.webp)
Hal yang biasanya dianggap sepele rupanya berisiko memicu penyakit kanker pada siapa saja, termasuk kelompok usia muda. Menurut Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, kanker bahkan masih menjadi salah satu penyumbang kematian terbanyak di Indonesia.
Dilansir dari detikHealth, Minggu (15/1/2023), Prof Aru mengatakan, sejumlah pemicu kanker yang terkadang tidak disadari itu disebabkan oleh kebiasaan pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogen, seperti rokok, daging olahan, dan lain sebagainya juga disinyalir dapat memicu kanker.
"Penyebab lain yang juga mempengaruhi seperti kebiasaan begadang, kurang olahraga, dan makan terlalu banyak," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum lagi, fasilitas pengobatan kanker seperti radioterapi yang ada di Indonesia masih relatif terbatas. Hal ini menyebabkan banyak pasien yang terlambat terdiagnosa dan mendapatkan pengobatan.
"Keterlambatan diagnosa dan pengobatan tentu saja beresiko meningkatkan stadium penyakit, terlihat bahwa pada tahun 2020 angka kematian yang disebabkan oleh kanker sebesar 59 persen," ungkapnya.
Sementara itu, tantangan lainnya juga disebut dokter spesialis onkologi radiasi Rumah Sakit Hermina Bekasi, dr Tisa Prima Putri, SpOnkRad. Dia mengatakan dalam pengobatan kanker yang maksimal sering digunakan bersamaan dengan kemoterapi dan operasi pengangkatan kanker.
"Lebih dari 50 persen kanker membutuhkan radioterapi yang pemberiannya bisa tunggal dan kadang dikombinasikan dengan terapi kanker lain seperti pembedahan dan kemoterapi," bebernya.
Melihat bahayanya kanker sebagai salah satu penyumbang kematian terbanyak, maka masyarakat diimbau untuk menjaga pola hidup sehat. Menerapkan pola hidup sehat dapat membantu seseorang terhindar dari risiko terkena kanker, termasuk bagi kalangan usia muda.
(edr/urw)
