Jumat pekan kedua Dzulhijjah bertepatan dengan hari tasyrik Idul Adha. Masih dengan nuansa Idul Adha 2023, khatib Jumat dapat membawakan tema khutbah tentang hikmah kurban.
Ada berbagai hikmah kurban yang bisa disampaikan kepada jemaah. Mulai dari kisah nabi Ibrahim hingga sikap berbagi yang ditujukkan Rasulullah SAW.
Berikut ini kumpulan khutbah Jumat di hari tasyrik Idul Adha yang dapat dijadikan referensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk disimak.
Khutban Jumat #1: Esensi Qurban
Oleh: Dr Shabri Shaleh Anwar MPdi
KHUTBAH I
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر
الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا. وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.
لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
وَلَوْكَرَة الْكَافِرُونَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعَدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ
وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَ أَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَمَسَّكَ بِالدِّيْنِ وَسَلَكَ طَرِيْقَ هِدَايَتِهِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
Bertaqwalah kepada Allah tetapi jangan sambil lalu.
اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
Allah tidak menerima ketika seorang hamba bertaqwa sambil lalu.
اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
Yang Allah terima hanyalah taqwa yang sesungguhnya . Dan diantara implementasi taqwa yang sesungguhnya dari seorang hamba adalah:
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Berislamlah sampai mati dan matilah bersama Islam dan jangan sampai kematian datang merenggut , kita belum total sebagi seorang hamba Allah yang berserah diri kepada-Nya.
Sebab puncak tertinggi yang harus diraih oleh seorang hamba adalah taqwa. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَلَكُمْ
Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu." (QS. al-Hujarat:13).
Ayyuhal muslimun rahimakumullah
Semoga jamaah Jumat yang kita banggakan ini, tergolong orang yang dimampukan, menegakkan ibadah-ibadah di siang hari dan malam hari. Mudah-mudahan di antara kita ada yang sudah dipilih oleh Allah sebagai hamba yang diampuni dosanya yang telah lalu dan akan datang, dibebas dari fitnah kubur dan diselamatkan dari panasnya api neraka padahal umurnya masih panjang.
Mudah-mudahan pula kita semua dipilih oleh Allah sebagai hamba yang mendapatkan pahala menunaikan ibadah haji sebagaimana saudara kita yang sedang melaksanakannya di tanah suci Mekkah; padahal kaki kita masih menjejak tanah atau bumi pekanbaru saat ini.
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Orang yang tauhidnya lurus, Orang yang shalatnya benar, Orang yang mengamalkan sabar dalam hidupnya tanpa batas dan Orang yang berkorban dalam hidupnya kepada Allah; maka orang seperti ini sebenarnya; dunia dan isinya sedang diwariskan kepadanya.
Jangan memandang sempit makna korban dalam Islam. Kata korban itu diambil dari bahasa Arab: yaitu dari kata „qaruba-yaqrubu‟ yang bermakna dekat, kemudian mendapat penambahan tasydid sehingga jadilah "qarraba- yuqarribu" yang bermakna "mendekatkan".
Oleh sebab itu, sesuatu perbuatan yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah disebut pengor banan; dan apa saja yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah disebut korban; seperti hewan sembelihan, kekayaan, fikiran, tenaga, waktu, perasaan dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pengorbanan adalah nilai mulia yang mesti harus dimiliki dalam diri dan kehidupan kita, karena pengorbanan itulah yang akan menjadikan kita sebagai hamba yang berkedudukan tinggi dan mulia dihadapan Allah dan mulia pula dihadapan makhluk ciptaan-Nya. Di pagi yang mulia ini, tentu kita teringat kepada kisah nabi Ibrahim as, seorang hamba Allah yang berhasil mencapai puncak spritual tinggi dan yang sangat hebat dalam melakukan pengorbanan demi pengorbanan, hingga sampailah ke pengorbanan yang sangat berat; yaitu perintah menyembelih anaknya sendiri.
Bayangkan, 85 Tahun lamanya Nabi Ibrahim as berdoa, memohon kepada Allah siang dan malam, agar diberikan anak keturunan, akan tetapi ketika diberikan anak keturunan, Allah pinta untuk diqurbankan kepada-Nya.
