Maghfiroh Izza Maulani, lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) tamat sarjana dengan predikat cum laude IPK 3,77. Perjalanannya penuh dengan lika-liku, bahkan nyaris berulang kali tidak bisa melanjutkan pendidikan karena terkendala biaya.
Dilansir dari detikEdu yang mengutip dari rilis laman UNY, Minggu (22/1/2023) Izza memulai perjalan hidupnya dalam kondisi yang serba sulit. Tantangan hidup menghampirinya sejak ia masih duduk di bangku SMP.
Berstatus sebagai peserta didik SMPN 2 Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Izza hampir tidak bisa meneruskan pendidikan disebabkan ketiadaan biaya untuk pembayaran sekolahnya. Padahal Izza merupakan lulusan terbaik SMP di sub rayon dengan perolehan nilai rerata 94,875.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkali-kali Kesulitan Biaya Pendidikan
Izza sempat berpikir untuk melanjutkan studi di SMK terdekat dengan biaya yang murah. Namun keberuntungan menghampirinya, ada dermawan yang mau menjadi orang tua asuhnya dan diberinya kesempatan untuk melanjutkan studi ke SMAN 3 Magelang.
Lulus SMA, Izza mengalami kendala serupa saat lulus SMP. Izza kembali bingung soal biaya pendidikan.
"Kalau mau kuliah, cari biaya sendiri ya. Bapak ibu tidak punya biaya," kata Sudarjo dilansir detikEdu dari rilis laman UNY.
Pada saat itu Izza sempat down dengan keadaan. Apalagi dia ingin menjadi dokter, sedangkan masuk di jurusan kedokteran membutuhkan biaya yang tidak murah.
Berkat bimbingan guru BK di sekolahnya kemudian membuat Izza menemukan minat pada bidang lain. Dirinya kemudian memutuskan untuk melanjutkan studi dengan mengambil jurusan terkait matematika dan fisika karena menyukai kedua mata pelajaran tersebut.
Pihak sekolah juga tidak lepas tangan dengan peserta didiknya yang baru saja lulus. Izza kemudian didaftarkan ke beasiswa Bidikmisi yang sekarang merupakan KIP Kuliah.
Melalui jalur SBMPTN, Izza diterima sebagai mahasiswa baru jurusan pendidikan matematika UNY. Hanya saja, dia belum dinyatakan lolos Bidikmisi karena syarat survei dan keterbatasan kuota.
"Pada awal semester, saya sempat tidak lolos bidikmisi. Sempat kelimpungan, takut UKT mahal dan tidak bisa membayar," ungkap Izza.
Beruntungnya, dia akhirnya dinyatakan lulus sebagai mahasiswa Bidikmisi karena ada penambahan kuota. Dirinya tidak lagi memikirkan biaya pendidikan karena pembayarannya telah ditanggung.
Banyak Berhemat saat Kuliah
Setiap pagi Izza berangkat menuju kampus pada pukul 6 pagi, sebab jarak dari kediamannya menuju kampus membutuhkan waktu 1 jam. Untuk menghemat biaya, dia juga membiasakan diri membawa bekal makanan.
Izza mengisi waktu luangnya dengan bergabung jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Matematika. Selain itu dia juga terlibat pada UKMB Magenta Radio, dan ikut Kampus Mengajar.
Saat kuliah online selama pandemi COVID-19, Izza sering mengalami gangguan sinyal dan juga masalah perangkat. Dia akhirnya terbiasa mengikuti perkuliahan di pinggir jalan, rumah tetangganya, bahkan juga di pemakaman.
![]() |
Menginjak semester 5 izza mulai mengasah keterampilan dengan mengajar les matematika. Gaji yang didapat digunakan untuk mencukupi kebutuhannya.
Diketahui, Izza mengikuti wisuda UNY pada Agustus 2022. Dia akhirnya sampai ke tahap itu setelah melewati segala lika-liku kehidupan.
Saat ini, Izza mengabdi di SMAS Daar el Qolam Tangerang sebagai tenaga pengajar. Dia juga masih menyimpan asa untuk keberlanjutan studi S2-nya.
"Segala bentuk keterbatasan ada hikmahnya. Jangan pernah berhenti sekolah karena keterbatasan biaya," ujar Izza.
Guru muda ini mengaku banyak hal yang bisa diusahakan. Tentunya dengan kesungguhan dan dibarengi dengan doa.
"Allah pasti menolong hambanya yang bersungguh-sungguh," ucapnya.
(ata/asm)