Heboh perjodohan massal yang dilakukan oleh pondok pesantren di Ciamis, Jawa Barat. Tradisi khitbah atau perjodohan antara santri laki-laki dengan perempuan ini menuai pro-kontra.
Dilansir detikJabar, Senin (9/1/2023), khitbah massal itu diunggah oleh akun tiktok @Matahari Miftahul Huda 2 beberapa hari lalu. Dalam video berdurasi 3.47 menit tersebut, tampak kemeriahan pada acara khitbah massal.
Ada 5 santri perempuan dan 5 santri laki-laki dengan baju rapi dan seragam. Di sekelilingnya disaksikan oleh para santri lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara perjodohan dipandu oleh seorang kiai, santri laki-laki mengambil gulungan kertas dalam toples yang berisi nama santri perempuan yang akan dijodohkan. Namun ternyata itu hanyalah sebuah gimik saja, karena ternyata sebelumnya mereka sudah dipasangkan.
Berikut fakta-fakta perjodohan massal di Ponpes Ciamis:
1. Sudah Jadi Agenda Rutin Ponpes
Pimpinan Pesantren Miftahul Huda II Bayasari KH Nonop Hanafi membenarkan khitbah massal tersebut merupakan bagian dari agenda pondok pesantren. Dia mengatakan akan ada 10 pasang santri yang akan melaksanakan pernikahan massal pada tanggal 23 Januari 2023 nanti.
"Agenda rutin pernikahan massal. Kemarin dimulai dengan khitbah secara massal juga," ujar KH Nonop Hanafi kepada detikJabar, Minggu (8/1/2023).
Nonop menjelaskan proses khitbah massal ini awalnya orang tua kedua belah pihak santri yang akan dijodohkan dipanggil ke pondok pesantren. Kemudian dijelaskan bahwa anaknya akan dijodohkan setelah sebelumnya dipertimbangkan oleh dewan kiai. Semua orang tua setuju karena yang terbaik.
"Jadi khitbah dilakukan di pondok tidak datang ke rumah masing-masing," kata Nonop.
2. Pengundian Perjodohan Hanya Gimik
Ada pun model undian yang dilakukan pada saat kegiatan khitbah massal dalam video, menurut Nonop itu hanya gimik saja untuk memeriahkan kegiatan.
Nonop mengatakan, khitbah massal dan pernikahan massal tersebut merupakan agenda pesantren yang tujuannya untuk membangun syiar. Di pesantren itu tidak mengenal pacaran, namun langsung menikah.
"Di pesantren itu ada istilah KTP artinya kawin tanpa pacaran. Digelar di pondok itu lebih memudahkan. Kalau harus dihadirkan oleh kiai di tempat yang jauh kan berabe, pengaturan waktu sulit. Juga meringankan biaya. Kalau di rumah masing-masing itu dobel-dobel. Dihadiri dalam satu waktu, dihadiri juga ribuan santri dan semua dewan kiai," ungkapnya.
Baca juga: 6 Fakta Perjodohan Massal di Ponpes Ciamis |
3. Direstui Kiai
Nonop menerangkan kegiatan ini sudah yang keempat kalinya dan setiap tahun dilaksanakan. Proses perjodohan ini pun sudah dipertimbangkan dan diperhitungkan oleh dewan kiai. Sehingga pastinya menjadi yang terbaik untuk semuanya.
"Penentuan jodohnya pun dipertimbangkan dimana kiprahnya nanti sudah disesuaikan. Jadi sudah dengan matang," jelasnya.
Selain itu, perjodohan massal ini untuk lebih memudahkan dan meringankan biaya pernikahan. Menikah di pesantren juga langsung dihadiri oleh para kiai dan ribuan santri.
"Digelar di pondok itu lebih memudahkan. Kalau harus dihadirkan kiai di tempat yang jauh kan berabe, pengaturan waktu sulit. Juga meringankan biaya. Kalau di rumah masing-masing itu dobel-dobel. Dihadiri dalam satu waktu, juga ribuan santri dan semua dewan kiai," ungkapnya.
(hmw/ata)