Bukan ketika Allah pinta Nabi Ibrahim untuk mengurbankan anaknya, lalu saat nabi Ibrahim bersedia menerima perintah tersebut, Allah langsung ganti dengan seekor domba. Akan tetapi, mata pedang yang tajam itu sudah melesat ke leher nabi Ismail as, namun saat itu Allah menunjukkan kuasa-Nya. Mata pedang yang tajam yang sebelumnya dibelahkan ke batu yang besar terbelah menjadi dua, tak mampu melukai leher nabi Ismail.
Sampai akhirnya, Allah ganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Hari ini, kita tidak diminta oleh Allah untuk mengorbankan istri kita, kita tidak diminta oleh Allah untuk mengorbankan anak keturunan kita. Allah hanya meminta kita untuk mengorbankan harta kekayaan, fikiran, tenaga, waktu, perasaan, jabatan yang kita pegang, untuk dikorbankan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Karena hidup ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku" (QS. Adz-Dzariyat:56).
Maka pengorbanan yang kita lakukan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah. Dengan pengorbanan maka Allah akan mencintai dan melindungi kita, dengan pengorbanan maka pertolongan Allah akan datang kepada kita. Ingatlah kisah nabi Ibrahim as! . Nabi Ibrahim mendekatkan diri kepada Allah dengan menun aikan perintah-Nya; yaitu dengan menjadi-kan anaknya sendiri, nabi Ismail as, untuk disembelih sebagai korban. Karena itu adalah perintah Allah, meskipun dengan berat hati, nabi Ibrahim melaksanakannya, walaupun pada akhirnya Allah ganti dengan seekor domba.
Hasilnya adalah: Nabi Ibrahim dicintai oleh Allah, Nabi Ismail dilindungi oleh Allah, Keluarga nabi Ibrahim as dilindungi dari godaan setan yang terkutuk.
Hadirin sidang Jumat rahima kumullah!
Cobalah kita lihat, kita renungkan secara dalam keadaan kita pada hari ini, sangat memerlukan pengorbanan dari kita semua. Lihatlah berbagai masalah muncul ditengah-tengah kita; mulai dari rumah tangga kita, dimasyarakat kita, sampai berbangsa dan bernegara. Bahkan negara-negara Islam difitnah dan dianiaya; anak-anak dibunuh, para wanita diperkosa, rumah-rumah mereka dibakar dan dihancurkan.
Keadaan ini mesti segera dirubah, dan yang akan merubahnya adalah Allah SWT dan diri kita itu sendiri.
Di dalam Al-Quran disebutkan, "Allah tidak akan merobah nasib sesuatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang akan merobah nasib diri mereka", Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11).
Untuk merobah keadaan yang kita jalani saat ini, jelas adalah suatu perjuangan yang berat, disinilah pengorbanan kita diminta. Kita diminta untuk mengorbankan apa saja, harta kekayaan, fikiran, tenaga, waktu, perasaan bahkan jiwa sekalipun.
Disinilah kedudukan yang tinggi disisi Allah akan didapatkan, disinilah kemenangan akan diperoleh, Allah berfirman:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللَّهِ وَأَوْلَيكَ هُمُ الْفَابِرُونَ (3)
Artinya: "Orang - orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan". (Q.S. At-Taubah: 20)
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ وَاللهِ الحَمْدُ.
Saat ini, kita semua sangat mendambakan tokoh pejuang yang sanggup berkorban, masyarakat yang mau berkorban. Lihatlah Rasulullah dan para sahabat terdahulu; mereka berhijrah dari Mekkah ke Madinah; dengan rela meninggalkan kampung halaman, harta benda dan keluarga, mereka berkorban apa saja, bahkan mempertaruhkan nyawa sekalipun.
Saat ini; masyarakat menunggu pengorbanan dari kita, siapapun kita. Masyarakat menunggu pengorbanan yang tulus dan ikhlas, pengorbanan yang benar dan jujur, pengorbanan yang murni dan sejati.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ وَاللهِ الحَمْدُ.
Di pagi yang mulia ini, tidak semua orang bergembira sebagaimana yang kita rasakan. Cobalah lihat diujung jalan sana, diujung lorong sana; masih banyak orang-orang miskin, orang orang tua yang tak mampu lagi bekerja dan anak anak yang tidak ber-ayah dan ber-ibu, bersedih, menangis mengenang-kan nasib mereka diantara orang-orang yang sedang bergembira.
Ketika takbir mulai menggema, ketika sang anak yatim membukakan matanya, bukan baju baru yang ia lihat, bukan pula deretan kue dan makanan lezat yang tersedia dimeja makan. Akan tetapi yang ia lihat adalah baju lusuh dengan raut wajah ibu dan ayahnya yang bertengger didinding rumahnya. Ketika orang-orang di sekelilingnya bergembira ria, sang anak yatim bersedih menangis, kepada siapa ia mengadu, kepada siapa ia tundukkan wajahnya, ketangan siapa ia kan ciumkan bibirnya untuk meluahkan kasih sayang dan bermaaf maafan. Ayahnya sudah lama pergi, ibunya pun sudah lama meninggal, kakak abang pun tak peduli karena kemiskinan. Ketika orang lain bergembira, ketika disekelilingnya anak-anak lain didekap, dicium dan dimanja. Sang anak yatim jangankan baju baru, jangankan pelukan, dekapan dan ciuman dari orang terdekat. Makanan dan minuman pun tidak tersedia.
Mengapa kita tidak berkaca dari sejarah Rasulullah; ketika rasulullah melihat seorang gadis kecil, berbaju lusuh yang menangis menyembunyi kan wajahnya dengan kedua tangannya, bersedih melihat sekolompok anak kecil lainnya yang sedang bergembira ria bersama ayah dan ibunya di kota Madinah.
Rasulullah kemudian meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya: "Wahai anakku, mengapa engkau menangis? Bukankah hari ini adalah hari raya?.
Dengan suara lirih, gadis itu bercerita kepada Rasulullah SAW. "Pada hari raya yang suci ini anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan penuh kebahagiaan. Anak-anak bermain dengan riang gembira di depanku. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika dulu saat hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikan ku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia."
"Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah bahu membahu dan kemudian ayahku meninggal di dalam peperangan tersebut. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?".
Hati Nabi langsung terenyuh, sambil membelai rambut gadis yatim itu, Nabi berkata; "Wahai Anakku, hapuslah air matamu. Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu dan Aisyah menjadi ibumu. Bagaimana pendapatmu tentang usul ku ini?"
Gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Dia menatap dengan penuh perasaan dan memastikan bahwa di hadapannya adalah Rasulullah SAW. Anak yatim itu kaget sekaligus bahagia sampai bibirnya tidak bisa berucap dan hanya menganggukan kepala. Rasulullah pun menggandeng tangan mungilnya ke rumah Aisyah. Sesampai di rumah; Rasulullah sendiri yang menyisirnya dan member sihkan badannya dengan penuh kasih sayang.
Dibantu Fatimah, gadis itu dipakaikan baju bagus dan diberi makanan serta uang saku. Dia lalu dipersilakan untuk bermain dengan anak-anak lainnya. Teman-teman gadis itu heran, lalu bertanya, "Gadis kecil, apa yang telah terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat gembira?" Dengan senyum mengembang, gadis kecil itu menjawab, "Akhirnya aku memiliki seorang ayah dan ibu!".
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah!
Kita semua adalah anak yang dilahirkan dari seorang ibu. Mungkin ayah dan ibu kita sudah tiada atau mungkin ayah dan ibu kita jauh diujung kampung sana. Atau jika mereka sedang bersamamu. Cobalah pegang tangan jemari mereka. Rasakan aliran kasih sayang yang tidak pernah terputus kepadamu. Bayangkan kasihlah, bagaimana ibumu melahirkanmu dengan bertaruh nyawa bersimbah darah. Atau bagaimana susahnya ayahmu membesarkanmu dengan bekerja di tanah lapang, sampai-sampai kulitnya terbakar oleh panasnya matahari. Berterimakasihlah, bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan untuk berkorban dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Masih di nuansa hari raya Idul Adha ini, menyadarkan kita akan arti penting dari berkorban. Sebab masih banyak orang diseke liling kita yang membutuhkan pengorbanan dari kita dan inilah peluang untuk mendekat-kan diri kepada Allah, sebagaimana kita ketahui bahwa pengorbanan adalah perbuatan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan pengorbanan yang diterima itu, hanyalah pengorbanan dari orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Marilah masing-masing kita, menjadi contoh dalam memunculkan nilai pengorbanan, Kita mulai dari diri kita sendiri, kita mulai dari rumah tangga kita, kita tunjukkan di masyarakat kita, di tempat kita bekerja, dan dimanapun kita berada, sebagai apapun kedudukan kita.
