Ahli Minta Warga Tak Hirup Aroma Air Mendidih dari Bawah Permukiman di Maros

Ahli Minta Warga Tak Hirup Aroma Air Mendidih dari Bawah Permukiman di Maros

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Rabu, 01 Mar 2023 18:13 WIB
Fenomena air mendidih di Maros.
Foto: Fenomena air mendidih di Maros. (dok. istimewa)
Maros - Ahli geologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Adi Maulana mengingatkan warga untuk tidak menghirup bau di sekitar lokasi fenomena air mendidih dari bawah tanah di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Aroma air mendidih itu bisa menyebabkan gangguan pernapasan.

"Makanya baunya itu ada bau sulfur, bau sulfur itu mengindikasikan bahwa memang panasnya itu berasal dari dalam bumi ada aktivitas magma di bawah walaupun magmanya itu tidak aktif, panasnya itu masih tersimpan di bawah permukaan," ungkapnya kepada detikSulsel, Rabu (1/3/2023).

Adi menuturkan, bau sulfur tersebut bisa berbahaya bagi orang yang menghirupnya dengan jumlah yang besar. Dia mengatakan, pernapasan seseorang bisa terganggu akibat bau tersebut.

"Tentu saja kalau misalnya dihirup dalam jumlah yang sangat besar, itu bisa mengganggu, karena dia akan mengeluarkan sulfur bau sulfur, asap dan sebagainya. Dia tidak langsung mematikan, tetapi paling tidak itu bisa mengganggu pernapasan, memberikan efek tidak terlalu nyaman," kata Adi.

"Diharapkan jangan ada akses terutama untuk anak-anak, kalau jatuh tentu berpengaruh terhadap kulit," sambungnya.

Kendati demikian, fenomena tidak berlangsung begitu lama. Pasalnya, air tersebut bisa kering jika tidak hujan lagi.

"Biasanya seiring musim hujan sudah tidak hujan lagi, airnya mungkin kering, fenomena tersebut ya biasanya itu akan berhenti dengan sendirinya," pungkasnya.

Sebelumnya, Adi juga menjelaskan mengapa fenomena air mendidih itu bisa terjadi. Dia mengatakan wilayah Maros merupakan daerah batuan-batuan vulkanik yang berpotensi memberikan sumber air panas dari bawah tanah.

"Secara umum, secara geologi, daerah-daerah di Maros dan sekitarnya itu disusun oleh batuan-batuan vulkanik atau batuan-batuan yang terbentuk dari aktivitas gunung api yang masa lampau yang sekarang sudah tidak aktif lagi," terang Adi.

"Karena dia batuan-batuan asalnya vulkanik, kemungkinan besar di bawahnya itu ada sumber panas, batuannya itu masih menyimpan panas karena dia di bawah," tambahnya.

Dia menjelaskan, fenomena air panas tersebut terjadi karena didukung dengan kondisi cuaca yang kerap hujan. Air hujan yang volumenya besar disebut bisa mempengaruhi munculnya suhu panas.

"Air tersebut nanti ke dalam akan berinteraksi dengan sumber panas yang ada di bawah bumi tadi, kemudian air tersebut karena volumenya banyak. Kalau mungkin tidak musim hujan, mungkin dia tidak akan muncul," terangnya.

"Tapi karena musim hujan, volumenya besar, kemudian dia terkena batuan di bawah yang masih menyimpan panas akhirnya batuan tersebut tertekan naik ke atas sehingga karena dia panas, maka dia akan mendidih," imbuhnya.


(asm/nvl)

Hide Ads