Toraja merupakan salah satu primadona tujuan wisata populer di Sulawesi Selatan (Sulsel). Bagaimana tidak, selain menawarkan keindahan alam yang memanjakan mata, Toraja juga kaya akan wisata budaya.
Salah satu tradisi yang menjadi daya tarik wisatawan saat berkunjung ke Toraja adalah tradisi adu kerbau atau Tedong Silaga.
Tradisi ini bagian dari prosesi upacara adat kedukaan atau Rambu Solo. Biasanya, Silaga Tedong dilakukan di lapangan luas atau arena yang dibuat oleh keluarga yang sedang menyelenggarakan Rambu Solo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosesi unik ini tak pernah gagal untuk menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara saat berkunjung Toraja.
Budayawan Toraja Crystal Ranteallo mengatakan, tradisi Tedong Silaga dilaksanakan bertujuan untuk memberikan hiburan kepada keluarga yang sedang berduka. Hal itu kata dia, agar keluarga yang ditinggalkan tidak larut dalam kesedihan atau kedukaan.
"Maknanya itu untuk memberikan hiburan kepada keluarga yang sedang berduka. Ini juga sebagai tanda kegembiraan para gembala-gembala kerbau yang ada di Toraja," katanya kepada detikSulsel, Sabtu (1/7/2023).
Crystal mengungkapkan, tradisi tersebut sudah dilakukan nenek moyang Toraja dan turun temurun hingga saat ini. Kerbau yang diadu merupakan kerbau yang akan dipotong untuk prosesi upacara adat Rambu Solo.
"Sudah sejak nenek moyang masyarakat Toraja. Dulu, saat Silaga Tedong kerbau yang diadu adalah kerbau yang akan dipotong dalam upacara Rambu Solo, nanti baru-baru ini banyak yang mendatangkan kerbau petarung dari luar," ungkapnya.
Kerbau atau Tedong memang menjadi hewan yang sakral Toraja. Tedong diyakini oleh masyarakat suku Toraja sebagai simbol kekuatan, kebesaran, kesejahteraan dan kebanggaan suku Toraja.
Menurut Crystal, biasanya prosesi Silaga Tedong hanya dilaksanakan keluarga yang memiliki strata tinggi. Ini terlihat saat prosesi upacara adat Rambu Solo dengan memotong Tedong dengan jumlah yang sangat banyak.
"Tedong bagi orang Toraja itu hewan yang sakral atau diisitimewakan, karena kami percaya Tedong ini bersimbol kekuatan, kebesaran, kesejahteraan dan kebanggaan. Makanya saat Silaga Tedong biasanya hanya dilakukan keluarga yang terpandang atau keluarga strata tinggi, bisa dilihat dari jumlah Tedong yang disembelih saat Rambu Solo, semakin banyak semakin terpandang keluarganya," ucapnya.
Meski demikian, adat dan budaya Toraja tidak bisa diukur dengan Tedong maupun Babi. Namun adat Toraja mengajarkan sifat Sitaratte' (menghargai), Siangga' (saling mengaggap) dan Sipakaboro' (saling menyayangi).
"Nenek moyang kita sebenarnya mengajarkan adat Toraja itu bukan diukur dari kerbau dan babi. Tapi adat budaya Toraja mengajarkan kasih sayang seseorang, etika, kepedulian sesama, atau istilahnya sitaratte', siangga', dan siapakaboro', esensinya di situ," ujarnya.
(alk/hsr)