Ceker ayam merupakan menu favorit yang kerap dikonsumsi di Indonesia. Ahli gizi menjelaskan beberapa kandungan yang ada pada ceker memiliki tingkat kolestrol yang tinggi.
Dilansir dari detikHealth, Senin (9/1/2023), Ahli Gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya, Tri Kurniawati menjelaskan kandungan yang ada pada ceker ayam per 100 gram terdapat 84 gram kolestrol atau sekitar 20 persen dari kebutuhan harian orang dewasa. Ceker ayam juga mengandung 5,5 gram lemak tak jenuh atau sekitar 60 persen dari kebutuhan harian orang dewasa.
"Jadi, bila konsumsi ceker ayam dalam jumlah banyak atau sering, akan menyebabkan peningkatan kolesterol yang bila terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan badan mudah lelah. Bahkan, pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung atau stroke," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walupun ceker ayam tinggi akan kolestrol, namun ceker ayam juga memiliki kandungan yang berefek positif. Hal itu dijelaskan juga oleh Tri bahwa ceker ayam mengandung 19 jenis asam amino, termasuk asam aspartat, glutamin, hidroksiprolin, serin, glisin, histidin, arginin, treonin, alanine, prolin, tirosin, valin, metionin, sistin, ileusin, fenilalanin, triptofan, dan lisin.
Tidak hanya itu, kolagen juga terdapat pada ceker yang menjadi komponen penyusun utama, terdapat sebanyak 5,64 - 31,39 persen atau sebesar 28,73 - 36,83 persen dari total protein. Diyakini kolagen memiliki sejumlah manfaat bagi tubuh seperti, dapat meregenerasi sel-sel baru pada kulit dan menjaga kesehatan organ.
Tri juga menambahkan, ceker ayam memiliki kadar air yang sangat banyak, yakni 65,08 persen. Sisanya mengandung 20,10 persen air, 8,16 persen kadar abu, dan 3,90 persen lemak. Artinya ceker tidak akan berbahaya ketika dikonsumsi secukupnya atau tidak terlalu sering.
"Dikatakan sering, apabila dikonsumsi lebih dari tiga kali dalam satu minggu dan dalam jumlah yang lebih dari satu porsi secara terus menerus," jelasnya.
Sementara, ahli gizi masyarakat dr Tan Shot Yen, menjelaskan bahwa kolestrol ditimbulkan dari olahan daging hewan, bukan lemak nabati yang terdapat pada santan dan durian. Dapat diketahui, kadar kolestrol yang tinggi pada tubuh bukan dipicu oleh kandungan kolestrol pada daging hewan, tetapi penggunaan minyak berlebih pada saat pengolahanya.
"Kolesterol itu hanya murni bisa dibuat oleh manusia dan makhluk hidup yang namanya hewan, jadi tumbuh-tumbuhan itu tidak mungkin membuat kolesterol. Jadi tumbuh-tumbuhan itu termasuk di dalamnya durian, santan, kelapa. Lemak jenuhnya saja, tapi tidak membuat kolesterol naik," ungkapnya.
"Seafood seperti cumi, udang, kepiting, dan sebagainya memang ada kolesterolnya. Tapi kalau minyak, lemah jenuhnya amat tinggi. Itu sebabnya orang-orang Jepang mereka juga makan seafood, makan segala macam cumi, udang, tapi makannya berbeda sama kita. Kalau kita kan cumi goreng tepung, udang saus mentega. Kalau cumi atau udang mereka buat capcay kuah atau pepes udang, itu baik-baik saja," pungkasnya.
(edr/asm)