Banyak pelajar Indonesia yang memilih melanjutkan pendidikan tinggi di Singapura. Namun, banyak pula dari mereka yang memilih untuk berpindah kewarganegaraan.
Dilansir dari detikFinance, Direktur Jenderal Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim mengungkapkan setiap tahunnya ada sekitar 1000 orang mahasiswa Indonesia pindah warga negara ke Singapura.
"Saya lupa kalau nggak 100, 1.000 orang mahasiswa Indonesia di Singapura menjadi warga negara Singapura setiap tahun. Bersaing kita rebut orang-orang hebat, pintar," kata Silmy dalam Festival Gen Z 2023 by CentennialZ, Sabtu (8/7/2023) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas apa alasan di balik banyaknya mahasiswa yang pindah kewarganegaraan ini?
Director Political Economy & Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan salah satu faktornya adalah persoalan pendapatan. Ia mengatakan bahwa secara umum penghasilan di Singapura jauh lebih tinggi dibandingkan di Indonesia.
"Penghasilan di Singapura jauh lebih tinggi dari di Indonesia sehingga biaya hidup yang juga relatif tinggi tidak menjadi masalah. Bekerja di Singapura memberi kepastian masa depan," kata Anthony.
Selain itu, Singapura juga dinilai lebih efisien dan tertib. Dalam sektor kesehatan, negara ini dianggap sangat baik, akses transportasinya muda, serta lingkungannya yang masih terjaga.
"Bagi yang suka hidup damai dan tentram, Singapura menjadi pilihan utama. Bukan hanya bagi orang Indonesia, tetapi juga bagi orang Barat," jelas Anthony.
Alasan itu juga disetujui oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal. Dia menilai gaji di Singapura yang lebih tinggi menjadi alasan banyak mahasiswa Indonesia pindah kewarganegaraan.
"Ada beberapa manfaat yang dikejar oleh anak muda pada umumnya. Yaitu para pencari kerja mencari standar gaji yang lebih tinggi dan itu memang kita lihat standar gaji di Singapura memang lebih besar," ucap Faisal.
Tidak hanya itu, Singapura juga memiliki peluang kerja yang lebih banyak di sektor formal dibandingkan di Indonesia. Salah satu contohnya adalah, di bidang keilmuan tertentu misalkan sains, peralatan laboratorium yang ada di Indonesia punya gap cukup tinggi dibandingkan dengan di luar.
"Banyak sekali lulusan sains warga Indonesia di luar negeri itu menyoroti ini sebagai satu tantangan kalau bekerja di Indonesia. Sementara kalau di luar sudah jauh lebih bagus dari sisi fasilitas untuk menjalankan bidang keilmuan dia," bebernya.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus memikirkan masalah ini agar dapat menciptakan pasar ketenagakerjaan yang lebih menarik. Sehingga sumber daya manusia (SDM) yang unggul tidak habis diambil negara lain.
"Ini mestinya menjadi perhatian," saran Faisal.
(alk/alk)