Sesungguhnya semua itu akan kembali kebaikannya kepada kita; yaitu kita akan semakin dekat dengan Allah SWT.
اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ وَاللهِ الحَمْدُ.
Mudah-mudahan, melalui momen Idul Adha ini, kita berjuang untuk menjadi pribadi yang berani berkurban dengan segenap harta kekayaan, fikiran, tenaga waktu, perasaan. Sebab, ketika ruh masih dikandung badan, rezeki berlimpah ruah, akal masih berputar sehat, mata masih terang memandang, tangan masih kuat menggenggam, maka tak ada alasan untuk tidak berqurban. Sebab apabila masa kematian telah sampai, dimana diperlihatkan surga atau neraka di pelupuk mata. Maka tak akan ada yang bisa diulang kembali dan tak akan dapat dimajukan walau sedetik pun. Lihatlah bagaimana harapan hampa yang diteriakkan oleh orang-orang yang dahulunya ingkar di dunia."
رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَل صَلَحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Artinya: "Ya Tuhan Kami, Kami telah melihat dan mendengar, Maka kembalikanlah Kami (ke dunia), Kami akan mengerjakan amal saleh, Sesungguhnya Kami adalah orang-orang yang yakin." (QS. As Sajadah:12).
Tapi sayang, saat itu bukan lagi masa untuk memohonkan ampunan, bukan masa untuk menaruhkan harapan atau bertobat. Tapi masa itu adalah masa untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia.
Apabila telah sampai masanya, saat itu tak ada yang mengiringi kita. Yang mengiringi hanya tiga yang Pertama, sanak family, keluarga, tetangga. Yang Kedua, Harta, dan yang Ketiga, Amal kebaikan. (Yarji'us naini wayabaka wahid) Yang dua akan pulang; keluarga akan pulang, harta akan pulang, yang menemani hanyalah amal kebaikan yang dibuat di dunia.
Keluarga, tetangga yang dulunya begitu dekat dengan kita, hanya akan mengantarkan kita menuju ke tempat peristirahatan terakhir, mereka angkat keranda mayat kita, mereka masukkan kita ke liang lahat, mereka jejak-jejak kita, lalu mereka pun pulang meninggalkan kita. Harta, yang dulunya kita bangga-banggakan, yang kita cari siang dan malam, juga ikut pulang meninggalkan kita. Hanya amal kebaikan yang akan menjadi teman setia di alam sana.
Jika pernah tangan digunakan untuk bergotong royong membangun masjid itulah yang akan menyelamatkan kita, jika pernah tangan mengusap kepala anak yatim itulah yang akan menyelamatkan kita, jika pernah malam terbangun di saat orang lain tertidur pulas, melawan rasa kantuk yang begitu berat, itulah yang akan menyelamatkan kita, jika kita qurbankan harta kekayaan, fikiran, tenaga waktu, perasan dengan penuh ikhlas kepada Allah itulah yang akan menyelamatkan kita.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيمِ
وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
KHUTBAH II
اَللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُونَ ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيْبٌ . اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَعَنْ وَالِدِيْنَا وَعَنْ جَمِيعِ المُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Khutban Jumat #2: Keutamaan Kurban bagi Orang Beriman
Oleh: Deri Adlis
KHUTBAH I
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan limpahan nikmatNya kepada kita. Di antara limpahan nikmat tersebut adalah nikmat umur panjang dan nikmat kesehatan. Ini adalah nikmat terbesar yang diberikan Allah. Kita yakin dan percaya tanpa adanya dua nikmat ini, kita pasti tak akan bisa atau mampu melangkahkan kaki, mengayunkan tangan datang ke tempat ini untuk bersujud kepada Allah SWT.
Maka, selagi Allah SWT memberikan dua nikmat ini kepada kita, maka jangan sia-siakan untuk meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT.
Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada Rasulullah SAW.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Wujud dari rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan adalah dengan bertaqwa kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala larangannya.
Kemudian menjalankan segala yang diperintahkannya itu, juga mesti diiringi dengan rasa keimanan yang tinggi, bahwa tiada satu pun yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Kemudian juga diiringi dengan rasa diawasi oleh Allah sehingga diri ini merasa malu ketika enggan menjalankan segala yang diperintahkan. Kemudian rasa takut, karena di balik perintah tersebut pasti ada yang akan ditimpakan ketika kita enggan menjalankan perintah tersebut.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Jika ketakwaan ini sudah tertanam dan mendarah daging dalam diri kita, yakinlah terhadap janji yang Allah berikan kepada kita berupa kelapangan dan keberkahan rezeki, kemudahan dalam segala urusan. Serta, jalan keluar atau kemudahan terhadap persoalan kehidupan yang kita jalani akan kita dapatkan.
