Ilmuwan Rekonstruksi Wajah Bocah Neanderthal yang Hidup 30 Ribu Tahun Silam

Ilmuwan Rekonstruksi Wajah Bocah Neanderthal yang Hidup 30 Ribu Tahun Silam

Tim detikInet - detikSulsel
Minggu, 22 Jan 2023 19:40 WIB
Bocah Neanderthal
Ilustrasi wajah Neanderthal (Foto: Daily Mail)
Jakarta -

Ilmuwan telah merekonstruksi wajah dari seorang bocah Neanderthal berusia 8 tahun, yang meninggal dunia sekitar 30 ribu tahun silam. Diketahui, Neanderthal merupakan kelompok manusia purba yang punah puluhan ribu tahun yang lalu.

Dilansir dari detikInet yang melansir Daily Mail, fosil bocah ini ditemukan di sebuah gua yang berada di Uzbekistan pada tahun 1939. Itu adalah penemuan pertama Neanderthal yang ditemukan di Asia, dan satu-satunya fosil Asian Neanderthal yang ada hingga saat ini.

Dari hasil rekonstruksi 3 dimensi yang dilakukan peneliti, tampak wajahnya mirip dengan Homo Sapiens, namun tetap ada perbedaan. Pada Bagian hidungnya terlihat kecil, dengan lubang yang besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fosil tengkorak bocah ini ditemukan bersama dengan tanduk hewan dan kerangka burung pada celah yang sempit dalam gua. Hal tersebut mengindikasikan dia dikubur dalam ritual tertentu.

Selain itu, para periset di Max Planck Institute Belanda, menganalisis bocah Neanderthal itu. Usianya sekitar 8 tahun dan fisiknya sudah cukup dewasa.

ADVERTISEMENT

Dari sejumlah analisis, penemuan itu cocok dengan karakteristik manusia Neanderthal, yang dapat lihat dari sejumlah ciri khasnya. Seperti, dia memiliki wajah dan hidung besar, tengkorak yang panjang dan rendah, rahang bawah tanpa dagu, serta alis yang menonjol.

Para ilmuwan mengunggah pemindaian tengkorak dan mengisi potongan-potongan yang hilang, merekonstruksi dengan otot digital, kulit serta fitur wajah anak laki-laki itu. Kemudian jadilah wajah bocah Neanderthal itu, untuk mengungkap seperti apa kehidupan dia semasa hidupnya.

Dulu hanya diyakini bahwa, manusia Neanderthal hanya berada di Eropa pada zaman es akhir. Namun, studi yang dilakukan oleh University of Washington mengungkap kemungkinan mereka menyebar lebih jauh ke wilayah timur dan hidup bersama manusia modern lebih lama dari yang diperkirakan.




(edr/alk)

Hide Ads