Kemampuan bermusik seseorang ternyata berkaitan dengan bahasa ibu yang digunakan. Sebuah penelitian mengungkap seseorang lebih pintar bermusik jika bahasa yang diucapkan sehari-hari menggunakan pola nada.
Dilansir dari detikEdu, terdapat kurang lebih 6.500 bahasa yang dituturkan di seluruh dunia menurut World Data. Setiap bahasa tentu memiliki cara penuturan yang berbeda-beda.
Dari sekian banyak bahasa, terdapat beberapa bahasa yang diucapkan dengan nada (bahasa tonal), seperti bahasa Mandarin dan Spanyol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam Jurnal Current Biology, para peneliti mengungkapkan bahwa bahasa ibu yang membutuhkan nada bisa meningkatkan persepsi melodi seseorang. Studi global besar-besaran mengungkapkan bagaimana keterampilan bahasa bisa turut berpengaruh ke bidang kognisi lainnya.
Bahasa yang menggunakan nada pada dasarnya bertujuan untuk membedakan kata-kata yang mungkin terdengar sama. Seperti kata mă dalam bahasa Mandarin berarti kuda, sedangkan mā artinya ibu.
Sementara bahasa nontonal seperti bahasa Spanyol, terkadang menggunakan nada untuk menunjukkan emosi, namun tidak mengubah arti kata.
Penelitian Ungkap Penutur Bahasa Tonal Lebih Pintar Bermusik
Sebuah penelitian dilakukan dengan melibatkan para peserta yang diminta menyelesaikan beberapa tugas musik dalam game online. Dalam penelitian itu, responden diminta mengidentifikasi melodi yang cocok di nada yang berbeda dan menemukan trek ketukan yang sesuai dengan ritme lagu.
Dari 19 basaha tonal (bernada), rata-rata penuturnya memiliki hasil lebih baik dibandingkan dengan pengucap dari 19 bahasa nontonal. Dampaknya cukup besar, dimana bahasa ibu yang bernada meningkatkan persepsi melodi sekitar setengah dari jumlah pelajaran musik. Namun, penutur bahasa tonal cenderung lebih buruk dalam tugas ritme.
Kecenderungan manusia ialah memilih apa yang mereka perhatikan. Sementara dalam bahasa, penutur bahasa tonal akan sangat memperhatikan pola nada.
"Anda memiliki sumber daya perhatian yang terbatas, dan entah bagaimana Anda harus mengalokasikannya," kata rekan penulis studi Courtney Hilton, seorang ilmuwan kognitif di University of Auckland di Selandia Baru dalam Science News.
Penelitian sebelumnya tentang bahasa dan musik sering kali hanya membandingkan dua bahasa, biasanya bahasa Inggris dan Kanton atau Mandarin. Namun pengaruh budaya lain, seperti gaya musik Timur dan Barat, dapat memengaruhi hasil.
"Hasil kami di sini menunjukkan bahwa bahasa yang diucapkan seseorang, yang merupakan bagian penting dari budaya, juga membentuk kognisi," kata Hilton.
(urw/ata)