Kumpulan Contoh Pidato Hari Pendidikan Nasional 2023 dalam Berbagai Tema

Kumpulan Contoh Pidato Hari Pendidikan Nasional 2023 dalam Berbagai Tema

Ihksan Bayu Aji Saputra - detikSulsel
Sabtu, 29 Apr 2023 10:00 WIB
Ilustrasi pidato.
Ilustrasi pidato. (Foto: Miguel Henriques/Unsplash)
Makassar -

Contoh pidato Hari Pendidikan Nasional 2023 dapat menjadi referensi saat menyusun naskah pidato yang akan dibacakan pada Hari Pendidikan Nasional. Berikut kumpulan contoh pidato yang telah dihimpun detikSulsel.

Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Hari yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia ini untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara sebagai sosok yang berjasa pada dunia pendidikan Indonesia.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Menristekdikti) telah menetapkan tema dan logo Hari Pendidikan Nasional 2023 melalui Surat Nomor 12811/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023. Adapun tema Hari Pendidikan Nasional 2023 adalah "Bergerak Bersama Semarakan Merdeka Belajar".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain logo dan tema, di dalam surat tersebut juga dijelaskan pedoman pelaksanaan upacara. Tentunya, dalam pelaksanaannya pembina upacara akan membawakan pidato Hari Pendidikan Nasional 2023.

Nah, bagi yang bingung menyusun naskah pidato Hari Pendidikan Nasional 2023, berikut kumpulan contoh yang bisa jadi referensi.

ADVERTISEMENT

Contoh Pidato Hari Pendidikan Nasional 2023

Pidato Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim #1

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan,
Rahayu.

Saudara-saudariku sebangsa dan setanah air,

Selama beberapa tahun terakhir, banyak sekali tantangan yang harus kita hadapi bersama, yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan, kita mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kita semua dapat mengatasinya.

Hari ini, saudara-saudariku, adalah bukti. Bukti bahwa kita jauh lebih tangguh dari semua tantangan, lebih berani dari rasa ragu dan tidak takut untuk mencoba. Kita tidak hanya mampu melewati, tetapi berdiri di garis depan untuk memimpin pemulihan dan kebangkitan.

Di tengah hantaman ombak yang sangat besar, kita terus melautkan kapal besar bernama Merdeka Belajar, yang di tahun ketiga ini telah mengarungi pulau-pulau di seluruh Indonesia.

Kurikulum Merdeka, yang berawal dari upaya untuk membantu para guru dan murid di masa pandemi, terbukti mampu mengurangi dampak hilangnya pembelajaran. Kini Kurikulum Merdeka sudah diterapkan di lebih dari 140.000 satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Itu berarti bahwa ratusan ribu anak Indonesia sudah belajar dengan cara yang jauh lebih menyenangkan dan memerdekakan.

Anak-anak kita juga tidak perlu lagi khawatir dengan tes kelulusan karena Asesmen Nasional yang sekarang kita gunakan tidak bertujuan untuk "menghukum" guru atau murid, tetapi sebagai bahan refleksi agar guru terus terdorong untuk belajar; supaya kepala sekolah termotivasi untuk meningkatkan kualitas sekolahnya menjadi lebih inklusif dan bebas dari ancaman tiga dosa besar pendidikan.

Semangat yang sama juga sudah kita dengar dari para seniman dan pelaku budaya, yang sekarang mulai bangkit lagi, mulai berkarya lagi dengan lebih merdeka. Itu semua berkat kegigihan kita untuk melahirkan terobosan dana abadi kebudayaan dan kanal budaya pertama di Indonesia. Dampaknya, sekarang tidak ada lagi batasan ruang dan dukungan untuk berekspresi, untuk terus menggerakkan pemajuan kebudayaan.

Semua perubahan positif yang kita usung bersama ini tidak hanya dirasakan oleh para orang tua, guru, dan murid di Indonesia, tetapi sudah digaungkan sampai ke negara-negara lain melalui presidensi Indonesia di konferensi tingkat tinggi G20. Tahun ini kita membuktikan diri bahwa kita tidak lagi hanya menjadi pengikut, tetapi pemimpin dari gerakan pemulihan dunia.

Para penggerak Merdeka Belajar di seluruh Indonesia yang saya banggakan,

Langkah kita hari ini sudah semakin serentak, laju kita sudah semakin cepat. Namun, kita belum sampai di garis akhir. Maka, tidak ada alasan untuk berhenti bergerak meski sejenak. Ke depan, masih akan ada angin yang kencang dan ombak yang jauh lebih besar, serta rintangan yang jauh lebih tinggi. Dan kita akan terus memegang komando, memimpin pemulihan bersama, bergerak untuk Merdeka Belajar.

Selamat Hari Pendidikan Nasional.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Om shanti, shanti, shanti, om,
Namo buddhaya.

Contoh Pidato Hardiknas 2023

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera, Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,

Bapak dan Ibu yang kami muliakan dan segenap insan pendidikan di tanah air, Selamat merayakan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023.

Kita telah melalui krisis COVID-19. Krisis yang memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia.

