Sekretaris DPD I Golkar Sulsel Marzuki Wadeng mengatakan budaya mengusung ketua Golkar bertarung di setiap Pilkada sudah lama dilakukan. Bahkan hal itu disebutnya sudah menjadi budaya.
"Biasanya itu diprioritaskan kepada kader Golkar, khususnya ketua Golkar, baik itu (untuk) gubernur maupun kepala daerah," ujar Marzuki kepada detikSulsel, Jumat (3/3/2023) lalu.
Namun, kebiasaan itu juga disebut masih belum mutlak. Ketua Golkar di daerah bisa saja tidak diusung jika kinerjanya dianggap tidak baik.
"Kecuali kalau misalnya tidak mau atau yang bersangkutan tidak bekerja baik," imbuhnya.
Indikator lain yang akan menjadi pertimbangan seorang calon diusung ialah hasil survei. Menurut Marzuki, hasil survei ini cukup penting untuk melihat kekuatan calon yang akan diusung.
"Tentunya juga kalau seperti yang lalu itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh DPP, bukan yang dilakukan oleh masing-masing calon yang mau maju," terangnya.
Selanjutnya, Marzuki menegaskan calon yang diusung mesti memiliki kapabilitas tinggi. Selain itu, faktor finansial juga disebut masuk dalam indikator itu.
"Golkar mengusung itu bukan like and dislike tapi mengusul mau menang. Mengusung orang yang bisa menang baik dari segi kualitas, kapasitas, maupun dari segi finansialnya. Jadi semua itu menjadi bahan pertimbangan," ujarnya.
6 Kader Golkar Masuk Figur Calon Gubernur Sulsel
Ada enam kader Golkar yang kini digadang-gadang bakal terjun ke kontestasi Pilgub Sulsel 2024. Mereka memiliki basis suaranya masing-masing.
Keenam figur itu ialah Nurdin Halid, Adnan Purichta Ichsan, Ilham Arief Sirajuddin, Indah Putri Indriani, Taufan Pawe, dan Andi Fashar M Padjalangi. Mereka masuk di antara 11 figur calon gubernur Sulsel yang digadang-gadang belakangan ini.
Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Sukri Tamma menilai, enam figur itu tentunya akan bersaing jika betul-betul berniat maju pada Pilgub Sulsel 2024. Hanya saja, persaingan itu tidak akan terlihat secara terang-terangan.
"Tentu karena masih dalam kerangka satu rumah tentu persaingannya tidak cukup tajam terlihat keluar. Saya gak tahu kalau secara internal," ucapnya, kepada detikSulsel, Sabtu (4/3).
Apalagi, kata dia, saat ini sejumlah partai politik termasuk Golkar masih akan fokus pada Pileg bukan untuk Pilkada. Sehingga jika sudah mulai ada intrik antara para figur, maka bisa jadi mempengaruhi arah pilihan partai nantinya.
"Kalau ada intrik di antara para kandidat, kalau ada itu bisa menimbulkan sikap antipati dari pengurus partai lebih tinggi kemudian menganggap bahwa tidak mengikuti kebijakan partai sehingga dinilai negatif dan tidak mendapat tiket dukungan. Tapi persaingan akan tetap ada," terangnya.
(asm/hsr)