Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengungkap suhu udara di Kota Makassar meningkat. Namun kondisi ini bukan karena pengaruh gelombang panas yang melanda Asia.
Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Amhar Ulfiana menyebut Indonesia tidak terdampak gelombang panas ekstrem. Situasi itu hanya terjadi di sebagian negara Asia Selatan.
"Indonesia tidak mengalami gelombang panas/heatwave. Namun suhu maksimum udara permukaan yang diamati di Kota Makassar pada akhir April ini meningkat dibanding Januari hingga Maret 2023," ungkap Amhar dalam keterangannya, Selasa (25/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amhar menjelaskan, suhu maksimum udara permukaan di Makassar saat ini berkisar antara 33-34 derajat celcius. Hal ini berdasarkan pengamatan sepekan terakhir sejak 18-24 April 2023.
"Kisaran tersebut masih tergolong kondisi normal. Dan ke depannya dapat berubah tergantung kondisi cuaca dan tutupan awan pada hari itu," tuturnya.
Amhar lantas mengungkap pemicu cuaca panas di Makassar. Menurutnya peningkatan suhu udara ini disebabkan karena kurangnya tutupan awan.
"Suhu panas dapat disebabkan oleh kondisi cuaca cerah atau kurangnya tutupan awan pada siang hari dan posisi semu matahari yang berada di sekitar ekuator," terang Amhar.
Amhar menjelaskan, Indonesia akan didominasi angin timuran pada Mei mendatang. Hal ini menandakan masuknya musim kemarau yang dapat menyebabkan suhu panas di Indonesia.
"Oleh karena itu, diimbau kepada masyarakat agar selalu menjaga kesehatan diri dan lingkungan, serta mengonsumsi air secukupnya agar tetap terhidrasi," ujarnya.
Gelombang Panas di Asia Selatan
BMKG mengaku sebagian besar negara Asia Selatan tengah dilanda gelombang panas sejak sepekan terakhir hingga 40 derajat celcius. Negara yang terdampak yakni Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos.
"Di Indonesia, suhu maksimum harian tercatat mencapai 37,2 derajat celcius di stasiun pengamatan BMKG di Ciputat pada pekan lalu, meskipun secara umum suhu tertinggi yang tercatat di beberapa lokasi berada pada kisaran 34 derajat celcius-36 derajat hingga saat ini," ucap Kepala BMKG Dwikorta Karnawati dalam keterangannya, Selasa (25/4).
Dwikorta menekankan Indonesia tidak mengalami gelombang panas sebagaimana yang terjadi di negara Asia Selatan lainnya. Cuaca panas yang dirasakan di Indonesia karena adanya gerak semu matahari.
"Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," terangnya.
Sementara jika ditinjau secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu hanya terjadi satu hari. Tepatnya pada tanggal 17 April 2023.
Suhu tinggi tersebut sudah turun dan kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36 derajat celcius di beberapa lokasi. Variasi suhu maksimum 34 derajat celcius-36 derajat celcius untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal klimatologi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," imbuhnya.
(sar/asm)