Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan negara yang wajib dinyanyikan pada momen upacara pengibaran bendera atau upacara kenegaraan lainnya.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah sepatutnya kita menghafal lagu nasional ini. Namun tak cuma sampai di situ, kita juga perlu untuk memahami makna, sejarah hingga pencipta lagu Indonesia Raya ini.
Nah, agar semakin tahu, berikut ini ulasan lengkap tentang lagu Indonesia Raya mulai dari lirik, makna, sejarah hingga profil penciptanya yang dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak yuk!
Lirik Lagu Indonesia Raya
(Stanza I)
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku
Hiduplah neg'riku
Bangsaku, rakyatku, semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
(Stanza II)
Indonesia, tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berdiri
Untuk s'lama-lamanya
Indonesia, tanah pusaka
Pusaka kita semuanya
Marilah kita mendoa
Indonesia bahagia
Suburlah tanahnya
Suburlah jiwanya
Bangsanya rakyatnya, semuanya
Sadarlah hatinya
Sadarlah budinya
Untuk Indonesia raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
(Stanza III)
Indonesia, tanah yang suci
Tanah kita yang sakti
Di sanalah aku berdiri
Menjaga ibu sejati
Indonesia, tanah berseri
Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji
Indonesia abadi
S'lamatlah rakyatnya
S'lamatlah putranya
Pulaunya, lautnya, semuanya
Majulah negerinya
Majulah pandunya
Untuk Indonesia raya
(Reff)
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, neg'riku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Tanahku, negeriku yang kucinta
Indonesia raya
Merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya
Makna Lagu Indonesia Raya 3 Stanza
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya adalah lagu yang memiliki 3 stanza atau 3 baris lirik yang berbeda-beda. Mengutip laman Kemdikbud, makna Lagu Indonesia Raya ini dapat ditemukan di dalam ketiga stanzanya.
Stanza pertama, menggarisbawahi kata "Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu". Kalimat ini bermakna penyemangat dan seruan bagi rakyat Indonesia yang kala itu masih belum merdeka.
Selain itu, di dalam stanza pertama juga terdapat lirik "Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badanya". Lirik ini awalnya berbunyi "Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya", namun kemudian diubah posisinya atas perintah Presiden Soekarno. Ia berpendapat bahwa tidak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak bangun terlebih dahulu. Hanya seorang budak yang badannya bangun tapi jiwanya tidak bangun.
Di stanza kedua, terdapat frasa yang ditekankan yakni "Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia". Lirik ini bermakna sebagai landasan spiritual dengan selalu mendoakan Indonesia yang bahagia.
Maka lanjutan lirik selanjutnya adalah "Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya" yang bermakna masyarakat Indonesia senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.
Terakhir, stanza ketiga, menekankan pada kalimat "Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi." Kemudian dilanjutkan dengan lirik "Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya."
Kedua kalimat ini bermakna sebagai sumpah setia dan amanat Agraria, yakni tidak terbatas pada tanahnya saja, melainkah seluruh yang terkandung dalam Indonesia, meliputi tanah, laut, hingga luar angkasanya.
Sejarah Lagu Indonesia Raya
Mengutip dari Buku Kontinuitas dan Perjuangan Makna Lagu Kebangsaan Indonesia Raya oleh Wisnu Mintargo, Lagu Indonesia Raya awalnya berupa lagu perjuangan kemudian diangkat menjadi lagu kebangsaan. Lagu ini menjadi saksi sejarah yang membuktikan perjuangan kedaulatan negara tercinta dari masa ke masa hingga pergantian generasi.
Awal terciptanya lagu 'Indonesia Raya' berawal ketika W.R. Supratman seorang nasionalis, wartawan dan seniman membaca sebuah artikel di surat kabar Fajar Asia. Artikel tersebut menyebutkan "siapa yang dapat menciptakan lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang dapat membangkitkan semangat rakyat".
W.R. Supratman kemudian tergugah hatinya. Ia kemudian mulai menciptakan lagu Indonesia Raya tersebut pada tahun 1924.
Bukan perkara mudah menciptakan lirik lagu yang penuh makna dan membangkitkan semangat perjuangan. Sebagai pemuda, W.R. Supratman turut mendorong semangat perjuangan lewat lagu ciptaannya tersebut.
Dalam menulis lagu kebangsaan ini, ia diilhami oleh cita-cita kebangkitan nasional Boedi Utomo 1908 yang mengikrarkan Sumpah Pemudah. Setelah selesai, W.R. Supratman kemudian memperkenalkan lagu Indonesia Raya pada Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 di Gedung Kramat 106 Jakarta.
Setelah itu, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya kemudian beberapa kali mengalami penyempurnaan. Hal ini seiring dengan kondisi politik dan sosial yang sedang berkembang kala itu.
Mengutip Buku Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Sejarah, Simbol, Arti, Dan Makna Serta Penggunaanya yang diterbitkan Kementerian Sekretariat Negara, setidaknya terdapat 3 kali penggubahan.
Pertama, sesaat sebelum lagu itu dipublikasikan saat perhelatan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Kala itu, beberapa kata dalam lirik lagu disesuaikan seperti kata "Merdeka" diganti menjadi "mulia". Hal ini karena adanya tekanan politik dari penguasa kolonial pada masa itu.
Penyesuaian kedua terjadi di masa kemerdekaan pada tahun 1950-an. Perubahan kedua ini merupakan penyesuaian yang paling fundamental karena diukur dengan penerbitan PP No. 44 Tahun 1958 tentang Lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Terakhir penyesuaian ketika terjadi pada era pasca Soekarno. Penyesuaian ini menjadikan lagu Indonesia Raya lebih singkat dibandingkan versi sebelumnya. Selain itu, beberapa kata juga disesuaikan dengan penggunaan ejaan bahasa yang disempurnakan. Versi inilah yang digunakan sampai sekarang.
Profil W.R. Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya
![]() |
Wage Rudolf Supratman adalah tokoh yang menggubah lagu kebangsaan Indonesia Raya. Mengutip buku Indonesia Raya oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, W.R. Supratman lahir di Surabaya, 9 Maret 1903.
Nama "Wage" dilekatkan pada dirinya karena lahir pada hari Senin Wage dalam penanggalan Jawa. Adapun kata "Rudolf" ia dapatkan dari kakak iparnya W.M. van Eldik, seorang keturunan Belanda, karena W.R. Supratman kala itu ingin dimasukkan ke sekolah Belanda. Sehingga perlu dicantumkan nama "Rudolf" yang berbau Belanda.
Ayahnya bernama Djoemeno Senen Sastrosoehardjo, seorang sersan pelatih Belanda KNIL dan ibunya bernama Siti Senen, yang berasal dari Purworejo. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga, semua saudaranya berjenis kelamin perempuan.
Sebagai anak laki-laki tunggal, Soepratman dimanja oleh orang tuanya. Tapi pada saat usianya 11 tahun, ibunya meninggal dunia. Sehingga ia harus ikut kakak perempuanya, Soepratijah, yang merupakan istri Eldik, ke Bandung.
Beberapa saat kemudian, Eldik yang merupakan anggota militer harus dipindahkan dari Bandung ke Makassar. Soepratman pun ikut dan tinggal di Makassar.
Di Makassar, Soepratman sering melihat bioskop yang waktu itu masih "bisu". Namun meski tanpa suara, film itu diiringi dengan musik, dari sanalah perhatiannya pada musik mulai tumbuh.
Setelah lulus sekolah, ia kemudian diangkat menjadi guru di Sengkang, Sulawesi Selatan. Namun, hal itu ditentang oleh kakaknya. Akhirnya ia berhenti menjadi guru dan bekerja di kantor Advokat di Makassar.
Setelah beberapa lama, ia kemudian memutuskan untuk pindah ke Jawa untuk menjadi seorang wartawan. Nah, dari sinilah ia kemudian terus mengembangkan karirnya di bidang jurnalistik dan turut menjadi pejuang yang berjuang melalui karya-karyanya.
Nah, demikianlah ulasan tentang lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/alk)