Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari besar keagamaan yang dinanti-nanti oleh umat Hindu. Lantas, kapan peringatan Hari Raya Galungan 2023 ini?
Hari Raya Galungan dirayakan untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta isinya. Umat Hindu akan mengungkapkan rasa syukurnya atas penciptaan tersebut kepada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.
Lantas, kapan dan bagaimana sejarah, serta makna dari Hari Raya Galungan ini? Berikut rangkuman detikSulsel dihimpun dari berbagai sumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapan Hari Raya Galungan 2023?
Melansir laman Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, Hari Raya Galungan dirayakan setiap 6 bulan sekali dalam kalender Bali. Penanggalan atau kalender Bali setiap bulannya berjumlah 35 hari, sehingga Galungan dirayakan setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Rabu (Budha) Kliwon Wuku Dungulan.
Sesuai Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Gubernur Bali Nomor 422.3/15315/PK/BKPSDM tentang Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2023, Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu 2 Agustus 2023.
Adapun Hari Raya Kuningan akan berselang 10 hari kemudian, yakni pada Sabtu, 12 Agustus 2023.
Sejarah Hari Raya Galungan
Masih dari laman Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, sejarah Hari Raya Galungan dilatarbelakangi dari kisah seorang raja pada jaman dahulu yang memerintah jagat Bali. Raja tersebut yang memiliki kemampuan sakti dan merupakan keturunan raksasa tersebut bernama Raja Mayadenawa.
Raja Mayadenawa seorang raja yang kejam, karena kesaktiannya yang tidak dapat dikalahkan dan menganggap dirinya sebagai dewa yang patut disembah oleh rakyatnya. Kesaktian tersebut didapatnya karena keteguhan terhadap Dewa Siwa.
Akibat sikap Mayadenawa yang dianggap melewati batas, salah seorang pemuka agama bernama Mpu Sangkul pun bersemedi dan meminta petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Konon, Mpu Sangkul mendapat bantuan dari Dewa Indra, dewa yang menguasai cuaca.
Singkat cerita, terjadi pertempuran yang sengit antara Mpu Sangkul dan Mayadenawa. Mayadenawa melakukan berbagai tindakan yang licik agar bisa memenangkan pertempuran itu, namun dia tetap mengalami kekalahan.
Dari kemenangan Mpu Sangkul yang dibantu Dewa Indra melawan Mayadenawa inilah menjadi simbol kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma) yang diperingati sebagai Hari Raya Galungan.
Makna Hari Raya Galungan
Kata 'Galungan' berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya menang atau bertarung. Galungan juga artinya sama dengan 'dungulan', yang berarti menang, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Badung.
Galungan berarti menyatukan kekuatan rohani agar bisa mendapat pikiran dan pendirian yang terang. Bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu adalah wujud adharma. Dari konsep inilah didapatkan kesimpulan bahwa hakikat Galungan adalah merayakan kemenangan Dharma melawan Adharma.
Rangkaian Acara Hari Raya Galungan
Disadur melalui laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, rangkaian acara ini dilaksanakan sebelum dan sesudah Hari Raya Galungan. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut.
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga merupakan awal dari rangkaian acara Hari Raya Galungan yang dimulai 25 hari sebelumnya. Tumpek Wariga juga kerap kali disebut sebagai Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Penguduh, Tumpek Pengatag atau Tumpek Pengarah.
Umat Hindu pada Tumpek Wariga akan memuja Sang Hyang Sangkara sebagai dewa kemakmuran dan keselamatan tumbuh-tumbuhan. Selain itu, semua pepohonan akan disirami dengan 'tirta wangsuh pada' atau air suci dan diberikan sesajen. Kemudian, pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap agar pohon tersebut dapat segera berbuah untuk upacara Hari Raya Galungan.
Adapun tradisi masyarakat untuk merayakannya dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa bubuh (bubur) sumsum yang berwarna.
2. Sugihan Jawa
Rangkaian acara selanjutnya adalah Sugihan Jawa. Sugihan Jawa berasal dari kata 'sugi' yang berarti suci dan 'jawa' berarti luar. Artinya, dalam Sugihan Jawa, umat Hindu akan membersihkan dan menyucikan dari segala sesuatu yang berada di luar diri manusia atau disebut Bhuana Agung.
Umat Hindu akan melakukan upacara Ngerebon yang bertujuan untuk menetralisir segala sesuatu yang berada pada Bhuan agung, disimbolkan dengan pembersian merajan (tempat suci) dan rumah.
3. Sugihan Bali
Setelah menyucikan dan membersihkan Bhuana Agung, umat Hindu akan menyucikan diri sendiri atau Bhuana Alit. Tata cara pelaksanaannya dengan membersihkan diri dan memohon di Tirta Gocara (tempat suci) yang didampingi oleh Sulinggih (pemuka agama Hindu).
4. Hari Penyekeban
Makna dari Hari Penyekeban berasal dari kata 'nyekeb indriya' yang artinya mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Hari Penyekeban akan dirayakan setiap Minggu pahing wuku Dungulan pada kalender Bali.
5. Hari Penyajan
Hari Penyajan bermakna memantapkan diri sebelum Hari Raya Galungan. Menurut kepercayaan umat Hindu, pada Hari Penyajan umat akan digoda oleh Sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri mereka menuju Galungan. Artinya, umat manusia akan diuji dari pengaruh buruk dan berbagai bentuk godaan.
6. Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan dalam kalender Bali. Umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor.
Hari Raya Galungan identik dengan penjor, penjor merupakan bambu yang dihiasi sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
7. Hari Raya Galungan
Setelah rangkaian acara terlaksana, tibalah puncak umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan. Prosesi dalam hari raya ini dimulai dengan sembahyang di rumah masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sembahyang di pura sekitarnya.
8. Hari Umanis Galungan
Hari Umanis Galungan dilakukan sehari setelah Hari Raya Galungan. Pada hari tersebut, umat Hindu akan melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi.
Kemudian, umat Hindu juga akan mendatangi sanak saudara dan mengunjungi tempat rekreasi.
Nah, demikian ulasan tentang Hari Raya Galungan yang diperingati nanti tanggal 2 Agustus, makna galungan serta rangkaian acara menuju puncak hari besar keagamaan tersebut. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/edr)