Abu Ali al-Hasan bin Hani' al-Hakami yang dikenal dengan panggilan Abu Nawas adalah seorang penyair Arab klasik dan terkenal. Julukan Abu Nawas ia dapatkan karena rambutnya yang ikal dan panjang sebahu.
Dilansir dari detikHikmah yang mengutip dari buku Abu Nawas Suf dan Penyair Ulung yang Jenaka susunan Muhammad Ali Fakih, Abu Nawas lahir di Provinsi Ahwaz sekitar Khuzistan, barat daya Persia tahun 757 M. Kendati demikian, ada banyak perbedaan pendapat terkait tahun lahir Abu Nawas.
Disebutkan dalam buku Kisah Lucu Kecerdasan Abu Nawas yang ditulis oleh Sukma Hadi Wiyanto, Abu Nawas terkenal sebagai murid yang cerdik dan antusias dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Nawas saat beranjak dewasa, bekerja dengan membantu sang paman membuat minyak wangi. Seusai bekerja, ia pergi ke masjid untuk belajar berbagai ilmu agama dan pengetahuan lain, seperti syair, fikih, dan ilmu hadits.
Dikenal sebagai sosok yang jenaka dan cerdas, Abu Nawas memiliki banyak kisah menarik yang dialaminya semasa hidup. Salah satunya ketika ia bersikeras mencari neraka.
Kala itu, Abu Nawas merupakan seorang staf ahli dari Khalifah Harun Al-Rasyid.
Pada suatu siang, Abu Nawas membawa lampu minyak dan menggoyangkannya sembari berhenti pada setiap sudut rumah. Begitu balik, ia kembali berjalan dengan lampu yang masih dipegangnya.
Penghuni Baghdad geger karena tingkah Abu Nawas. Mereka heran dengan orang yang secerdas ini berjalan di siang hari ketika sinar Matahari menyorot sambil membawa lampu.
"Abu Nawas mulai gila," kata salah seorang warga Baghdad yang tengah memperhatikan Abu Nawas.
Kendati demikian, Abu Nawas mengabaikan warga sekitar. Keesokan harinya dia tetap melakukan hal yang sama.
Kali ini Abu Nawas berjalan lebih pagi sambil membawa lampu minyak. Dia pun menolek ke kanan dan kiri tanpa bersuara.
Beberapa orang yang menyaksikan tingkah Abu Nawas lantas bertanya kepada Abu Nawas terkait hal yang dilakukannya di siang hari dengan lampu di tangannya.
Abu Nawas lalu menjawab, "Saya sedang mencari neraka."
Mendengar jawabannya, warga pun mulai berpikiran bahwa Abu Nawas gila. Bahkan di hari ketiga ia masih melakukan hal yang sama dan membawa lampu minyak yang digoyang-goyangkan.
Warga Baghdad yang tidak sabar akan perilaku Abu Nawas, lantas menangkapnya. Pasalnya di Baghdad ada sebuah undang-undang yang melarang orang gila berkeliaran.
Sejumlah musuh politik Harun Al-Rasyid justru gembira melihat Abu Nawas ditangkap. Mereka menganggap ketidakwarasan Abu Nawas bisa dijadikan sebagai senjata untuk menyudutkan wibawa sang khalifah.
Khalifah Harun Al-Rasyid yang malu atas perilaku Abu Nawas lantas bertanya dengan nada tinggi.
"Abu Nawas, apa yang kamu lakukan dengan lampu minyak itu siang-siang?"
"Hamba mencari neraka, paduka yang mulia," jawab Abu Nawas lancar, tidak ada tanda-tanda bahwa dirinya gila.
"Kamu gila, Abu Nawas. Kamu gila!"
"Tidak paduka, merekalah yang gila," kata Abu Nawas.
"Siapa mereka?"
Abu Nawas kemudian meminta orang-orang yang tadi menangkap dan menggiringnya berkumpul di istana. Setelah berkumpul di depan istana, Abu Nawas didampingi khalifah Harun mendatangi mereka.
"Wahai kalian orang yang mengaku waras, apakah kalian selama ini menganggap orang lain yang berbeda pikiran dan berbeda pilihan dengan kalian adalah munafik?" tanya Abu Nawas.
"Benar!" jawab orang-orang itu yang berjumlah ribuan.
"Apakah kalian juga yang menyatakan para munafik itu sesar?" tanya Abu Nawas.
"Betul, dasar sesat!"
"Jika mereka munafik dan sesat, apa konsekuensinya?" tanya Abu Nawas.
"Orang munafik pasti mereka masuk neraka! Dasar munafik, kamu!"
Mendengar itu, Abu Nawas kembali menimpali, "Baik, jika saya munafik, sesat, dan masuk neraka, di mana neraka yang kalian maksud? Punya siapa neraka itu?" sambil mengangkat tinggi-tinggi lampu di tangannya.
Jawaban Abu Nawas membuat orang-orang yang berada di depan khalifah Harun habis kesabaran. Mereka merasa diledek dengan mimik Abu Nawas.
"Hai Abu Nawas, tentu saja neraka ada di akhirat dan itu milik Allah. Kenapa kamu tanya?"
"Paduka mohon maaf. Tolong sampaikan pada mereka, jika neraka ada di akhirat dan yang punya neraka adalah Allah, kenapa mereka di dunia ini gemar sekali menentukan orang lain masuk neraka?" tanya Abu Nawas.
"Apakah mereka asisten Allah yang tahu bocoran catatan Allah? Atau jangan-jangan merekalah yang gila?" lanjutnya.
Ucapan Abu Nawas pun membuat khalifah Harun Al-Rasyid tertawa. Begitu jenaka sosok Abu Nawas di mata khalifah Harun.
Khalifah Harun lalu berkata sambil masih tergelak.
"Abu Nawas, besok siang lanjutkan mencari neraka. Jika sudah ketemu, jebloskan orang-orang ini ke dalamnya," kata Khalifah Harun.
(asm/urw)