Cerita Sekeluarga Gangguan Mental di Polman Tinggal di Gubuk Bersama Ayam

Sulawesi Barat

Cerita Sekeluarga Gangguan Mental di Polman Tinggal di Gubuk Bersama Ayam

Abdy Febriady - detikSulsel
Sabtu, 28 Jan 2023 18:24 WIB
Sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar.
Sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar. Foto: (Abdy Febriady/detikcom)
Polewali Mandar -

Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak hidup memprihatinkan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Ketiganya tinggal di gubuk reyot bersama beberapa ayam dengan kondisi mengalami gangguan mental atau kejiwaan.

Ketiganya merupakan warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo. Masing-masing bernama Musdi (48), Kamsri (54), dan Putra (12).

"Kita tahu bahwa satu keluarga itu, kayaknya memang gangguan jiwa semua, mereka tinggal bersama dalam rumah itu, terus anaknya kayaknya bisu," kata Kepala Desa Sugihwaras, Warsito kepada wartawan, Sabtu (28/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gubuk yang menjadi tempat tinggal keluarga malang ini berukuran sekira 4x7 meter. Letaknya cukup tersembunyi lantaran berada di lorong belakang rumah warga.

Sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar.Sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar tinggal bersama belasan ayam di gubuk reot. Foto: (Abdy Febriady/detikcom)

Di dalam gubuk yang tampak pengap tersebut, terdapat sebuah tempat tidur dan balai-balai yang dipenuhi pakaian kotor dan berserakan di mana-mana. Ada juga beberapa karung berisi pakaian bekas.

ADVERTISEMENT

Sementara belasan ekor ayam baik yang masih kecil maupun sudah besar berkeliaran dan buang kotoran di dalam rumah itu.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga malang ini tidak hanya mengandalkan bantuan tetangga. Sang ibu, Kamsri juga kerap ke pasar untuk berjualan sapu lidi. Sementara sang ayah, Musdi sudah beberapa tahun kesulitan beraktivitas lantaran masih merasakan sakit pada salah satu kakinya usai terbakar.

"Suaminya kena luka bakar, entah apa sengaja atau tidak, sehari-hari kerja serabutan, mengenai makan pemerintah dan tetangga bantu, jual sapu juga kalau pas ada orang panjat kelapa, dibuat sendiri sapunya, daunnya dikasih warga," terang Warsito.

Sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar.Kondisi di dalam rumah sekeluarga penderita gangguan mental di Polman, Sulbar. Foto: (Abdy Febriady/detikcom)

"Kalau kelaparan tidak, karena pemerintah dan tetangga di situ sudah paham, sudah tahu kondisinya dan selalu membantu, cuman memang keluarga itu tidak bisa mengatur dirinya," sambung Warsito.

Meski begitu, Warsito mengaku selalu berupaya meringankan beban keluarga malang tersebut. Dia juga berharap peran aktif seluruh pihak terkait untuk membantu pemulihan kondisi kejiwaan ketiga warganya tersebut.

"Saya kira seperti itu kita berharap kondisi mereka bisa lebih baik, mungkin susah bisa baik betul, tapi paling tidak mereka bisa merawat dan mengurusi dirinya sendiri, terutama anaknya, bagaimana caranya nanti bisa kita beri perhatian lebih," imbuhnya.

Salah seorang tetangga bernama Kasma mengaku prihatin dengan kondisi keluarga malang ini. Apalagi tidak jarang mereka menjadi sasaran keusilan anak-anak.

"Sering diganggu anak-anak, sampai dilempari rumahnya," ungkap Kasma dikonfirmasi terpisah.

Menurut Kasma, tidak jarang Musdi tetiba jatuh pingsan, hingga membuat Kamsri ketakutan lantaran bingung harus berbuat apa.

"Suaminya (Musdi) juga biasa tiba-tiba pingsan, bahkan seperti orang kesurupan, tidak tahu juga karena apa, tapi tidak lama setelah itu sadar kembali," tuturnya.

Diakui Kasma, tidak jarang juga keluarga malang ini tetiba marah-marah tanpa alasan yang jelas.

"Tapi kita (tetangga) sudah terbiasa kalau mereka lagi marah-marah, jadi dibiarkan saja," tutupnya.




(asm/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads