Guru berinisial MJ di SMAN 3 Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mem-bully profesi orang tua (ortu) siswanya berinisial RH yang bekerja sebagai petani. MJ merasa tersinggung saat RH menyampaikan protes kepadanya.
Aksi perundungan itu terjadi di ruang kelas SMAN 3 Takalar pada Kamis (5/10). Kala itu, MJ sedang mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) di kelas 12.
"Kejadiannya hari Kamis pagi di kelas 12 saat pembelajaran PPKN, dan kemudian materinya diskusi," ujar Kepala SMAN 3 Takalar Ilham kepada detikSulsel, Sabtu (7/10/2023).
Ilham mengatakan, saat itu proses pembelajaran dimulai sesi dengan diskusi antara kelompok pemateri dan siswa lainnya. Singkat cerita, kelompok pemateri malah bermain handphone dan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya.
"Lama tidak dijawab (pertanyaan temannya) dan dia (kelompok penyaji) buka HP-nya. Gurunya sampaikan, 'jangki buka HP, supaya belajar, jawab ki itu pertanyaannya teman ta', kira-kira begitu," sebutnya.
Tiba-tiba, RH yang duduk di bagian belakang nyeletuk dan menimpali omongan MJ yang menegur kelompok pemateri. Akibat tersinggung, MH lantas memanggil RH untuk maju ke hadapannya.
"Ini yang temannya yang duduk di belakang, dia bilang 'ih, Pak, jangki paksai tawwa', kurang lebih begitu. Nah, dia (MJ) panggil mi itu anak naik (ke depan kelas). Iya begitu (guru MJ tersinggung). Karena dia banyak bicaranya di belakang," tambah Ilham.
Menurut Ilham, MJ kemudian menanyakan tempat tinggal RH. MJ turut menanyakan pekerjaan orang tua RH hingga akhirnya menyampaikan kalimat yang dinilai merendahkan profesi orang tua RH.
"(Terus) ditanya lagi, 'di mana kerja bapak ta?'. (Gurunya bilang) 'ih, kah anak petani jako pale, saya kira anak panglima ko. Kenapa terlalu banyak protesmu'," ungkap Ilham.
Perkataan MJ pun mengundang keributan di kelas hingga rekan sekelasnya membela RH dan menyudutkan gurunya itu. Terkait itu, Ilham menyebut MJ tak ada niat untuk merendahkan, meski diakui diksi yang digunakannya keliru.
"Begitu dia bilang gurunya, dalam bentuk candaan ji sebenarnya. Cuma mungkin diksinya yang salah. Karena dia sadari waktu saya panggil wawancarai satu jam setelah kejadian itu. Gurunya dia sadari ji itu. Penempatan bahasanya yang salah," ucapnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(asm/asm)