Tetapi, dari krisis tersebut kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya.

Untuk pertama kalinya, guru-guru melakukan pembelajaran secara daring atau online, menggunakan tools atau perangkat baru, dan menyadari bahwa sebenarnya pembelajaran bisa terjadi di manapun.

Orang tua, untuk pertama kalinya menyadari betapa sulitnya tugas guru. Betapa sulitnya tantangan untuk bisa mengajar anak secara efektif. Kemudian menimbulkan empati kepada guru yang tadinya mungkin belum ada.

Guru, siswa, dan orang tua sekarang menyadari bahwa pendidikan itu bukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan di sekolah saja. Tetapi, pendidikan yang efektif itu membutuhkan kolaborasi yang efektif dari tiga hal ini, guru, siswa, dan orang tua. Tanpa kolaborasi itu, pendidikan yang efektif tidak mungkin terjadi.

Bapak dan Ibu yang kami banggakan,

Kita sebagai masyarakat juga belajar betapa pentingnya kesehatan. Betapa pentingnya kebersihan. Betapa pentingnya norma-norma kemanusiaan di dalam masyarakat kita.

Timbulnya empati, timbulnya solidaritas di tengah masyarakat kita pada saat pandemi COVID-19 ini merupakan suatu pembelajaran yang harus kita kembangkan. Bukan hanya di masa krisis, tetapi juga di saat ini ketika krisis ini telah berlalu.

Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari pandemi beberapa waktu lalu. Agar kita menjadi masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan.

Terima kasih telah mendukung segala program pemerintah sehingga kita bisa bangkit dan pulih kembali.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya,
Salam kebajikan.

Contoh Pidato Hardiknas-Kepala Sekolah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera, Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Yth. Bapak/Ibu Guru sekalian serta anak-anakku yang berbahagia, selamat Hari Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2023.

Mengapa setiap tanggal 2 Mei selalu kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional?

Tanggal 2 Mei adalah tanggal kelahiran tokoh besar pendidikan Indonesia, yaitu RM Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. RM Suwardi Suryaningrat, atau Ki Hajar Dewantara, dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. RM Suwardi Suryaningrat berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sedyotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal.

Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial. Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Budi Utomo tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Budi Utomo di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya. RM Suwardi Suryaningrat juga menjadi anggota organisasi Insulinde, yaitu suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, yang dipelopori oleh Ernest Douwes Dekker.

Kemudian, Ki Hajar Dewantara, Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, yang dikenal sebagai "Tiga Serangkai", mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme dan kesatuan rakyat untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Semangatnya tidak berhenti sampai sini. Pada bulan November 1913, Ki Hajar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk RM Suwardi Suryaningrat. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun tulisan RM Suwardi Suryaningrat yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker pada tanggal 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda.

Isi kutipan tulisan tersebut yaitu:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".

Akibat tulisan itu, RM Suwardi Suryaningrat ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Denburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka. Namun demikian kedua rekannya, Douwes Dekker (dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). RM Suwardi Suryaningrat kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Di tanah air beliau semakin mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi "ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" yang artinya "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan". Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Selama mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, beliau juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.

Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, RM Suwardi Suryaningrat ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Setelah Negara Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia
mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor Honoris Causa, Dr. H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada.

Ki Hajar Dewantara wafat di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya Brata. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum di Indonesia, Ki Hajar Dewantara dikukuhkan sebagai pahlawan nasional ke-2 dan dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya "Tut Wuri Handayani", menjadi slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Namanya diabadikan sebagai nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998. Atas dasar itulah, langkah kita kedepan menjadi bagian penting yang menentukan perkembangan pendidikan di tanah air ini dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang secara tegas menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

Marilah mulai sekarang, kita memperbaharui sikap, perilaku, dan kata-kata kita menuju kebaikan mencapai cita-cita. Bila saat ini kalian masih merasa belum sungguh-sungguh dalam belajar, belum bersikap sopan dan berbakti terhadap orangtua dan guru, marilah kita merubah sikap dan tindakan tersebut. Walau bagaimanapun jasa guru akan melekat selamanya dalam kisah hidup kita. Berbaktilah kepada orang tua dan guru kita serta berbuatlah agar mereka merasa bangga dan bahagia memiliki anak seperti kalian dan hidup kalian menjadi berkah. Karena tidak ada cerita seorang anak durhaka kepada orang tua mengalami hidup bahagia. Marilah sebagai insan pelaku dan penentu kemajuan dunia pendidikan di masa depan, kita bersama-sama dengan semangat serta kesadaran mencoba memberikan tenaga serta pikiran terbaik kita demi kemajuan dunia pendidikan.

Dalam kesempatan ini, saya berpesan: bagi anak-anakku sekalian belajar yang tekun, masa depanmu berada di pundakmu sendiri. Siapkan bekal kalian untuk masa depan kalian. Belajar dengan baik dan jaga kesehatan. Semoga apa yang kalian cita-citakan dapat tercapai.

Demikian yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi para peserta dan hadirin sekalian. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas segala kekurangannya.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan,




(alk/urw)

Hide Ads