Kasus Pembakaran Salinan Al-Quran, MUI Minta Kemlu RI Panggil Dubes Swedia

Kasus Pembakaran Salinan Al-Quran, MUI Minta Kemlu RI Panggil Dubes Swedia

Tim detikNews - detikSulsel
Senin, 23 Jan 2023 10:15 WIB
Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs digambarkan sedang memegang salinan Alquran, teks agama utama Islam, saat melakukan protes di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, pada 21 Januari 2023. Turki pada 21 Januari membatalkan kunjungan menteri pertahanan Swedia atas demonstrasi yang direncanakan oleh ekstremis sayap kanan di Stockholm, yang memicu krisis baru atas pembicaraan NATO antara kedua negara. Turki marah dengan izin yang diperoleh Rasmus Paludan, seorang politisi Swedia-Denmark yang tindakan anti-Islamnya memicu kerusuhan di seluruh Swedia tahun lalu, untuk melakukan protes di depan kedutaannya di ibukota Swedia. Sehari setelah memanggil duta besar Swedia atas masalah ini, Ankara mengatakan pihaknya membatalkan kunjungan kepala pertahanan Swedia yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Turki terhadap upaya Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer NATO. (Foto oleh Fredrik SANDBERG / Kantor Berita TT / AFP) / Swedia OUT)
Foto: (AFP/FREDRIK SANDBERG)
Jakarta - Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas menanggapi aksi pembakaran salinan Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras. MUI juga meminta Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memanggil Dubes Swedia yang ada di Indonesia.

"MUI meminta kepada pemerintah Swedia agar menindak yang bersangkutan supaya yang bersangkutan tidak mengulangi lagi perbuatannya, dan kepada pemerintah Indonesia MUI meminta agar Kemlu memanggil Dubes Swedia di Indonesia," ujar Anwar Abbas saat dihubungi, dikutip dari detikNews, Minggu (22/1/2023).

Anwar Abbas mengatakan pemanggilan itu untuk mengingatkan pihak Swedia agar tidak menganggap enteng kejadian ini. Dia menegaskan, tindakan Rasmus Paludan dapat menimbulkan reaksi keras dari umat Islam.

"Bagi mengingatkan pemerintah Swedia agar jangan menganggap enteng masalah ini karena tindakan aksi dari yang bersangkutan tidak mustahil akan mendapatkan reaksi keras dari umat Islam dan hal demikian tentu jelas tidak kita inginkan," tuturnya.

Anwar Abbas juga menyebut manusia perlu menjunjung tinggi cara hidup berdampingan dan saling menghormati. Sikap ini dinilai tidak tampak dari pelaku aksi pembakaran salinan Al-Qur'an.

"Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Oleh karena itu perilakunya pun semestinya juga harus sempurna dan mulia, oleh karena itu salah satu hal yang harus kita tegakkan dan junjung tinggi dalam kehidupan ini tentunya adalah bagaimana kita bisa hidup berdampingan secara damai dan saling hormat menghormati. Hal itulah yang tidak tampak yang dilakukan oleh seorang politisi anti imigran dari sayap kanan Swedia yang membakar salinan Al-Qur'an di dekat kedutaan besar Turki di Stokckholm. Alasan yang dipergunakan oleh yang bersangkutan sebagai dasar untuk pembenaran dari tindakannya adalah kebebasan berekspresi," ujarnya.

Ia menyebut tindakan tersebut tidak dapat diterima karena dapat menyulut kemarahan pihak yang merasa direndahkan. Bahkan disebut, tindakan ini dapat memicu kemarahan umat Islam di dunia.

"Hal ini tentu tidak bisa diterima karena hal demikian jelas akan bisa menyulut api kemarahan pada pihak yang merasa direndahkan dan dilecehkan apalagi yang direndahkan dan dilecehkan itu adalah kitab suci umat islam. Tindakan ini tentu jelas sangat berbahaya karena dia akan bisa memancing kemarahan umat islam sedunia," imbuhnya.


(hmw/alk)

Hide Ads