Legislator Soroti 70.000 Ton Beras Impor Masuk Sulsel, Minta Hitung Ulang Stok

Legislator Soroti 70.000 Ton Beras Impor Masuk Sulsel, Minta Hitung Ulang Stok

Sahrul Alim - detikSulsel
Kamis, 19 Okt 2023 15:46 WIB
Anggota Komisi E DPRD Sulsel Ady Ansar.
Foto: Anggota Komisi E DPRD Sulsel Ady Ansar. (Sahrul Alim/detikSulsel)
Makassar -

Anggota Komisi E DPRD Sulawesi Selatan (Sulsel) Ady Ansar mengaku baru mengetahui Provinsi Sulsel mendapat beras impor sebesar 70.000 ton. Ady menyayangkan situasi ini saat Sulsel dikenal sebagai daerah lumbung padi di Indonesia.

"Saya baru dengar ini, tetapi tentu kita sayangkan karena ini problem terbesar kita. Kita berharap dengan kenaikan harga beras harusnya dinikmati petani," jelas Ady kepada wartawan, Kamis (19/10/2023).

Ady melanjutkan kebijakan impor beras ini bisa merugikan petani. Di satu sisi pengusaha atau importir justru yang mendapat keuntungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau misalnya kita lakukan atau ada kebijakan impor seperti itu, ini kan kembali yang menikmati itu bukan petani tetapi tempat lain, importir atau pengusaha. Sindikasi apa di sini yang mainkan," tuturnya.

Legislator Sulsel Fraksi NasDem ini mengakui selama ini pihaknya tidak pernah menerima informasi terkait data riil stok beras di Sulsel. Pemprov Sulsel pun diminta menghitung kembali stok beras yang ada.

ADVERTISEMENT

"Kita sangat sayangkan, sebagai anggota DPRD Provinsi tentu berharap supaya pemerintah menghitung dengan baik apakah memang kita defisit (beras). Ini kan di Sulsel beberapa daerah sudah panen ini," ucapnya.

"Itu harus dihitung dengan baik. Kalau misalnya ternyata kita masih cukup, setop jangan diimpor. Karena itu bisa menyebabkan harga (anjlok bagi petani)" tambah Ady.

Menurutnya, kebijakan impor bisa saja dilakukan. Hanya saja, pertimbangannya harus jelas semisal dengan tujuan untuk menstabilkan harga dan cadangan beras dalam kondisi defisit.

"Sekarang harga memang naik saya akui, tetapi ini mau puncak karena sudah panen di beberapa tempat. Kalau misalnya untuk penanganan jangka pendek boleh-boleh saja, tetapi kita harus hitung dengan betul, kasihanlah masyarakat petani kita," paparnya.

Pihaknya pun masih mempertanyakan sampai ada beras impor yang masuk di Sulsel. Jangan sampai lanjut dia, kebijakan impor ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Kita ini belum ada data disajikan dengan baik. Apalagi kalau misalnya ini impor cokko-cokko (sembunyi-sembunyi) toh, ini kan kesannya tidak bagus. Besar itu 70.000 ton," ucap Ady.

Sementara Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin ogah mengomentari persoalan itu lebih jauh. Bahtiar lantas meminta pihak Bulog untuk memberikan penjelasan lantaran bukan kewenangannya.

"Tanya ke Bulog, bukan kewenangan kita itu. Tanya ke Bulog," kata Bahtiar usai rapat paripurna terkait peringatan HUT ke-354 di DPRD Sulsel, Kamis (19/10).

Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas miris dengan adanya 70.000 ton beras impor yang masuk di Sulsel. Padahal, Sulsel termasuk daerah lumbung pangan.

"Sulawesi Selatan itu kan barometer dan produksi terbesar di Indonesia, jadi sampai hari ini, ini sudah kemasukan beras untuk Sulsel dari impor 70.000 ton. Miris kan," kata Buwas di Kantor Perum Bulog di Jakarta, dilansir detikFinance, Rabu (18/10).




(sar/ata)

Hide Ads