Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI Willy Aditya berdiskusi bersama aktivis 98 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Willy mengungkap wakil rakyat kini kekurangan sosok penggerak sebab aktivis mahasiswa alergi terhadap partai.
"Secara historis partai itu mayoritas isi kaum pergerakan, nah sekarang kaum pergerakannya minoritas itu yang menjadi konsen saya. Jadi kenapa? karena aktivis-aktivis mahasiswa sekarang alergi dengan partai," ujar Willy dalam kegiatan Bincang Tokoh di Rumah Jabatan Ketua DPRD Kota Makassar, Rabu (21/6/2023) malam.
Willy menjelaskan partai merupakan kendaraan atau alat perjuangan. Dia mengatakan alat perjuangan mestinya dikendalikan oleh aktivis sebagai orang yang biasa hidup memperjuangkan hak rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara asbabun nuzul partai itu kan alat perjuangan, kalau alat perjuangan tentu mereka yang biasanya berjuang membela hak-hak warga negara, membela agenda kewarganegaraan yang harusnya mengurus itu. Bukan artinya kita diskriminatif. Tidak," tuturnya.
Willy menerangkan kurangnya minat aktivis mahasiswa dalam berpartai karena kampus di Indonesia memberikan jarak antara mahasiswa dengan dunia politik. Dia menganggap pendidikan hari ini merupakan peninggalan orde baru.
"Kenapa politik kita banal? kenapa brutal? karena juga kampus berjarak. Teman-teman bisa bayangkan yang menjadi pembimbing tesis saya itu ideologinya SPD partai butuhnya Jerman, mereka objektif ada sikap politik, ada sikap ilmiah," kata Willy.
"Hari ini, karena produk hegemoni orde baru semuanya berjarak dengan dunia praktis, artinya ilmunya entah kemana, prakteknya entah kemana. Ini yang saya rasakan sebagai praktisi, sebagai politisi," tambahnya.
Lebih lanjut, Willy menjelaskan bukan berarti semua aktivis mesti terjun dalam dunia politik. Dia hanya mengharapkan setidaknya kursi parlemen didominasi oleh para aktivis.
"Kalau itu dominan teman-teman bisa bayangkan aura pergerakannya," tutupnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Makassar Rudianto Lallo selaku fasilitator kegiatan mengajak mahasiswa memanfaatkan ilmu para tokoh nasional yang datang ke Makassar. Dia mengatakan teman-teman aktivis harus bisa menyerap ilmu dari tokoh nasional yang didatangkan.
"Bila mana ada tokoh nasional, tokoh pergerakan selama ini dikenal publik, dikenal oleh adek-adek kita, datang ke Makassar ya ayo kita manfaatkan, barangkali ada ilmu, gagasan, ide yang mau ditransfer kepada adek-adek kita, anak-anak kita, aktivis kampus di Makassar," tuturnya.
(hsr/hmw)