Astronom Temukan 'Raja Bulan' yang Lampaui Planet Jupiter

Astronom Temukan 'Raja Bulan' yang Lampaui Planet Jupiter

Tim detikInet - detikSulsel
Senin, 15 Mei 2023 21:50 WIB
This NASA handout image obtained October 19, 2009 shows Saturn during an equinox captured by the robot explorer Cassini. The images comprising the mosaic, taken over about eight hours, were extensively processed before being joined together. With no enhancement, the rings would be essentially invisible in this mosaic. To improve their visibility, the dark right half of the rings has been brightened relative to the brighter left half by a factor of three, and then the whole ring system has been brightened by a factor of 20 relative to the planet. So the dark half of the rings is 60 times brighter, and the bright half 20 times brighter, than they would have appeared if the entire system, planet included, could have been captured in a single image.The images were taken on August 12, 2009, beginning about 1.25 days after exact equinox, using the red, green and blue spectral filters of the wide angle camera and were combined to create this natural color view. The images were obtained at a distance of approximately 526,000 miles from Saturn and at a Sun-Saturn-spacecraft, or phase, angle of 74 degrees. Image scale is 31 miles per pixel. AFP PHOTO/NASA/JPL/SPACE/RESTRICTED TO EDITORIAL USE (Photo by HO / NASA / AFP)
Foto: NASA/AFP
Jakarta -

Sebanyak 62 bulan baru yang mengorbit Planet Saturnus ditemukan oleh para astronom. Planet bercincin ini kemudian ditasbihkan sebagai 'raja bulan'.

Dilansir dari detikINET, Saturnus sebelumnya memiliki 83 bulan yang telah diakui oleh International Astronomical Union. Namun kini total satelit alami yang dipunyai Saturnus berjumlah 145 bulan setelah penemuan terbaru astronom tersebut.

Dalam penemuan terbaru itu, bulan Saturnus diklasifikasikan sebagai 'bulan tidak beraturan'. Istilah ini mengacu pada objek yang terpengaruhi gravitasi planet dan pada akhirnya mengorbit di jalur besar, datar, atau elips yang lebih condong dibandingkan orbit bulan biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga saat ini, Saturnus punya 121 bulan tidak beraturan bersamaan dengan 24 bulan regularnya. Bulan-bulan yang tidak beraturan cenderung berkelompok tergantung pada kemiringan orbitnya.

Adapun puluhan bulan itu berkat pengamatan yang dilakukan oleh tim yang dipimpin Edward Ashton, seorang post doctoral fellowship di Academia Sinica Institute of Astronomy and Astrophysics.

ADVERTISEMENT

Mereka mengidentifikasi benda yang mengelilingi Planet Saturnus itu menggunakan teknik yang disebut shift and stack untuk menemukan bulan-bulan yang lebih kecil dan redup di sekitar planet tersebut.

Teknik shift and stack ini menggunakan serangkaian gambar yang bergeser dengan kecepatan yang sama dengan gerakan bulan di sekitar Saturnus. Cara itu rupanya ampuh menemukan puluhan bulan baru Saturnus.

"Melacak bulan-bulan ini membuat saya mengingatkan pada permainan anak dot-to-dot, karena kami harus menghubungkan berbagai penampakan bulan-bulan ini secara bertahap selama beberapa minggu terakhir," kata Ashton dikutip dari Space, Minggu (14/5/2023).

Sebenarnya, shift and stack bukanlah teknik baru, sebab dipakai untuk mencari bulan di Neptunus dan Uranus. Hanya saja baru membuahkan hasilnya saat pencarian bulan Saturnus.

Data yang digunakan oleh tim dalam menemukan bulan baru Saturnus dikumpulkan antara 2019 dan 2021 dalam rentang tiga jam oleh Canada France Hawaii Telescope di Maunakea, Hawaii. Penggunaan teleskop tersebut memungkinkan para astronom mendeteksi bulan di Saturnus dengan diameter 2,5 km.

Meskipun beberapa bulan terlihat sejak 2019, dibutuhkan lebih dari ekstra pengamatan untuk memastikan bahwa itu adalah bulan, bukan asteroid yang melakukan perjalanan singkat ke Saturnus.

Pada Februari kemarin ditemukan 12 baru dengan total jumlah 92 bulan mengorbit Jupiter, tetapi dengan penemuan terbaru saat ini Saturnus kini jadi planet dengan memiliki jumlah bulan terbanyak di Tata Surya.

Meski demikian, jumlah bulan terbanyak bisa saja akan tergantikan di masa mendatang seiring pengamatan astronom yang masih terus berlanjut.




(asm/asm)

Hide Ads