Sholat Idul Fitri dilaksanakan setelah menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh. Lantas, apakah hukum sholat Idul Fitri wajib atau sunnah?
Momen hari raya ini memang menjadi salah satu yang dinanti-nantikan umat muslim di seluruh dunia. Selain untuk mengejar keberkahannya, banyak orang yang memanfaatkan momen ini untuk memperkuat silaturahim bersama keluarga hingga kebarat.
Hukum Sholat Idul Fitri
Melansir NU Online, hukum sholat Idul Fitri adalah sunnah muakkadah atau sangat dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah. Sholat Id sudah diisyaratkan sejak tahun kedua hijrah, dan Rasulullah tidak meninggalkannya hingga wafat, kemudian ritual serupa dilanjutkan para sahabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka ketika memasuki Hari Raya Idul Fitri, seluruh umat Islam yang tidak ada uzur dianjurkan untuk keluar rumah. Anjuran ini juga berlaku bagi perempuan haid yang dianjurkan turut mengambil keberkahan momen tersebut dan merayakan kebaikan bersama kaum muslim lain, meski dilarang untuk sholat.
Hukum sholat Id berlaku untuk semua muslim dan muslimah baik yang modis maupun yang sederhana. Demikian diterangkan dengan jelas dalam kitab "Fathul Qarib".
وصلاة العيدين سنة مؤكدة وتشرع جماعة ولمنفرد ومسافر وحر وعبد وحنثى وامرأة لاجميلة ولاذات هيئة
Secara umum, syarat dan rukun sholat Id tidak berbeda dari sholat fardhu lima waktu, termasuk soal yang membatalkan. Namun, ada beberapa aktivitas teknis yang agak berbeda dari sholat pada umumnya. Aktivitas teknis tersebut berstatus sunnah.
Waktu sholat Idul Fitri dimulai sejak matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Berbeda dari sholat Idul Adha yang dianjurkan mengawalkan waktu demi memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian sholat Id.
Sementara sholat Idul Fitri disunahkan memperlambatnya. Hal ini untuk memberi kesempatan kepada mereka yang belum berzakat fitrah.
Sholat Id dilaksanakan dua rakaat secara berjemaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali.
Hukum Sholat Id Sendiri
Sholat Id merupakan salah satu sembahyang sunnah yang sangat dianjurkan. Sholat Id dikerjakan secara berjamaah dengan sejumlah takbir sunnah dan bacaan lantang (jahar) surat Al-Quran.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang lebih dekat kepada madzhab Hanbali menganjurkan orang yang luput dari sholat Id berjamaah untuk melakukan sholat Id sendiri sebanyak empat rakaat, seperti dilansir dari NU Online.
فإن فاته جميع صلاة العيد استحب له قضاؤها وهو مخير في ذلك بين أن يصلي أربعا كصلاة الضحى بغير تكبير أو بتكبير كهيئتها، فيجمع أهله وأصحابه كل ذلك إليه، وله بذلك فضل كثير
Artinya, "Bila luput seluruh rangkaian shalat Id, seseorang dianjurkan mengqadha sholat Id. Ia boleh memilih sholat empat rakaat seperti sholat Dhuha dengan beberapa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) atau tanpa takbir sunah (setelah takbiratul ihram) seperti lazimnya sholat Dhuha. Lalu ia mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan sahabatnya. Dengan demikian ia akan mendapat keutamaan yang banyak," (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Guniyah, [Tanpa keterangan tempat, Darul Kutub Al-Islamiyyah: tanpa catatan tahun], juz II, halaman 128).
Sebenarnya para ulama berbeda pendapat perihal qadha sholat Id itu sendiri dan perihal cara mengqadhanya. Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid mendokumentasi perbedaan pendapat di kalangan para ulama sebagai berikut:
واختلفوا فيمن تفوته صلاة العيد مع الإمام فقال قوم: يصلي أربعا وبه قال أحمد والثوري وهو مروي عن ابن مسعود. وقال قوم: بل يقضيها على صفة صلاة الإمام ركعتين يكبر فيهما نحو تكبيره ويجهر كجهره وبه قال الشافعي وأبو ثور. وقال قوم: بل ركعتين فقط لا يجهر فيهما ولا يكبر تكبير العيد. وقال قوم: إن صلى الإمام في المصلى صلى ركعتين وإن صلى في غير المصلى صلى أربع ركعات. وقال قوم: لا قضاء عليه أصلا وهو قول مالك وأصحابه.
Artinya, "Ulama berbeda pendapat perihal orang yang luput sholat Id bersama imam. Sebagian ulama mengatakan, orang itu melakukan sholat empat rakaat. Pendapat ini dipegang oleh Imam Ahmad dan Ats-Tsauri berdasarkan riwayat dari sahabat Ibnu Mas'ud RA. Sebagian ulama mengatakan, ia harus mengqadha sholat dua rakaat dengan cara yang dilakukan imam, baca takbir dan baca surat dengan lantang (jahar) seperti yang dilakukan imam. Pendapat ini dipegang oleh Imam As-Syafi'i dan Abu Tsaur. Ulama lain mengatakan, ia cukup sholat dua rakaat tanpa lantang (jahar) baca surat dan tanpa takbir sunnah. Ulama lain mengatakan, jika imam sholat Ied di musala, maka ia sholat Id dua rakaat. Tetapi jika imam sholat di luar mushola, maka ia sholat Id empat rakaat. Ada lagi ulama mengatakan, ia tidak perlu mengqadha sholat Id sama sekali. Pendapat ini dipegang oleh Imam Malik dan pengikutnya," (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2013 M/1434 H], cetakan kelima, halaman 204).
Tata Cara Sholat Idul Fitri
1. Diawali dengan Niat
Sholat Id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi "ushallî sunnatan li 'îdil fithri rak'ataini". Ditambah "imâman" kalau menjadi imam, dan "ma'mûman" kalau menjadi makmum.
أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى
Artinya: Aku berniat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala.
Hukum pelafalan niat ini sunah. Yang wajib adalah ada maksud secara sadar dan sengaja dalam batin bahwa seseorang akan menunaikan sholat sunah Idul Fitri. Sebelumnya sholat dimulai tanpa azan dan iqamah (karena tidak disunahkan), melainkan cukup dengan menyeru "ash-shalâtu jâmi'ah".
2. Takbiratul Ihram
Hal ini sebagaimana sholat biasa. Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan takbir lagi hingga 7 kali untuk rakaat pertama. Di sela-sela tiap takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah maha besar.
3. Membaca Surat Al-Fatihah
Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca surat al-A'lâ. Berlanjut ke ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti sholat biasa.
4. Takbir 5 Kali
Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak 5 kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan "allâhu akbar" seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Kemudian baca surat Al-Fatihah, lalu surat Al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku', sujud, dan seterusnya hingga salam. Sekali lagi, hukum takbir tambahan (5 kali pada pada rakaat kedua atau 7 kali pada rakaat pertama) ini sunnah sehingga apabila terjadi kelupaan mengerjakannya, tidak sampai menggugurkan keabsahan sholat Id.
5. Mendengarkan Khutbah
Setelah salam, jemaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Fitri terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila sholat Id ditunaikan tidak secara berjamaah.
Hadits Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah mengungkapkan:
السنة أن يخطب الإمام في العيدين خطبتين يفصل بينهما بجلوس
Artinya: Sunnah seorang Imam berkhutbah dua kali pada sholat hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha), dan memisahkan kedua khutbah dengan duduk. (HR Asy-Syafi'i)
(asm/alk)