Allah berfirman dalam surat At-Talaq:
وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا.
Barang siapa betakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ...
Dan Dia memberikan rezekinya dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, Niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
( QS. At-Thalaq:2-3)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Allah SWT tidak memandang memandang dan menilai seseorang dari suku dia berasal, atau dari kepemilikan harta, kedudukan, pangkat dan jabatan. Begitu pula dari rupa dan paras seseorang. Tapi Allah SWT menilai dari ketaqwaan kita.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah
Tanpa disangka-sangka Allah SWT kembali mempertemukan kita di hari Idul Adha atau dalam istilah lainnya juga dikenal dengan udhiyah yang artinya hewan yang disembelih pada hari raya idul adha.
Idul Adha merupakan ibadah sembelihan hewan kurban yang kita laksanakan sebagai bentuk wujud rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberikan nikmat yang banyak kepada kita, yang diawali dengan salat dua rakaat yang telah kita kerjakan barusan ini.
Allah SWT berfirman:
فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.
Maka dirikanlah salat dan berkurbanlah.(QS.Al-kautsar:2).
Selain dari ayat di atas, syariat Idul kurban juga dapat kita lihat dalam surat Al-Hajj ayat 36
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا لْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَـكُمْ مِّنْ شَعَآئِرِ اللّٰهِ لَـكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖفَا ذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَآ فَّۚفَاِ ذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَ طْعِمُوا الْقَا نِعَ وَا لْمُعْتَـرَّۗكَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَـكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.
"Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur."
(QS. Al-Hajj :36)
Selain al-Quran seperti yang disebutkan dua ayat di atas, tata pelaksanaan ibadah kurban juga didasari oleh hadis dari Rasulullah. Bahkan salah satu dari hadisnya memberikan peringatan bagi kita yang enggan menjalankan ibadah kurban.
Dari Abi hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih kurban, janganlah mendekati tempat shalat kami". (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Hadis di atas, setidaknya memberikan sinyal yang menunjukkan kepada kita betapa pentingnya ibadah kurban itu kita laksanakan.
Oleh karena itu khatib mengajak kita semua kalau pada saat kita tidak mampu untuk berkurban, maka setelah ini kita mulai meniatkan dan membulatkan tekat kita untuk melaksanakan kurban di tahun besok. Kita harus menargetkan dan memaksakan diri kita tahun depan saya harus berkurban.
Kalau tidak bisa kita lakukan secara tunai, maka dapat kita lakukan dengan cara membayarnya secara berangsur-angsur. Sebab dia merupakan ibadah yang paling dicintai Allah. Di hari kiamat nanti Allah syafaat bagi mereka yang berkurban.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang anak Adam melakukan pekerjaan yang paling dicintai Allah pada hari nahr kecuali mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Hewan itu nanti pada hari kiamat akan datang dengan tanduk, rambut dan bulunya. Dan darah itu di sisi Allah SWT segera menetes pada suatu tempat sebelum menetes ke tanah. (HR. Tirmizy 1493 dan Ibnu Majah 3126).
Selain daripada itu, ibadah kurban termasuk merupakan ibadah yang utama. Sisi keutamaannya pada kita adalah dengan bersandingnya dua perintah yaitu salat dan berkurban sekaligus dalam surat al-Kautsar ayat 2.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ketika menafsirkan ayat ini menguraikan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih kurban. Hal ini menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu', merasa butuh kepada Allah SWT, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah SWT, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.
Oleh sebab itulah, dalam surat lain Allah SWT menggandengkan keduanya dalam firman-Nya:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam," (QS. Al-An'am : 162)
Walhasil, shalat dan menyembelih kurban adalah ibadah paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Beliau juga menegaskan: "Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih kurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat."
Wahai orang-orang beriman yakinlah ibadah kurban yang kita kerjakan ini, tidak akan membuat kita rugi. Karena Allah pasti memberikan balasan, kebaikan, serta keselamatan dan keberkahan bagi kita yang selalu menjalankan segala yang diperintahkannya.
