Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas merespons upaya penyelamatan pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua Pegunungan. Yan menyarankan agar pembebasan pilot tersebut mengedepankan operasi spionase.
"Kita pantau kegiatan pergerakan kelompok Egianus melalui berbagai macam spionase yang kita miliki," ujar Yan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, dilansir detikNews, Senin (6/6/2023).
Yan menganggap upaya negosiasi juga mesti diutamakan. Hal ini agar pilot Susi Air bisa dibebaskan dalam kondisi selamat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan begitu ketika mereka turun langsung bisa menggunakan berbagai macam pendekatan untuk berkomunikasi dan bernegosiasi agar mereka mau melepas pilot itu," ungkapnya.
Atas hal itu, personel yang diturunkan juga direkomendasikan mengurangi pengejaran secara langsung. Aparat keamanan fokus menjaga markas sambil mengintai pergerakan KKB.
"Jadi saya pikir, sebaiknya untuk melakukan pengejaran-pengejaran ini, sebaiknya harus kita kurangi. Lebih baik, kita menjaga di markas, di daerah teritorial lewat Kodam, Kodim, Koramil, Polda, Polres, Polsek," sebut Yan.
Menurutnya hal tersebut juga untuk menghindari jatuhnya korban dari aparat keamanan di tengah operasi penyelamatan pilot Susi Air selama 3 bulan lebih.
"Karena saya pikir ini, mereka kelompok kecil tetapi menguasai medan. Sehingga aparat kita korban sudah berjatuhan selama operasi 3 bulan lebih berjalan," jelas legislator fraksi Gerindra ini.
Yan turut menyarankan TNI untuk mengurangi jumlah pasukan di daerah tersebut. Menurutnya aparat TNI mesti fokus menjaga keamanan warga di wilayah teritorial.
"Jadi saya pikir nanti kita juga saran ke Panglima TNI untuk kurangi pengurangan pasukan. Tetapi sebaiknya, pasukan ini hanya standby di wilayah tertentu, di wilayah teritorial, untuk menjaga masyarakat agar masyarakat tidak menjadi korban pembantaian KKB," imbuh Yan.
Sebelumnya Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan pihaknya tidak menerapkan operasi militer untuk membebaskan pilot Susi Air. Yudo mengaku masih memprioritaskan proses negosiasi yang tengah berjalan.
"Karena kalau kita mengutamakan dengan operasi dengan militer, tentunya akan banyak berdampak negatif terhadap keselamatan masyarakat," ucap Yudo di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (5/6).
Sejauh ini lanjut Yudo, operasi penyelamatan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu dilakukan secara persuasif. Upaya negosiasi masih berjalan dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat.
"Kita tetap mengutamakan (negosiasi) dilaksanakan oleh tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat maupun Pj (penjabat) bupati di sana," urai Yudo.
Diketahui pilot Susi Air Captain Philip disandera KKB pimpinan Egianus Kogoya usai pesawatnya dibakar di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2). Keberadaan pilot tersebut belum diketahui hingga kini.
(sar/sar)