpulkan Massa Jalan Sehat di Makassar

Menerka Dampak Capres-Cawapres Kumpulkan Massa Jalan Sehat di Makassar

Sahrul Alim - detikSulsel
Selasa, 28 Nov 2023 11:50 WIB
Prabowo - Ganjar - Anies (Dok. detikcom)
Foto: Prabowo - Ganjar - Anies (Dok. detikcom)
Makassar - Kandidat calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) bergantian menggelar jalan sehat di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam tiga bulan terakhir. Pakar politik menilai jalan sehat itu sekadar unjuk kekuatan untuk mempengaruhi opini publik.

Baru-baru ini, capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo menghadiri Jalan Sehat Perjuangan di Makassar, Minggu (26/11). Sehari sebelumnya, cawapres nomor 2 Gibran Rakabuming Raka juga menggaet massa dalam Jalan Sehat Satu Putaran, Sabtu (25/11), sedangkan pasangan Anies Baswedan-Cak Imin sudah lebih dulu hadir dengan agenda jalan sehat di Makassar pada Minggu (25/9).

Dekan Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Sukri Tamma menilai jalan sehat itu sebagai bentuk interaksi kandidat dengan masyarakat. Kegiatan itu dianggap bagian dari show of force atau unjuk kekuatan di Sulsel.

"Pertama, saat ini para kandidat tentu mencoba untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk memastikan potensi suara. Kedua, dalam konteks psikologi politik banyaknya orang yang hadir pada even yang dihadiri kandidat itu bisa dibaca orang besarnya dukungan sehingga bisa mempengaruhi opini masyarakat bahwa banyak pendukungnya," ujar Sukri Tamma ketika dihubungi detikSulsel, Selasa (28/11/2023).

Sukri melanjutkan kandidat ingin menunjukkan kekuatannya dengan banyaknya massa yang hadir di acara tersebut. Namun massa tersebut dianggap belum bisa diklaim sepenuhnya sebagai pendukung masing-masing kandidat.

"Tentu tidak semua yang hadir (memilih kandidat itu) karena ada yang hadir karena mengejar hadiah yang besar dan menarik," katanya.

Unjuk kekuatan ini, lanjut Sukri, juga akan menjadi pertunjukan bagi pemilih yang belum menentukan pilihan di Pilpres. Dalam artian, kandidat tersebut juga didukung banyak orang.

"Khususnya voters yang belum punya pilihan akan melihat kandidat ini ternyata banyak yang mendukung. Sekali lagi, banyaknya peserta yang hadir belum bisa ditransfer menjadi suara elektoral, tetapi paling tidak secara psikologis itu dihadiri dan kandidat bisa bertemu banyak masyarakat sekaligus berinteraksi," urai Sukri.

Namun, lanjut Sukri, jalan sehat itu akan menjadi pintu masuk bagi partai politik (parpol) pengusung dan tim kampanye untuk sosialisasi lebih lanjut. Sementara kandidat harus tetap menjaga citranya agar setelah disukai menjadi dipilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Saya kira setelah setelah jalan santai paling tidak orang sudah mengenal yang tadinya belum terlalu mengenal, yang belum berinteraksi langsung akhirnya berinteraksi langsung," katanya.

"Setelah itu menjadi PR bagi tim untuk memastikan untuk mendorong antusiasme yang ada dijaga dengan bersosialisasi lebih lanjut. Sehingga tugas berikutnya kandidat dan tim sukses dengan menjaga image dan terus berinteraksi dengan masyarakat," tambah Sukri.

Yang paling penting kata Sukri, keterpilihan kandidat di Pilpres adalah model kampanye yang menarik masyarakat. Termasuk janji-janji dan program yang disiapkan sesuai keinginan masyarakat.

Sementara Pengamat Politik UIN Alauddin Makassar Firdaus Muhammad menilai jalan sehat itu adalah upaya membangun opini. Dia juga menyebut semua massa yang hadir tak bisa diklaim seluruhnya sebagai pemilih kandidat yang menggelar jalan sehat.

"Ini belum bisa diklaim sepenuhnya oleh mereka karena jumlah pemilih Makassar berapa hanya 1 juta lebih. Bayangkan kalau mereka sudah mengklaim 1 juta lebih yang hadir kita pakai logika saja, kalau pemilih Makassar 1 juta lebih juga artinya massa atau pemilih yang diklaim adalah pemilih yang sama," ujar Firdaus.

Dia menyebut jalan santai itu adalah sebuah panggung politik. Sementara massa yang hadir adalah penontonnya.

"Jadi dampak elektoralnya adalah siapa yang akan dipilih di akhir? Siapa yang paling menarik di antara mereka ini? Jadi ini (Pilpres) ibaratnya panggung, penontonnya sama," jelas Firdaus.

"Tinggal siapa yang lebih menarik dari segi kampanyenya, janji-janjinya, programnya. Jadi yang hadir itu tidak bisa diklaim simpatisannya karena orang yang sama. Jadi sangat tergantung pada daya tarik penampilannya," tandasnya.


(sar/hmw)

Hide Ads