Asal Usul Hari Valentine Jatuh pada 14 Februari

Asal Usul Hari Valentine Jatuh pada 14 Februari

Nur Ainun - detikSulsel
Senin, 06 Feb 2023 20:10 WIB
Ilustrasi cokelat valentine
Ilustrasi. Foto: iStock
Makassar -

Seluruh dunia mengenal 14 Februari sebagai Valentine's Day atau Hari Kasih Sayang. Lantas, dari mana asal usul Hari Valentine? Apa itu Hari Valentine? Simak ulasannya berikut ini.

Asal Usul Hari Valentine

Sebenarnya belum diketahui pasti dari mana asal mula penetapan 14 Februari sebagai Hari Kasih Sayang. Melansir jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, ada yang mengatakan bahwa Hari Valentine diambil dari Festival Lupercalia di Roma Italia, yang digelar setiap tanggal 15 Februari pada zaman Romawi kuno.

Selain itu, ada juga yang menyebut bahwa Hari Valentine diambil dari kisah seorang pastor bernama Santo Valentinus yang hidup sekitar tahun 200 M. Pada masa itu Romawi diperintah oleh Kaisar Claudius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam jurnal Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, disebutkan bahwa ada beberapa versi mengenai siapa sebenarnya Valentinus itu. Salah satu versi menyebutkan bahwa Valentinus adalah seorang Santo yang secara diam-diam menentang keputusan Kaisar Claudius II untuk menghimpun para pemuda yang masih suci, yang belum pernah menyentuh wanita untuk dijadikan tentara yang kuat, terampil, dan kokoh tak terkalahkan, demi kejayaan kekaisaran Romawi.

Namun dengan dibantu Santo Marius, Valentinus tetap menikahkan pasangan muda yang ingin menikah. Karena pelanggarannya ini, keduanya ditangkap, dipenjarakan dan dijatuhi hukuman mati.

ADVERTISEMENT

Dalam penjara, Valentinus yang katanya, menjalani hidup selibat ini jatuh cinta pada seorang gadis anak seorang sipir penjara. Kisah cinta 'terlarang' ini harus ditebus dengan mahal ketika Valentinus menjalani hukuman mati, tetapi itu justru menjadi titik awal pengkultusan Valentinus sebagai martir Cinta.

Fanatikusnya pada waktu itu kemudian menjadikan 14 Februari hari kematiannnya, sebagai Hari Kasih Sayang. Cerita ini menjadi salah satu mitos yang paling dikenang hingga pada 14 Februari 496 M, Paus Gelasius meresmikan hari itu sebagai hari memperingati Santo Valentinus.

Hari Valentine yang oleh Paus Gelasius II dimasukkan dalam kelender perayaan Gereja, lalu dihapus pada tahun 1969 dan dinyatakan sama sekali tidak memiliki asal-muasal yang jelas. Karena itu gereja melarang Valentine's Day dirayakan oleh umatnya.

Sayangnya Barat dan Gereja bersikap ambigu dalam memandang Valentine's Day dan perayaan atau pesta sejenisnya, antara menerima, membiarkan atau menolak.

Tradisi Perayaan Hari Valentine

Pada mulanya, perayaan Valentine's Day, sangat mirip dengan perayaan pendahulunya, Lupercasia. Namun dengan berjalannya waktu dan meluasnya perayaan ini ke seluruh penjuru dunia, ada berbagai variasi yang disesuaikan dengan kebudayaan atau tradisi setempat, dengan berbagai motif yang menyertainya.

Biasa, pada Hari Valentine diwarnai dengan saling berbagi ucapan hingga pemberian hadiah. Tradisi saling memberi surat di Hari Valentine ini sudah ada sejak abad ke-18.

Melansir situs History, pada pertengahan abad ke-18 di Inggris, Valentine's Day sudah populer dirayakan oleh masyarakat muda. Mereka merayakan Hari Valentine dengan bertukar surat yang ditulis tangan.

Selanjutnya pada abad ke-19, seiring perkembangan teknologi, surat sudah berbentuk kartu cetak. Beda dengan Inggris, Amerika mulai memberikan surat di Hari Valentine sejak abad ke-17.

Sementara pada tahun 1840, Esther A. Howland mulai menjual kartu valentine pertama yang diproduksi secara massal di Amerika. Howland, yang dikenal sebagai "Ibu Valentine" membuat kreasi kartu yang unik dengan renda, pita, dan gambar berwarna-warni.

Asosiasi Kartu Ucapan menyebut, diperkirakan 145 juta kartu Hari Valentine dikirim setiap tahun. Hal ini menjadikan Hari Valentine sebagai hari libur pengiriman kartu terbesar kedua setelah hari Natal.




(asm/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads