- Contoh Diakronik dalam Sejarah Tanam Paksa di Indonesia Contoh Diakronik Peristiwa Tanam Paksa di Indonesia (1830-1870) Contoh Diakronik Kronologi Pertempuran Ambarawa ( 20 Oktober-15 Desember 1945) Contoh Diakronik Pertempuran Surabaya ( 27 Oktober- 20 November 1945) Contoh Diakronik Kronologi Pertempuran 5 Hari di Semarang ( 15 Oktober-19 Oktober 1945) Contoh Diakronik Kronologi Perang Padri (1821-1837)
Ilmu diakronik digunakan untuk menganalisis sebuah peristiwa dari awal waktu kejadian hingga berakhir. Masih bingung? Yuk simak contoh dan penjelasannya berikut ini.
Mengutip dari Modul Pembelajaran SMA Buku Sejarah Indonesia Kelas X yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yakni "Dia" yang artinya melampaui, melalui atau melintas dan "Chronoss" yang artinya sebagai waktu. Sehingga arti kata diakronik adalah suatu hal yang melalui, melampaui atau melintasi batasan waktu tertentu.
Dalam pengertiannya, diakronik merupakan sebuah konsep berpikir yang menceritakan suatu hal dalam runtutan atau kronologis yang berurutan. Di sisi lain konsep berpikir diakronik ini tidak terlalu mementingkan pembahasan secara mendalam terhadap sebuah peristiwa yang terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih bingung atas penjelasan di atas? Nah untuk lebih memahaminya, berikut ini contoh diakronik dalam sejarah yang dapat dijadikan referensi. Simak lengkapnya berikut ini!
Contoh Diakronik dalam Sejarah Tanam Paksa di Indonesia
Contoh Diakronik Peristiwa Tanam Paksa di Indonesia (1830-1870)
Peristiwa tanam paksa ini berlangsung selama 40 tahun dari 1830-1870 di Indonesia. Penyebab awalnya di tahun 1830, di mana pada saat itu Pemerintah Belanda hampir mengalami kebangkitan setelah terlibat dalam perang Diponegoro tahun 1825-1830 dan kondisi tersebut juga semakin diperparah dengan pecahnya Perang Belgia di tahun 1830-1831.
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Jenderal Johanes van den Bosch sebagai pemimpin kolonial Belanda di Indonesia, menerapkan sistem tanam paksa di mana sistem ini mewajibkan masyarakat Indonesia menanam tanaman yang hanya laku di pasaran internasional seperti tanaman tebu, kopi dan teh. Nantinya hasil dari tanaman tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak Konoli.
Sistem ini mulai diterapkan pada tahun 1830-1835 dan pada tahun 1840 mulai menyebar ke seluruh wilayah di Jawa. Tak sampai di situ, pada tahun 1843 tanaman padi juga masukkan dalam sistem tanam paksa. Sehingga masyarakat Indonesia semakin mengalami kekurangan pasokan pangan di tahun 1844, beberapa wilayah di Jawa seperti Cirebon, Demak, Grobogan mengalami peristiwa mati kelaparan.
Dalam Menghadapi masa tanam paksa ini, masyarakat Indonesia mulai sadar akan pelaksanaannya yang sudah tak manusiawi lagi. Sehingga banyak dari masyarakat Indonesia mulai gencar melakukan perlawanan di tahun 1850-1860. Beberapa tokoh-tokoh penting Indonesia seperti L.Vitalis sebagai Inspektur Pertanian, dr. W. Bosch Kepala Dinas Kesehatan dan W. Baron Van Hoevell sebagai Humanis menuntut penghapusan sistem tanam paksa.
Selain beberapa tokoh tersebut, pada tahun 1860 Eduard Douwes Dekker (Multatuli) sebagai mantan Assisten Residen di Lebak, Banten, menulis sebuah buku berjudul Max Havelaar berisi tentang kritikan terhadap pelaksanaan sistem tanam paksa yang di anggap menodai Hak asasi manusia.
Walaupun penerapan sistem tanam paksa ini dilakukan oleh pihak Pemerintah Belanda. Namun di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat Belanda turut serta dalam memproteksi sistem tanam paksa yang dianggap begitu kecam kepada masyarakat Indonesia. Sehingga pada tahun 1870 peraturan ini akhirnya dihapuskan.
Tetapi pada kenyataan yang terjadi, sistem ini masih diterapkan di Indonesia tepatnya di luar wilayah Jawa, hanya namanya saja yang diubah menjadi sistem sewa tanah. Peraturan ini telah diatur dalam UU Agraria tahun 1870 dan terus berjalan hingga tahun 1915.
Contoh Diakronik Kronologi Pertempuran Ambarawa ( 20 Oktober-15 Desember 1945)
- Tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
- Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, terjadi peristiwa tembak-menembak antara para pejuang kemerdekaan dengan pasukan Sekutu.
- Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar pada tanggal 11 Desember 1945.
- Serangan mulai dilancarkan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 4.30 pagi.
- Pertempuran berakhir pada tanggal 15 Desember 1945 dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa. Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Contoh Diakronik Pertempuran Surabaya ( 27 Oktober- 20 November 1945)
- Tentara Inggris bersama NICA mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.
- Setelah insiden perobekan bagian biru bendera Belanda, pada tanggal 27 Oktober 1945meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris.
- Gencatan senjata antara pihak Indonesia dengan pihak tentara Inggris ditandatangani pada tanggal 29 Oktober 1945.
- Setelah gencatan senjata, bentrokan-bentrokan tetap saja terjadi sampai berpuncak pada terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur) pada tanggal 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30.
Contoh Diakronik Kronologi Pertempuran 5 Hari di Semarang ( 15 Oktober-19 Oktober 1945)
- Tawanan Jepang kabur pada hari Minggu, 14 Oktober 1945.
- Tersiar kabar bahwa sumber air minum di Semarang telah diracun.
- Kemudian Dr Kariadi yang hendak memeriksa sumber air dibunuh oleh tentara Jepang.
- Terjadi pertempuran yang berlangsung selama lima hari, mulai dari 15 Oktober 1945
Contoh Diakronik Kronologi Perang Padri (1821-1837)
- Terjadi perang antara kaum Padri dan kaum adat, namun terjadi perjanjian perdamaian pada tanggal 15 Juli 1825 di Padang,dimana perang ini mengharuskan tentara Belanda ditarik ke Jawa.
- Pada tahun 1834 Belanda mengesahkan pasukannya untuk mengepung pusat pertahanan kaum Padri di Bonjol.
- Kemudian pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Iman Bonjol tertangkap dan diasingkan ke Minahasa hingga wafatnya.
Nah, itulah penjelasan dan contoh diakronik dalam sejarah. Semoga informasi ini bermanfaat bagi detikers.
(edr/alk)