Demo Tuntut Plasma Sawit di Seruyan Ricuh, Massa Tabrak Polisi Pakai Pikap

Kalimantan Tengah

Demo Tuntut Plasma Sawit di Seruyan Ricuh, Massa Tabrak Polisi Pakai Pikap

Riani Rahayu - detikSulsel
Sabtu, 23 Sep 2023 09:04 WIB
Demo warga di PT Hamparan Mawasit Bangun Persada (HMBP), Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng) berakhir ricuh.
Foto: Demo di Seruyan, Kalteng berakhir ricuh. (dok.istimewa)
Seruyan -

Demo warga di perusahaan sawit PT Hamparan Mawasit Bangun Persada (HMBP), Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng) berakhir ricuh. Massa bahkan nekat menabrak aparat yang bertugas menggunakan mobil pikap.

"Karena tak ada titik temu akhirnya mereka merasa tidak puas dan mencoba menabrakan pasukan pengamanan kita di Seruyan dengan mobil pikap," ujar Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Erlan Munaji kepada detikcom, Jumat (22/9/2023) malam.

Demo tersebut berlangsung di area perusahaan PT HMBP 1 di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kamis (21/9) sore. Warga menuntut 20 persen plasma dan kawasan hutan di luar hak guna usaha (HGU).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masyarakat menyampaikan tuntutan meminta 20 persen plasma dan kawasan hutan di luar HGU itu sekitar 1.175 hektare, dan lahan di area sungai dan danau itu kurang lebih 500 meter," terang Kombes Erlan.

Erlan menuturkan warga dan pihak perusahaan sempat melakukan pertemuan membahas persoalan tersebut 18 September 2023. Namun dalam mediasi itu tidak ditemukan kesepakatan antara warga dan pihak perusahaan.

ADVERTISEMENT

"Tanggal 18 itu mereka mediasi, rembuk sore dan malam. Namun mereka tak puas (dengan keputusan) dan menabrakkan petugas menggunakan mobil pikap," jelasnya.

Melihat aski massa yang tidak terkendali, polisi pun mengeluarkan tembakan peringatan dan tembakan gas air mata. Para massa aksi sempat mundur, namun malamnya kembali beraksi.

"Nah ini disesalkan, malamnya mereka juga melakukan pengrusakan fasilitas umum (fasum). Seperti koperasi dijarah, kamp-kamp buruh dibakar dan dijarah. Kemudian jalur masyarakat untuk anak sekolah itu ditutup," ungkapnya.

Akibatnya, sebanyak 500 masyarakat lain mengungsi di pusat desa untuk mengamankan diri. Mereka ditempatkan di kecamatan dan masjid-masjid terdekat

"Sementara yang kita dapat informasi untuk karyawan ada sekitar 200 di kecamatan dan sekitar 300 di luar masjid-masjid. Besok akan kami cek lagi," tuturnya.

Meski demikian, Erlan mengungkapkan saat ini situasi telah kondusif. Sampai malam ini, Jumat (22/9) pihak kepolisian telah berjaga dan melakukan patroli ke beberapa titik di desa tersebut.

"Sejauh ini situasi masih kondusif dan kita berupaya melakukan komunikasi dengan masyarakat, kemudian dengan tokoh-tokoh adat dan stakeholder terkait tentang bagaimana penyelesaiannya," kata dia.

"Bahkan dengan perusahaan kita memberikan masukan dan sebagainya. Malam ini kita juga melaksanakan patroli gabungan ke tempat-tempat tertentu yang dimungkinkan adanya masyarakat," pungkasnya.




(hsr/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads