Produser sekaligus penulis novel, Jaya Tamalaki kini bersiap menggarap film bertajuk "Abdul & Maria". Film ini akan mengangkat genre romansa dengan bumbu isu toleransi beragama.
Film "Abdul & Maria" sendiri merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Jaya Tamalaki. Film ini akan melibatkan setidaknya 500 orang yang akan dipilih melalui Open Casting, yang diperuntukkan bagi para generasi muda khususnya wilayah Indonesia Timur yang siap beradu peran dengan pemain film papan atas.
Menurut Jaya, film Abdul & Maria direncanakan tayang di bulan Februari tahun depan bertepatan dengan hari Valentine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Open Casting akan dimulai pada 19 Agustus mendatang yang lokasinya terpusat di Sulawesi Tenggara, dimulai dari Kota Kendari kemudian menyebar ke 16 kabupaten/kota. Info lengkap bisa mengunjungi akun Instagram @sultramelaju," ujarnya melalui keterangan resmi pada, Rabu (16/8/2023).
Akan ada berbagai konflik yang akan disajikan dalam film ini. Tidak hanya kisah romansa yang rumit tetapi juga terdapat misteri dan tragedi yang akan mengundang rasa penasaran penonton.
Untuk mengetahui garis besar jalan cerita dari film "Abdul & Maria", simak sinopsisnya berikut ini.
Sinopsis Film "Abdul & Maria"
Film Abdul & Maria bercerita tentang seorang pemuda daerah Sulawesi Tenggara bernama Abdul. Ia merupakan putra tunggal Kepala Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Sultra.
Abdul memiliki hobi sebagai fotografer. Suatu saat Abdul mengunggah foto-foto tentang Gua Tengkorang di Sultra ke akun media sosialnya. Foto-foto ini lantas mengundang ketertarikan sejumlah peneliti Arkeologi.
Di sisi lain, Maria merupakan seorang Arkeolog lulusan Universitas Gajah Mada (UGM). Ia merupakan seorang penganut agama katolik taat, putri dari pasangan Paulus Alexsandro Yohakim mantan diplomat Italia untuk Indonesia dan wanita pengacara asal Solo.
Profesi Maria sebagai Arkeolog mengantarkannya ke Sultra untuk meneliti situs-situs sejarah. Kemudian Abraham Yusak, yang dipanggil Bram, seorang arkeolog asal Italia beragama Yudaisme (Yahudi).
Maria, Bram, dan 2 rekan Maria lainnya yaitu Greci dan Rosa tertarik meneliti Goa Tengkorak di Pulau Labengki, Sultra, usai melihat foto-foto yang diunggah oleh Abdul. Menurut Maria, simbol-simbol yang ada di dalam berbagai tulisan dan gambar di Goa Tengkorak tersebut boleh jadi berhubungan dengan budaya dan kepercayaan mitologi bangsa Mesir Kuno dan Yunani.
Berjalannya waktu, Bram diam-diam menyimpan rasa cinta kepada Maria. Namun Maria diam-diam menyimpan rasa terhadap Abdul dan begitu juga Abdul. Terjadilah cinta segi tiga antara Abdul, Maria, dan Bram yang berbeda latar belakang sosial, budaya dan agama.
Selain sisi romansa, film ini juga menceritakan sisi tragedi dan kekacauan akibat serangkaian misteri pembunuhan yang dialamatkan kepada tim ekspedisi hingga melibatkan pemerintah Indonesia dan Italia.
Abdul sebagai pemandu tim ekspedisi harus berjibaku menolong dan menyelamatkan rekan-rekannya dari tragedi dan kekacauan tersebut. Aksi heroic Abdul membuat Maria yang selama ini membentengi hatinya perlahan-lahan mulai runtuh yang akhirnya mengutarakan isi hatinya kepada Abdul, namun keduanya sadar jika ada jurang yang terlalu lebar menghalangi keduanya.
Kisah cinta Abdul dan Maria tidak hanya terhalang Agama tetapi juga keluarga. Keluarga Abdul dan Maria berupaya untuk memisahkan keduanya karena alasan keyakinan dan status sosial. Namun, upaya kedua keluarga berakhir sebaliknya.
Situasi dramatis, dan pengorbanan Abdul dalam upaya menyelamatkan Maria dan kawan-kawan, akhirnya secara natural menghapus semua alasan untuk memisahkan keduanya. Sehingga tergenapilah apa yang dikatakan dalam sepenggal dialog dari film ini, "Kita memang berbeda secara keyakinan, tetapi sefitrah secara kemanusiaan."
Di akhir cerita, film yang secara makna mengisahkan percintaan spiritual antara ayahanda Rasulullah SAW (Abdullah) dan Ibunda dari Yesus Kristus (Maria) berhasil menghabisi semua argumen dan alasan penentang cinta Abdul & Maria. Akhirnya, keduanya menjalani takdir cinta yang harganya sangat mahal. Kisah dramatis film ini, melampaui kisah cinta Romeo dan Juliet. Sehingga kita sampai pada kesimpulan bahwa cinta adalah jawaban dari semua pertanyaan dan perbedaan.
"Tuhan menciptakan manusia dalam berbagai bangsa tetapi mengikatnya dalam satu fitrah cinta dan kemanusiaan yang sama," kata Jaya.
(alk/nvl)