Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menyebut budaya politik di Indonesia menganut sistem kerajaan. Budaya feodal itu dianggap menjadi permasalahan terbesar bangsa Indonesia saat ini.
Hal itu diutarakan Jimly saat menghadiri Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI di Hotel Four Point by Sheraton di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (4/11). Acara ini turut dihadiri 2 bacapres, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
"Jadi salah satu masalah yang juga serius di bangsa kita ini adalah budaya feodal. Ini salah satu tantangan yang harus kita hadapi untuk membangun peradaban masa depan," tutur Jimly dalam sesi diskusi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jimly lantas membandingkan dengan sistem yang dianut di Inggris. Menurutnya, Inggris negara yang menganut sistem kerajaan namun perilaku politiknya republik.
"Tapi Indonesia nggak begitu saya bilang. Indonesia ini republik, tapi kelakuannya kerajaan. Sebagai kaum intelektual kita harus objektif melihat ini sebagai fenomena nasional. Itu yang menjelaskan semua partai mengalami pembiruan darah bukan cuma satu, semuanya," ungkapnya.
"Jadi kita tidak bisa menyalahkan partai A partai B, tidak bisa. Kita harus melihat ini sebuah fenomena yang harus dicarikan solusi jangka panjangnya. Jadi jangan saling menyalahkan," tambah Jimly.
Menurut Jimly, pemerintah harus berorientasi membangun peradaban bangsa dengan melakukan modernisasi politik. Dia lantas menyinggung jika masih lemahnya institusi.
"Institusi masih lemah, masih tergantung figur. Ini problem kita. Sekarang kita menghadapi problem kualitas institusi bernegara berbangsa yang harus kita benahi," papar Jimly.
Dia pun menitipkan harapan agar para capres bisa mengedepankan kepentingan berbangsa dan bernegara. Jimly menekankan orientasi pemimpin negara tidak hanya mengambil alih kekuasan untuk menikmati.
"Jadi tantangan bagi kita dalam memberikan dukungan kepada para capres, sambil kita memberi masukan mudah-mudahan beliau-beliau ini begitu menjadi presiden ini memikirkan kepentingan penataan kembali untuk jangka panjang, bukan cuma mengambil, menikmati, rebutan untuk menikmati," tegasnya.
Diketahui, dua bacapres baik Ganjar Pranowo dan Prabowo turut hadir menyampaikan gagasannya saat menghadiri Silaknas ICMI. Dalam acara ini, Ganjar mengaku banyak mendapatkan masukan untuk dirinya sebagai bacapres.
"Kita butuh kesenjangan antar wilayah diperbaiki. Kita butuh SDM yang bisa mengisi. Saya kira masukan yang sangat bagus. Dan itu menurut saya penting. Membuat sebuah modelling yang bisa kita lakukan. Dan kuncinya, SDM-nya harus unggul," lanjut Ganjar.
Ganjar turut menyinggung soal akses pendidikan yang sulit dijangkau oleh anak-anak di Indonesia Timur. Sehingga menurutnya, hal inilah yang nantinya akan menjadi atensinya.
"Di Indonesia Timur penting membuat afirmasi. Wabilkhusus, kepada anak-anak kita agar bisa mendapatkan akses pendidikan yang baik," imbuhnya.
(sar/asm)