Sekitar 50.000 warga Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) melaksanakan salat Idul Fitri 1444 H di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar. Khatib salat Id pun berpesan Lebaran bukanlah soal pakaian serba baru, melainkan bagaimana mempertahankan atau bahkan meningkatkan ketakwaan.
"Ini kalau Idul Fitri, badan masjid dan seluruh pekarangan sampai luar itu ada sekitar 50.000 jemaah," kata Ketua Amalia Ramadan Masjid Al Markaz, Arman Arfa saat ditemui detikSulsel di Masjid Al Markaz Al Islami.
K.H Hasan Basri dan Prof Muammar M. Bakry masing-masing bertindak sebagai imam dan khatib salat Id. Dalam khutbahnya, Prof Muammar mengatakan tiba saatnya umat muslim mempertahankan ibadahnya setelah melewati hari-hari di bulan Ramadan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, jemaah diminta lebih meningkatkan ibadahnya dan jangan justru menjadi pecundang. Dia menyebut di hari raya bukan ditandai dengan baju baru melainkan bertambahnya kesalehan.
"Hari-hari melatih diri telah selesai. Tiba saatnya kepada praktik hari-hari, mampukah kita mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi kita yang telah diraih di bulan Ramadan," kata Muammar.
"Bukanlah hari raya ditandai dengan pakaian dan perabot rumah yang baru, tetapi berhari raya adalah orang yang bertambah kesalehannya," ujarnya.
![]() |
Menurutnya, untuk mengetahui apakah puasa dan ibadah kita diterima atau tidak dapat diukur dari diri sendiri. Jika ketakwaan kita lebih baik dari sebelumnya, itu pertanda ibadah yang dilakukan diterima.
"Untuk mengetahui ibadah kita diterima, kita bisa lihat dan ukur diri kita sendiri. Jika pengalaman ibadah dan kepedulian sosialnya lebih baik dari sebelumnya, pertanda bahwa puasa dan ibadahnya diterima. Namun jika kesalehan menurun, maka puasanya tidak berbekas dan berpengaruh dalam diri" tambahnya.
(hmw/asm)