Hewan ternak babi di Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) yang mati akibat virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika terus mengalami peningkatan. Terbaru Pemkab setempat melaporkan babi mati mencapai 17.105 ekor hanya dalam sebulan.
Melansir dari data Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPKP) Lutim yang diupload Dinas Kominfo SP Lutim, jumlah 17.105 ekor babi yang mati itu tersebar pada 11 kecamatan. Data terbaru tersebut dirilis per 15 Mei 2023.
Wilayah dengan kematian babi tertinggi terjadi di Kecamatan Tomoni Timur yang mencapai 8.598 ekor. Kematian babi tertinggi disusul Kecamatan Mangkutana sebanyak 2.102 ekor dan Kecamatan Burau 1.928 ekor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masuknya virus ASF juga membuat populasi ternak babi di Lutim menurun drastis. Populasi babi di Lutim tersisa 21.440 ekor dari total populasi sebanyak 38.556 ekor.
![]() |
Sebelumnya, peternak di Luwu TImur juga menjual murah babi mereka karena takut semakin rugi. Sedikitnya 400 ekor babi dijual dengan harga miring.
"400 lebih ekor babi di sini dijual murah, ada kebutuhan dari PT apa itu di Morowali yang Cina itu," kata Kepala Desa Panca Karsa, Eko Polabessy kepada detikSulsel, Senin (15/5/2023).
Eko menjelaskan sebelum dilakukan proses penjualan, babi dites terlebih dahulu kesehatannya. Dia mengatakan para peternak tak ingin babi peliharaannya mati percuma.
"Pokoknya mana yang bisa, sehat dari pada katanya mati percuma, tapi keadaan sehat dibawa pergi. Ukuran besar semua (babi), layak makan," kata Eko.
Eko mengatakan saat ini babi yang berada di Desa Panca Karsa tersisa 93 ekor saja.
"Sisa 93 ekor, sebenarnya karena belum terlalu jauh juga saat itu, cuma sudah mulai bergejolak keras di awal bulan 5, saya sarankan peternak mumpung ada masih sehat babinya, datang konsultasi ke rumah, saya lihat dulu, ini bisa, ini bisa, ini tidak bisa," ujar Eko.
(ata/hmw)