Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi sentra komoditas bawang merah yang sudah dipasarkan ke seluruh pulau Indonesia. Hal ini karena Enrekang mampu memproduksi bawang merah sebanyak 145 ribu ton setiap tahunnya atau setara dengan Rp 3 triliun.
"Sekarang ini banyak lagi permintaan bawang merah dari luar Pulau Sulawesi, Kalimantan dan Papua," kata Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Enrekang, Addi kepada detikSulsel, Rabu (1/3/2023).
Addi mengungkapkan, banyaknya permintaan bawang merah dari luar pulau Sulawesi dikarenakan kurangnya produksi bawang di wilayah Jawa, sementara saat ini di Kabupaten Enrekang sedang berada dalam puncak panen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kita masuk periode puncak panen bawang, itu Februari sampai April biasanya. Nah sementara di Jawa itu belum masuk periode panen jadi itu faktor banyak permintaan. Kalau Enrekang saat ini bisa memproduksi 145 ribu ton setiap tahun, itu meningkat setiap tahun," ungkapnya.
Dari besaran jumlah produksi bawang per tahun tersebut bisa menopang ketahanan pangan nasional dan mendorong ekonomi Enrekang. Perputaran uang dari sektor komoditas bawang di Enrekang mencapai Rp 3 triliun.
"Kalau kita hitung dari harga bawang sekarang Rp 20 ribu per kilo na 145 ribu ton per tahun itu bisa mencapai Rp 3 triliun perputaran uang di Enrekang untuk komoditas bawang saja. Nah selain itu, Enrekang juga bisa berpengaruh untuk menopang ketahanan pangan nasional khususnya Indonesia timur," ucap Addi.
Addi menambahkan, meningkatnya produksi bawang merah Enrekang dikarenakan sistem pertanian penanaman bawang dari manual ke modern, sehingga meningkatkan jatah panen setiap tahun.
"Memang meningkatnya produksi pertanian bawang kita sangat berpengaruh ke sistem modern. Jadi bantuan mesin pertanian itu sangat mendorong. Kalau masih menggunakan manual petani panen biasanya hanya satu kali per tahun. Tapi kalau gunakan mesin, kita bisa panen 3 kali bahkan ada yang 4 kali dalam setahun," tandasnya
(hmw/asm)