نَصْرٌ مِّنَ اللّٰهِ وَفَـتْحٌ قَرِيْبٌ,وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
KHUTBAH II
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(Sumber: Situs Muhammadiyah)
Khutbah Jumat #3: Kurban Bentuk Kepasrahan Total pada Allah
Oleh: Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat
KHUTBAH I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ
أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ ، وَتَفَكَّرُوْا فِي نِعَمِ رَبِّكٌمْ وَاشْكُرُوْهُ، وَاذْكُرُوا آلَاءَ اللهِ وَتَحَدَّثُوا بِفَضْلِهِ وَلَا تَكْفُرُوْهُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ﴿ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ﴾، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin sidang Jumah rahimakumullah
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt. Dzat yang maha mengatur dan memberi nikmat kepada kita semua. Terutama nikmat panjang umur, nikmat sehat, dan iman-islam, sehingga pada kesempatan ini kita bisa bersama-sama menunaikan shalat Jumat berjamaah. Semoga setiap langkah kaki menuju tempat ini dan setiap amaliah yang kita tunaikan pada kesempatan ini senantiasa mendapat rida Allah SWT.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad SAW. Nabi pembawa rahmat ke seluruh alam, sekaligus Nabi pembawa cahaya ketauhidan di tengah gelapnya kesyirikan. Shalawat dan salam juga semoga tercurah kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin dan tabiaatnya, hingga kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berharap syafaatnya kelak di hari Kiamah.
Sidang Jumah yang dimuliakan Allah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa dalam arti imtisalul awamir wajtinabun nawaahi atau menunaikan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
Sebab, tidak ada bekal paling baik menghadapi perjalanan hidup ini selain ketakwaan kepada Allah SWT. Tidak ada hamba paling mulia di sisi-Nya selain hamba yang bertakwa kepada Allah.
Hadirin kaum Muslimin
Cikal bakal pensyariatan ibadah kurban berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih putranya Ismail alaihissalam. Kala itu Nabi Ibrahim ikhlas menyanggupi perintah Allah sebagai bentuk kepasrahan dan kepatuhan total kepada-Nya. Perintah itu diterima langsung melalui mimpinya, sebagaimana yang dilansir dalam Al-Quran.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرى فِي الْمَنامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرى قالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar," (QS. ash-Shafat [37]:102).
Mendapat informasi demikian dari ayahnya, Nabi Ismail pun tak gentar sedikit pun. Ia justru meminta Sang Ayah untuk menyanggupinya. Hal itu jelas terlihat dalam bunyi ayat di atas, "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Mendapat kesanggupan itu, Nabi Ibrahim bergegas menajamkan pisau dan membaringkan putranya Ismail untuk disembelih. Namun, goresan pisau Ibrahim di leher Ismail ternyata tak membekas apa-apa. Sebab, begitu cepat Allah mengganti leher Ismail dengan leher kambing.
Rupanya, perintah Allah pada Ibrahim untuk menyembelih putranya hanyalah ujian. Intinya, Ibrahim telah membenarkan mimpinya. Ibrahim sudah terbukti hamba yang ikhlas menjalankan perintah Allah. Itu terbukti dari seruan Allah kepada mereka berdua, sebagaimana termaktub dalam surah ash-Shaffat.
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ ، قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ، إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Artinya: Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," (QS. ash-Shafat [37]: 104-107).
Peristiwa penyembelihan ini kemudian menjadi cikal bakal pensyariatan ibadah kurban yang dikukuhkan dalam syariat umat Nabi Muhammad dan selalu mereka peringati di setiap Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.
Kaum muslimin sidang Jumat rahimakumullah
Berkurban sendiri merupakan konsekuensi dan kepatuhan kita sebagai hamba. Pada hakikatnya, apa pun yang Allah perintahkan, harus kita tunaikan, meskipun harus mengorbankan sesuatu yang paling berharga sekalipun, baik berupa jiwa, raga, waktu, harta dan sebagainya seperti halnya yang dicontohkan Nabi Ibrahim yang mengorbankan putra kesayangannya.
Secara spesifik, ibadah kurban sendiri didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur'an sebagaimana berikut.
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya: "Sungguh, Kami telah memberimu, Muhammad, nikmat yang banyak, maka shalatlah untuk Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu adalah orang yang terputus dari rahmat Allah," (QS. Al-Kautsar [108]: 1-3).
Berdasar ayat tersebut, madzhab Syafi'i menetapkan hukum kurban sebagai sunnah muakkad, sementara madzhab yang lain ada yang menetapkan hukum wajib, terlebih bagi mereka yang berkecukupan, sesuai dengan bunyi hadis:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
Artinya: "Barangsiapa yang berkelapangan (harta) namun tidak mau berkurban maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami," (HR. Ibnu Majah).
Namun, ada pula di antara ulama madzhab Syafi'i yang menarik hukum sunah muakkad kepada sunnah kifayah. Ini artinya, jika ada beberapa orang dalam satu keluarga, maka cukup terwakili atau terpenuhi status sunahnya jika ada salah seorang dari mereka yang menunaikan. Ini menunjukkan, tidak lagi diorientasikan bagi yang mampu, tetapi dianggap sebagai ibadah kolektif yang berstatus sunah dalam setiap keluarga.
Bahkan disampaikan Ibnu 'Abbas, jika seseorang tidak mampu berkurban dengan domba atau kambing, maka hendaklah berkurban pada hari raya Idul Adha dengan hewan yang halal walaupun berupa ayam, itik, atau kelinci sebagai wujud iraqotud dam.
Hadiri sekalian
Hukum sunah dan wajib di atas memberi pengertian dua hal. Pertama, ibadah kurban merupakan ibadah penting. Bahkan, dalam hadis dijelaskan bahwa amalan yang paling bagus dilakukan pada saat hari raya Idul Adha adalah iraqutud dam atau menyembelih hewan kurban. Karena itu, jika kita mampu maka tunaikanlah ibadah kurban tersebut.
Kedua, ibadah kurban merupakan wujud kesadaran dan kepasrahan hamba yang tidak memiliki apa-apa dan tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Ingatlah apa yang dipasrahkan Nabi Ibrahim berupa anak tercinta, Ismail, walau kemudian diganti oleh Allah dengan domba.
Lantas secara spesifik kapan kita diperintah untuk menyembelih hewan kurban? Sebagaimana yang telah disinggung, pelaksanaan kurban adalah pada Hari Raya Idul Adha, yakni pada tanggal ke-10 Dzulhijjah ditambah tiga hari tasyrik, yaitu tanggal ke-11, ke-12, dan ke-13.
Adapun ketentuan pembagian daging hewan kurban, para ulama fiqih telah memberi ketetapan. Jika kurbannya berupa nadzar, maka orang yang berkurban tidak boleh memakannya sedikit pun, termasuk keluarga yang wajib dinafkahinya. Sementara untuk kurban sunah, si pengurban masih boleh memakan sesuap atau dua suap bagian hatinya demi mencari keberkahan, bahkan mengambil hingga sepertiganya.
Hal itu dilakukan demi ittibaur-rasul atau mengikuti Rasulullah saw. sekaligus tafa'ul atas para penduduk surga. Sebab, hidangan pertama yang diberikan kepada mereka adalah hati.
Meski status kurbannya sunah dan si pengurban boleh mengambil hingga sepertiganya, tetapi menyedekahkan dan menghadiahkan seluruhnya tentu lebih baik. Tujuannya supaya lebih menunjukkan rasa ikhlas dan pengorbanan total dalam berkurban.
Namun, yang diniatkan dalam kurban adalah membersihkan sifat-sifat kehewanan yang ada dalam diri, menjauhkan sifat kikir, meraih kesucian jiwa, serta memperindahnya dengan sifat-sifat terpuji. Lagi pula yang sampai pada Allah dalam berkuran bukan dagingnya, melainkan ketakwaannya, sebagaimana firman-Nya:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu," (Q.S. al-Hajj [22]: 37).
Hadirin sidang Jumah yang dirahmati Allah
Semoga kita termasuk orang-orang yang pasrah dan berserah terhadap perintah Allah. Apa pun yang Allah perintahkan, termasuk perintah berkurban dengan harta kita, kita mampu menunaikannya.
Mari bersiap menyambut perintah kurban pada waktunya. Sesungguhnya, dengan berkurban, kita tidak akan pernah rugi. Dengan kurban, kita terlepas dari sifat kikir dan jauh dari sifat-sifat kehewanan. Sesungguhnya Allah pasti sudah menyiapkan balasan dan keberkahan bagi siapa pun yang menjalankan perintah-Nya. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
KHUTBAH II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(Sumber: Situs NU ONline)
(alk/edr)