Kisah Ali bin Abi Thalib, Sepupu Nabi Muhammad yang Pertama Kali Masuk Islam

Kisah Ali bin Abi Thalib, Sepupu Nabi Muhammad yang Pertama Kali Masuk Islam

Tim detikHikmah - detikSulsel
Minggu, 05 Mar 2023 23:00 WIB
Ucapan Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW
Ilustrasi Foto: Dok. iStock
Jakarta -

Orang pertama yang menyambut dakwah Rasulullah SAW seusai mendapatkan wahyu pertama adalah istri Rasulullah, Siti Khadijah. Selain itu, ada pula sosok sepupu Nabi Muhammad SAW yakni Ali bin Abi Thalib.

Dilansir dari detikHikmah, yang mengutip buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Ali bin Abi Thalib merupakan keluarga sekaligus laki-laki pertama yang menerima dakwah Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu, Ali bin Abi Thalib masih berusia 10 tahun.

Setelah Ali bin Abi Thalib, sahabat karib Rasulullah SAW sejak kecil yakni Abu Bakar menjadi orang selanjutnya yang masuk Islam. Kemudian diikuti oleh Zaid bin Haritsah serta Ummu Aimah, seperti dijelaskan dalam buku Nabiku Teladanku karya Lutfiya Cahyani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sosok Ali bin Abi Thalib Secara Fisik

Menurut buku Biografi Ali bin Abi Thalib karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, Ali bin Abi Thalib (Abdu Manaf) bin Abdul Muthalib adalah anak paman Rasulullah SAW yang bernama Abu Thalib. Nasabnya dengan Rasulullah SAW yaitu pada kakeknya yang bernama Abdul Muthalib bin Hasyim.

Abdul Muthalib bin Hasyim memiliki seorang anak yang bernama Abu Thalib. Abu Thalib memiliki hubungan sebagai saudara laki-laki kandung dengan bapak Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah.

ADVERTISEMENT

Seperti diceritakan dalam syair yang dilantunkan Ali saat peristiwa Perang Khaibar, Ali sebenarnya memiliki nama lahir Asad yang berarti singa. Nama tersebut merupakan pemberian dari sang ibu sebagai bentuk kenangan dari bapaknya yang bernama Asad bin Hasyim.

Dalam buku Ali bin Abi Thalib RA karya Abdul Syukur al-Azizi, sifat fisik Ali bin Abi Thalib digambarkan sebagai sosok laki-laki dengan bentuk tubuh yang sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Namun, cenderung lebih sedikit pendek.

Ia memiliki tubuh yang kokoh, kuat, dan terlihat agak gemuk. Lehernya proporsional dengan pundak yang lebar layaknya tipikal laki-laki perkasa pada umumnya.

Ali bin Abi Thalib disebut memiliki wajah tampan dengan warna kulit sawo matang. Sebagai keturunan bani Hasyim, ketampanan ini merupakan hal wajar karena memang rata-rata fisik mereka seperti itu.

Kisah Ali bin Abi Thalib Memeluk Islam

Ali bin Abi Thalib memeluk islam pada saat ia masih berusia 10 tahun. Dikisahkan dalam buku berjudul 150 Qishah min Hayati 'Ali bin Abi Thalib karya Ahmad 'Abdul 'Al Al-Thahtawi yang diterjemahkan oleh Rashid Satari, Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa pada saat itu Ali bin Abi Thalib datang ke rumah Nabi Muhammad SAW tepat ketika Rasulullah dan istrinya sedang melaksanakan salat.

Ali kemudian bertanya kepada Rasulullah, "Muhammad, apakah yang engkau lakukan itu?" Nabi SAW menjawab, "Inilah agama Allah dan untuk itu dia mengutus utusan-nya. Aku mengajak engkau untuk masuk ke jalan Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hendaklah engkau kafir kepada patung Latta dan Uzza."

Ali kemudian berkata, "Sesungguhnya ajakan ini sama sekali belum pernah aku dengar sampai hari ini. Karena itu, aku harus berunding dengan ayahku, Abi Thalib. Sebab, aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia."

Namun, Rasulullah mencegahnya karena khawatir kabar ajarannya akan tersebar sebelum diperintahkan Allah SWT untuk disiarkan. Rasulullah kemudian berkata, "Ali, jika engkau belum mau masuk Islam, sembunyikanlah dahulu kabar ini!"

Pada saat mendengarkan ucapan Rasulullah SAW, Ali akhirnya mantap untuk memeluk dan menerima Islam namun ia masih merahasiakannya.

Ali bin Abi Thalib termasuk ke dalam orang yang sangat dipercaya oleh Rasulullah SAW. Ia banyak membantu Rasulullah SAW pada saat proses hijrahnya. Salah satunya yaitu saat Rasulullah SAW memutuskan untuk melakukan hijrah ke Madinah, sosok Ali bin Abi Thalib rela menggantikan Rasulullah SAW di atas tempat tidurnya.

Kaum kafir Quraisy yang pada waktu itu ingin membunuh Nabi Muhammad SAW merasa kecolongan karena mendapati Ali bin Abi Thalib yang tidur dalam ranjang tersebut. Hingga pada akhirnya, kaum kafir Quraisy memukulinya dan membawanya ke Masjidil Haram.

Bantuan Ali yang lain juga dilakukan pada saat Nabi Muhammad SAW meninggal, Ali bin Abi Thalib menjadi salah satu sahabat Rasulullah SAW yang menjadi Khulafaur Rasyidin yang memiliki arti sebagai khalifah yang sangat arif bijaksana.

Bukan hanya itu saja, Ali bin Abi Thalib juga menyandang sebagai gelar Amirul Mukminin, yang berati pemimpin orang-orang yang beriman. Betapa luar biasanya Ali bin Abi Thalib dalam membantu Rasulullah SAW untuk meneruskan ajarannya.

Sebagaimana diceritakan dalam buku Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib karya Mustafa Murad, sosok Ali juga dikenal sebagai orang yang paham mengenai ketentuan syariat Islam. Pada malam hari, Ali bin Abi Thalib akan tunduk dan merendah di hadapan Allah SWT. Pada siang hari, ia akan berpuasa dan senantiasa dekat dengan Allah SWT.




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads