Gempa bumi terkini berkekuatan magnitudo (M) 6,0 yang mengguncang Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga dirasakan warga Ngawi hingga Madiun, Jawa Timur. Bahkan warga yang sedang membakar sate daging kurban berlarian ke luar rumah.
"Lindu-lindu! (gempa-gempa)," ujar Paidi (48) yang sedang membakar sate daging kurban di Kelurahan Krajan, Kecamatan Mejayan, Madiun seperti dilansir dari detikJatim, Jumat (30/6/2023) malam.
Paidi mengaku kaget saat merasakan getaran gempa yang berpusat di Bantul. Dia pun langsung meninggalkan tempatnya membakar sate karena khawatir rumah roboh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi kaget, khawatir rumah roboh akhirnya lari keluar," kata Paidi.
Hal senada juga dikatakan Janjiati (50). Dia mendengar suara kaca rumahnya bergetar cukup keras saat gempa terjadi.
"Kaca rumah dan jendela rumah gerak bersuara karena belum saya tutup pintunya," papar Janjiati.
Demikian halnya yang dirasakan Adi, warga Ngawi yang saat gempa terjadi dirinya sedang memancing di salah satu kolam dekat rumahnya.
"Kok horeg," ucap Adi kepada detikJatim.
"Ternyata gempa," imbuhnya.
BMKG Mutakhirkan Gempa Terkini Bantul Jadi 6,0
BMKG menyampaikan analisis penyebab gempa bumi di Bantul, DIY. BMKG juga memutakhirkan parameter kekuatan gempa di barat daya Bantul tersebut menjadi magnitudo M 6,0.
"Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 6," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dikutip dari detikNews, Jumat (30/6/2023).
Daryono mengatakan gempa tektonik M 6,0 itu terjadi pada pukul 19.57.43 WIB di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa, Kulon Progo, DIY. Sementara episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,63 derajat Lintang Selatan (LS) dan 110,08 derajat Bujur Timur (BT).
Dengan kata lain, gempa tepatnya berlokasi di laut pada jarak 81 Km arah selatan Kota Wates, DIY pada kedalaman 67 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia," kata Daryono.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," jelasnya.
(hsr/alk)