Cara Menentukan Awal Ramadhan dengan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab

Cara Menentukan Awal Ramadhan dengan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab

Andi Nur Isman - detikSulsel
Kamis, 23 Feb 2023 21:40 WIB
Ilustrasi metode hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan kamariah.
Ilustrasi. Foto: Getty Images/JasonDoiy
Makassar -

Cara menentukan awal bulan Ramadhan pada umumnya dilakukan dengan dua metode di Indonesia. Metode tersebut biasa disebut rukyatul hilal dan hisab.

Rukyatul hilal adalah metode penetapan awal Ramadhan dan Syawal berdasarkan pengamatan bulan. Dengan metode ini, hilal akan diamati saat matahari tenggelam dengan mata telanjang atau bantuan optik seperti teleskop.

Melansir NU Online, hilal dalam bahasa Arab adalah sepatah kata isim yang terbentuk dari 3 huruf asal yaitu ha-lam-lam (ل - ل- ﻫ), sama dengan terbentuknya kata fi'il هَلَّ dan اَهَلَّ yang artinya bulan sabit yang tampak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hilal atau bulan sabit atau dalam istilah astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika sesaat setelah matahari terbenam pada hari telah terjadinya ijtima' atau konjungsi.

Berdasarkan tinjauan bahasa, Al-Qur'an, As-Sunnah dan tinjauan sains sebagaimana diutarakan itu maka dapat disimpulkan bahwa hilal pasti tampak cahayanya terlihat dari bumi di awal bulan, bukan sekadar pemikiran atau dugaan adanya hilal. Oleh karena itu kalau tidak tampak maka tidak disebut hilal.

ADVERTISEMENT

Sehubungan dengan kriteria hilal itu mesti tampak, maka Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin melakukan rukyah yakni melihat, mengamati secara langsung (observasi) terhadap hilal itu.

Bila penglihatan riil dengan mata kepala tidak terjadi meski karena terhalang awan, maka bulan Syaban/Ramadhan menjadi 30 hari. Dasar mereka adalah hadits riwayat Abu Hurairah ra bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته، فإن غبي عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين يوما

Artinya, "Berpuasalah kamu ketika telah melihat hilal Ramadhan dan berhentilah kamu berpuasa ketika telah melihat hilal bulan Syawal. Jika hilal tertutup bagimu maka genapkanlah bulan Sya'ban menjadi 30 hari," (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, penentuan awal bulan Ramadhan juga biasa dilakukan dengan metode hisab. Melansir Mahkamah Syar'iyah Aceh, hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender hijriah.

Secara harfiah, hisab berati perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi.

Posisi matahari penting karena menjadi patokan ummat Islam dalam menentukan masuknya waktu shalat. Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender hijriah.

Dalam Surat Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa Tuhan sengaja menjadikan matahari dan bulan sebagai alat menghitung tahun dan perhitungan lainnya. Juga dalam Surat Ar Rahmaan (55) ayat 5 menyebutkan bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.

Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan benda-benda langit (khususnya matahari dan bulan), maka sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim yang telah mengembangkan metode hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan Habasah.

Belakangan bahkan metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (sofwere) yang praktis juga telah ada.




(asm/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads