Pria Asal Amerika Punya 96 Anak Biologis di Usia 32 Tahun, Kok Bisa?

Pria Asal Amerika Punya 96 Anak Biologis di Usia 32 Tahun, Kok Bisa?

Tim Wolipop - detikSulsel
Kamis, 07 Sep 2023 21:00 WIB
Dylan Stone-Miller
Foto: Instagram
Jakarta -

Pria bernama Dylan Stone Miller asal Amerika Serikat memiliki 96 anak biologis di usia 32 tahun. Anak-anak Dylan ini kini tersebar di berbagai negara.

Kok bisa ya?

Dilansir dari Wolipop, ternyata pria 32 tahun tersebut memiliki anak sebanyak itu karena di umur 18 tahun ia sudah rutin menyumbangkan spermanya. Dylan menjadi pendonor sperma sejak masuk kuliah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dylan mendonorkan spermanya berawal ketika ia ditahan karena mabuk sambil berkendara. Saat itu orang tua Dylan memintanya untuk mencari pengacara namun ia tidak memiliki cukup uang.

Dari situ lah ia mendaftarkan diri di bank sperma, Xytex. Selama 6 tahun Dylan rutin menyumbangkan spermanya, kini ia menghasilkan hampir 100 anak.

ADVERTISEMENT

Dylan awalnya memberikan izin identitasnya diungkap kepada anak-anaknya ketika mereka berusia 18 tahun. Namun, Dylan sudah bertemu 23 anaknya yang masih di bawah umur.

Hal itu dilakukan karena ia pernah dihubungi oleh orang tua dari anak pertamanya yang merasa bersyukur. Setelah bertemu dengan salah satu anaknya, Dylan meminta untuk masuk dalam grup Facebook di mana orang tua dari keturunannya tergabung.

Dylan pun memutuskan meninggalkan pekerjaannya dan menggunakan semua tabungan untuk bertemu dengan anak-anaknya yang tersebar di berbagai negara. Walaupun mereka semua bukan benar-benar anak yang dirawatnya, namun Dylan punya koneksi dengan keturunannya.

Dia bahkan menangis ketika melihat bagaimana anak-anaknya punya kesamaan fisik dengannya. Dylan berusaha mengingat mereka dengan mencatat nama dan tanggal lahir. "Aku ingin melihat mereka tumbuh," ujarnya.

Meski ia memiliki niat yang baik, orang tua dari anak biologis Dylan mengaku berhati-hati dengan kedatangannya. Mereka bahkan memastikan anak-anaknya menganggap Dylan sebagai orang asing bukan ayahnya.

"Kami datang ketika dia mengalami kesulitan. Menemui anak-anak memberinya tujuan baru. Setelah kami mengenal dia, kami merasa lebih nyaman. Tapi perasaanku berkata nantinya dia bisa merasa berhak yang mana bisa jadi masalah. Kami butuh dinding yang bisa ditembus untuk melindungi anak dan keluarga kami untuk dia bisa datang," kata salah satu ibu bernama Bowes.




(asm/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads