Pengertian Teks Anekdot dan Contohnya, Materi Bahasa Indonesia Kelas X

Pengertian Teks Anekdot dan Contohnya, Materi Bahasa Indonesia Kelas X

Nur Ainun - detikSulsel
Selasa, 27 Des 2022 03:00 WIB
Teks Anekdot Adalah
Foto: Istimewa
Makassar -

Teks anekdot merupakan materi bahasa Indonesia kelas X SMA. Berikut pengertian teks anekdot dan contohnya agar lebih mudah dipahami.

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot adalah sebuah cerita singkat yang menarik karena terdapat unsur lucu dan mengesankan.

Sementara dalam buku "Teks dalam Kajian Struktur dan Kebahasan" oleh Taufiqur Rahman disebutkan Teks Anekdot adalah cerita singkat yang di dalamnya mengandung unsur lucu dan mempunyai maksud untuk melakukan kritikan. Topik teks anekdot biasanya tentang layanan publik, politik, lingkungan dan sosial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya sebuah cerita singkat yang berisi tentang guyon atau berbau humor tetapi mengandung kritik, cerita tersebut dinamakan teks anekdot. Tidak hanya berbentuk cerita, pengertian teks anekdot juga dapat berbentuk dialog singkat antara dua tokoh.

Teks anekdot itu sendiri selain memberikan kesan humor, teks ini juga dapat memuat amanat atau pesan moral ataupun kebenaran secara umum. Agar lebih paham, simak penjelasan beberapa ahli terkait teks anekdot.

ADVERTISEMENT

Pengertian Teks Anekdot Menurut Para Ahli

Darmansyah dalam bukunya "Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor" mengatakan teks anekdot humor merupakan cerita singkat yang mengandung humor. Humor pada teks ini terlihat dari kejanggalannya, ketidakmasukakalannya, kekontradiksiannya, serta kenakalannya.

Mahsun dalam bukunya "Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013" menuturkan pengertian teks anekdot secara sederhana. Menurutnya teks anekdot adalah jenis karya sastra yang termasuk dalam jenis teks tunggal.

Kosasih dalam bukunya "Buku Teks Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VIII Edisi Revisi 2017" mengatakan definisi teks anekdot adalah cerita yang mengandung humor serta kritik. Teks ini tidak hanya menyajikan kelucuan, guyonan, maupun humor tetapi juga terdapat pesan yang diharapkan bisa menjadi pelajaran kepada masyarakat.

Pardiyono dalam bukunya "Pasti Bisa Teaching Genre Based Writing" mengatakan teks anekdot adalah teks atau cerita yang membahas mengenai kejadian lucu atau konyol pada masa lalu dengan tujuan untuk mengajak pembaca berbagi emosi.

Wijana dalam bukunya "Pemanfaatan Teks Humor dalam Pegajaran Aspek-Aspek Kebahasaan" menjelaskan teks anekdot atau humor yaitu teks atau wacana yang bertujuan untuk bersenda gurau, menyindir, maupun mengkritik secara tidak langsung berbagai hal ketidakberesan yang terjadi di tengah masyarakat penciptanya.

Contoh Teks Anekdot

Agar lebih memahami seputar teks anekdot, berikut 35 contoh teks anekdot untuk jadi referensi.

1. Naik Mobil Mewah, Kok Pinjam Uang

Seorang wanita masuk ke bank dan dia ingin meminjam $400.000 selama enam bulan. Dia kemudian mengasuransikan sebuah mobil mewah Rolls-Royce dan meminta bank untuk menyimpan mobil tersebut sampai utangnya lunas. Enam bulan kemudian, pria itu kembali ke bank, membayar $400 ditambah bunga $10, dan mendapatkan kembali mobil Rolls-nya.

Kemudian petugas pinjaman bertanya kepadanya. "Mengapa orang yang mengendarai Roll Royce perlu pinjaman US$ 400 ribu?

Sang wanita menjawabnya, "Saya harus ke Eropa selama 6 bulan dan di mana lagi saya dapat menitipkan Rolls selama itu hanya US$10?".

Dengan cepat, si petugas bank melongo kemudian tertawa mengakui kecerdikan si pemilik Roll Royce itu.

2. Penjual Kue yang Hebat

Imran membeli beberapa kue dari seorang nenek di pinggir jalan, namun ia tidak bisa melanjutkan perjalanan pulangnya karena tiba-tiba hujan turun deras sekali. Akhirnya Imran dan si nenek penjual kue pun sama-sama berteduh.

Agar tidak terlalu terasa canggung, Imran pun memulai obrolan "Nek, sudah lama jualan kue?" "Sudah sekitar 35 tahun, Nak", jawab nenek.

Imran kembali bertanya, "Memangnya tidak ada yang membantu, Nek? Anak-anak nenek kemana?"

"Anak-anak saya sibuk kerja, ada yang di Polda, rumah sakit, dan juga sekolah" Imran pun kagum mendengar jawaban nenek itu, "Wow, hebat! Walau hanya berjualan kue, namun anak-anak nenek sukses semua ya?"

"Ya sama saja Nak, kerjanya seperti saya, jualan kue."

3. Salah Tangkap

Jaksa menyerang saksi di pengadilan tinggi dalam sidang korupsi politik.

"Benarkah Saudara menerima 1 triliun rupiah untuk kompromi dalam kasus ini?"

Saksi belum menjawab. Akhirnya hakim berkata, "Pak, jawab pertanyaan JPU!"

"Oh, maaf." kata saksi. Saksi panik dan berkata kepada hakim, "Saya pikir dia (jaksa) sedang berbicara dengan Anda, Pak Hakim,"

4. Tenda Hilang

Tom dan Harry sedang mengikuti perkemahan musim semi. Di tengah malam, Justin terbangun dan membangunkan Harry.

"Tenang...Harry...lihat ke langit dan katakan padaku apa yang kau lihat."

"Aku bisa melihat sejuta bintang, Justin," kata Harry.

"Apa kesimpulannya? Harry?" Harry berpikir sejenak.

Berdasarkan astronomi, ada jutaan galaksi dan mungkin milyaran planet. Astrologi memberi tahu kita bahwa Saturnus ada di Leo. Dari situ kami menyimpulkan bahwa waktunya sudah mendekati pukul 03.30 pagi, tetapi dari meteorologi kami pikir besok akan menjadi hari yang baik. Dia bertanya.

"Harry, seseorang mencuri tenda!" kata Tom, menepuk bahu Harry.

Ketika mereka menyadari bahwa tenda mereka telah dicuri, mereka panik dan mencarinya kemana-mana. Jadi ceritanya berakhir.

5. Muka Pejabat

Reuni sedang berlangsung di sekolah Ujung Pandang. Ucup bertanya pada Piko: "Wah, kamu jadi pejabat, ya?".

"Kok tahu kamu?", tanya Piko.

Lalu Ucup menjawab, "Ya, tahulah...wajahmu kan terlihat seperti gambar uang".

Mereka pun tertawa bersama dan hanyut dalam suasana gembira.

6. Becak Dilarang Masuk

Ceritanya ada seorang tukang becak asal Makassar yang pernah dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu "Becak dilarang masuk". Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.

"Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini!" bentak Pak Polisi.

"Oh saya melihat Pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk," jawab si tukang becak.

7. Kantin Sempit

Seorang guru sedang mengabsen anak muridnya sebelum memulai pelajaran.

Guru: "Intan?"

Intan: "Hadir, pak!"

Guru: "Nanda?"

Nanda: Hadir, pak!"

Guru: "Gulman?"

Pak guru tidak mendapat jawaban. Tiba-tiba, Gulman pun masuk ke kelas.

Guru: "Abis dari mana saja kamu, Gulman?"

Gulman: "Maaf pak, tadi saya habis sarapan di warung depan sekolah."

Guru: "Loh, ngapain kamu jauh-jauh ke sana. Kita kan sudah punya kantin di seberang UKS."

Gulman: "Itu kantin, pak? Saya kira petakan, kecil banget!"

Para murid pun tertawa mendengar jawaban Gulman.

8. Kursi

Di suatu siang, ada dua bocah yang sedang bercanda di bawah pohon rindang, Edward dan Anton.

Edward: "Anton, kita main tebak-tebakan, yuk! Kursi apa yang membuat orang lupa ingatan?"

Anton: " Kursi goyang! Orang yang duduk di atas kursi goyang akan mengantuk dan tertidur Saat tidur, orang, kan, lupa."

Edward: "Hahahaha, lucu, tapi jawabanmu salah."

Anton: "Hmm, kursi apa dong?"

Edward: "Jawabannya adalah kursi jabatan!"

Anton: "Lho, kok begitu?"

Edward: "Jelas lah! Coba kamu ingat, sebelum duduk di kursi jabatan, banyak calon berjanji macam-macam. Tetapi setelah duduk di kursi itu, mereka lupa ingatan soal janji-janjinya!"

Anton: "Hahahahaha betul juga."

9. UUD

Suatu hari, guru Pendidikan Kewarganegaraan menjelaskan perubahan Undang-Undang Dasar (UUD) dari periode ke periode. Ia juga menjelaskan alasan perubahan UUD di Indonesia.

Di tengah kelas, Muchlis tampak tertidur di kelas. Guru tersebut menegurnya.

"Muchlis, jelaskan perubahan UUD, lalu apa maksud peraturan diatur di UUD," kata sang guru.

"Kalau kenapa diatur di UUD, saya tahu Bu. Soalnya, semuanya akhirnya memang UUD, Ujung-ujungnya Duit," celetuk Muchlis.

Kawan-kawan Muchlis cekikikan, sang guru geleng-geleng kepala.

10. Obrolan Presiden saat di Pesawat

Gus Dur merasa bosan dan mencoba mencari suasana di pesawat RI-01. Kali ini Gus Dur mengundang Presiden Amerika Serikat (AS) dan Prancis pada saat itu, untuk terbang bersama Gus Dur berkeliling dunia.

Seperti biasa, setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negara yang dipimpin mereka. Tidak lama Presiden AS, Bill Clinton mengeluarkan tangannya, lalu sesaat kemudian dia berkata, "Wah kita sedang berada di atas New York!"

Gus Dur pun menanggapi dan berkata, "Lho kok bisa tahu, sih?"

"Ini patung Liberty kepegang!" jawab Bill Clinton dengan bangganya.

Tidak mau kalah, Presiden Prancis saat itu, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar pesawat.

"Tahu tidak, kita sedang berada di atas Kota Paris!" dengan sombongnya.

"Wah ... kok bisa tahu juga?" saut Gus Dur.

"lni menara Eiffel kepegang!" jawab presiden Perancis.

Karena disombongin oleh Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat.

"Wah ... kita sedang berada di atas Tanah Abang!" teriak Gus Dur.

"Lho kok bisa tahu, sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa melihat dengan baik.

"Ini jam tangan saya hilang." jawab Gus Dur bernada kalem.

11. Menghitung Keledai

Suatu hari Abu Ali pergi ke pasar dan membeli sembilan keledai. Dia pulang ke rumah dengan menunggangi salah satu keledai, dan delapan ekor keledai lainnya mengikuti di belakang.

Setelah beberapa saat, Abu Ali berkata pada dirinya sendiri, "Saya harus memastikan semua keledai saya ada di sini." Ia berbalik untuk menghitungnya.

"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan. Oh! Di mana keledai yang kesembilan?" Abu Ali panik.

Ia melompat turun dari keledainya, melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.

"Saya akan menghitungnya lagi," kata Abu Ali. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Oh, keledai yang kesembilan pasti sudah kembali."

Abu Ali kembali menunggangi keledainya dan pergi.

Setelah beberapa saat, Ia menghitung keledainya lagi. Tapi jumlah yang dihitungnya hanya ada delapan ekor keledai! Sekali lagi Ia melihat ke balik bebatuan dan balik pepohonan. Tapi tidak ada keledai yang tertinggal.

"Saya akan menghitung lagi," katanya, dan kali ini ada sembilan ekor.

Saat itu Abu Ali melihat temannya Musa sedang berjalan. "Musa," panggilnya. "Bantu saya menghitung keledaiku. Saya merasa selalu kekurangan satu ekor. Kalau saya berhenti untuk menghitung ada berapa ekor, saya hanya melihat delapan ekor saja. Tapi kalau saya turun dari keledai yang sedang ditunggangi lalu mencoba berhitung, keledai yang kesembilan, dia ada lagi!"

"Saya justru bisa melihat ada sepuluh ekor keledai," tawa Musa. "Dan keledai yang kesepuluh namanya Abu Ali."

12. Reaksi Kimia

Seorang guru mengajarkan reaksi kimia di kelas. Ia menerangkan, proses pembuatan makanan merupakan proses kimiawi. Ia pun memulai sesi pertanyaan.

"Susi, sebutkan contoh reaksi kimia yang sudah kamu tahu!" kata Bu Guru.

"Dalam pembuatan etanol, glukosa diubah jadi alkohol lewat fermentasi, rumusannya C6H12O6 -> 2C2H5OH + 2CO2 + 1NADH2 + energi," jelas Susi.

"Bagus, Susi!" Puji Bu Guru. " Sekarang Juki, sebutkan contoh yang lain!"

Juki waktu itu sedang melamun. Maklum, ia belum sarapan karena bangun kesiangan. Padahal, ibunya sudah menyiapkan nasi pecel ayam yang sangat enak untuk ia dan adiknya. Juki pun tidak berkonsentrasi dengan pertanyaan Bu Guru sehingga menjawab sekenanya.

"Beras dimasak jadi nasi, Bu. Lalu tempe mentah dicampur garam, bawang, dan ketumbar, kemudian digoreng jadi gurih. Kalau nasi dan tempe dicampurkan, ditambah sambal pecel, rebusan sayur, dan kecambah, perpaduan unsur ini menjadi sarapan enak, Bu," sahut Juki.

Seisi kelas tertawa kencang, termasuk Bu Guru.

"Tenang..tenang..hahaha. Juki, kenapa jawabanmu demikian?" tanya Bu Guru.

"Itu reaksi kimiawi, Bu," jawab Juki.

"Maksudnya bagaimana?"

"Tadi kata Ibu, semua proses makanan adalah proses kimiawi. Saya jawab proses sederhananya, Bu, tidak pakai rumus kimia. Soalnya susah, nanti bikin lapar," jelasnya.

Sekali lagi siswa tertawa karena jawaban Juki yangs sedang lapar.

13. Hukuman

Di pagi hari yang cerah, di sebuah ruang kelas, sedang berlangsung proses pembelajaran. Karena kondisinya santai, guru kelas bercakap-cakap dengan salah satu siswa.

"Bu, Ibu Guru! Mau bertanya, Bu!" kata seorang siswa bernama Meta.

"Ya, silakan, mau bertanya apa, Ta?" jawab Bu Guru.

"Bu Guru, sebenarnya boleh tidak, seseorang dihukum karena perbuatan yang belum dia lakukan?" tanya Meta.

"Jelas tidak boleh, ya. Seseorang baru boleh dihukum saat dia terbukti bersalah," terang Bu Guru.

"Syukurlah Bu, jadi saya bebas hukuman, ya Bu? Soalnya saya belum mengerjakan PR," sahut Meta.

"Hahahahaha, dasar!" gelak Bu Guru dan siswa-siswa kelas.

14. Modal Huruf

Pada suatu hari ada seorang guru di sebuah sekolah dasar yang sedang bertanya kepada muridnya tentang hasil belajar menghafalkan huruf.

Pak guru bertanya kepada Farid tentang berapa huruf yang sudah Farid hafal, kemudian Farid menjawab bahwa ternyata dia hanya akan menghafalkan huruf C D E F G A B C.

Setelah mendengar jawaban tersebut, pak guru pun bingung dan bertanya kembali kepada Farid kenapa dia hanya mau menghafalkan tujuh huruf saja.

Lalu Farid menjawab dengan lantang bahwa dengan menghafal tujuh huruf tersebut saja, Farid bisa jadi pemusik yang hebat dan menghasilkan banyak uang. Mendengar jawaban tersebut, kemudian pak guru hanya mengangguk-ngangguk saja dan berbicara "benar juga".

15. Kebijaksanaan

Darwis ingin belajar tentang kebijaksanaan hidup dari Nasruddin. Nasruddin pun bersedia, dengan catatan bahwa kebijaksanaan hanya bisa dipelajari dengan praktik. Darwis pun menyanggupi.

Malam itu, Nasruddin menggosok kayu membuat api. Api kecil itu ditiup-tiupnya.

"Mengapa api itu engkau tiup?" tanya Darwis.

"Agar lebih panas dan lebih besar apinya," sahut Nasruddin.

Setelah api besar, Nasruddin memasak sup. Sup menjadi panas. Ia menuangnya ke dalam dua mangkuk. Nasruddin mengambil mangkuknya dan meniup-niup sup.

"Mengapa sup itu kau tiup?" tanya Darwis lagi.

"Agar lebih dingin dan enak dimakan," kata Nasruddin.

"Ah aku rasa, au tidak jadi belajar darimu," ketus Darwis.

"Engkau tidak bisa konsisten dengan pengetahuanmu," lanjutnya.

16. Tukang Roti

Pada pagi hari yang cerah, Azka sengaja belum sarapan karena ingin membeli bubur di depan komplek. Namun, tiba-tiba terdengar bel pedagang roti. Tanpa pikir panjang, Azka pun langsung menuju teras rumah untuk memanggil si tukang roti.

Azka: "Bang, jual roti apa aja?"

Tukang roti: "Banyak macamnya mas, lihat dan pilih saja sendiri."

Azka: Ini apa, "Bang?"

Tukang roti: "Kalau yang ini nanas, Mas."

Azka: "Kalau yang ini apa?"

Tukang roti: "Srikaya."

Azka: "Bang, kalau yang ini?"

Tukang roti: "Blueberry, Mas."

Azka: "Lho gimana sih, terus mana rotinya, saya mau beli roti bukan buah, kok dari tadi yang disebutkan buah-buahan aja, ya udah deh saya ga jadi beli."

Tukang roti: "Bengong dan kemudian malah jatuh pingsan."

17. Sombong

Seorang ahli tata bahasa yang sombong naik perahu tambang. Ia melihat tukang perahu bersiap melajukan perahu.

"Naik! Berangkat!" seru tukang perahu.

Menganggap seruan tukang perahu tidak jelas, ia berseru pada tukang perahu, "Hei, sudahkah kamu mempelajari tata bahasa?"

"Belum," kata tukang perahu. Ahli bahasa itu berkata lagi, "Kalau begitu, hidupmu sia-sia."

Tukang perahu itu sedih. Angin tiba-tiba bertiup kencang dan terjadi gelombang di danau. Tuka perahu itu berseru pada si ahli bahasa.

"Hei, sudahkah kamu belajar berenang?"

"Belum," jawab si ahli bahasa.

"Kalau begitu, seluruh hidup dan kepandaianmu akan sia-sia," jawab tukang perahu.

"Sebentar lagi perahu ini akan tenggelam," lanjutnya.

18. Takhta

Bahlul sering menyembunyikan kecerdasannya di balik kegilaan. Dengan begitu, ia bisa keluar masuk istana Harun Al-Rasyid dengan bebas.

Suatu hari, Bahlul masuk ke istana dan menemukan singgasana raja kosong. Ia langsung mendudukinya.

Menempati takhta raja termasuk kejahatan berat. Para pengawal pun menangkap Bahlul, memaksanya turun dari takhta, dan memukulinya. Jeritan Bahlul lalu terdengar oleh raja yang segera menghampirinya.

"Kasihan! Orang ini gila. Jangan khawatir, cepat hapus air matamu," kata Raja.

Bahlul berkata, " Wahai Raja, bukan karena pukulan aku menangis, tetapi karena kasihan padamu!"

"Kenapa?" tanya Raja heran.

"Wahai Raja, aku cuma duduk di takhtamu sekali, mereka langsung memukuliku dengan keras. Kau sudah mendudukinya 20 tahun, pukulan apa yang kau terima? Sungguh sedih aku memikirkannya."

19. Racun

Ketika masih muda, Abu Nawas sempat bekerja di perusahaan jasa jahit pakaian. Suatu hari, majikannya datang membawa satu kendi madu.

Khawatir madu diminum Abu Nawas, majikannya berbohong dan berkata, "Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan saya tidak mau kamu mati meminumnya!"

Sang majikan pun pergi ke luar. Pada saat itu, Abu Nawas menjual sepotong pakaian, lalu menggunakan uangnya untuk membeli roti. Ia lalu menghabiskan madu itu dengan rotinya.

Majikannya pun datang. Ia tersadar satu pakaian hilang dan madu di kendi habis. Ia bertanya pada Abu Nawas.

"Abu! Apa yang sebenarnya terjadi?"

Abu Nawas berpura-pura tewas dan menjawab, "Maaf Tuan, apakah Tuan sudah meninggal seperti saya? Tadi ada yang mencuri pakaian Tuan. Karena saya takut dimarahi, saya putuskan menenggak racun dalam kendi saja."

20. Berkat Kanker Otak

Rutinitas belajar dan mengajar selalu diawali dengan cek presensi. Setiap guru yang masuk akan memanggil satu per satu murid yang hadir. Aturan yang sama berlaku di SMA Makassar.

Pada saat itu, guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak mulai memanggil setiap murid. Dengan nada tegas dan ekspresi kaku, ia menyebut nama murid. Hal ini menyebabkan murid yang dipanggil pun menjawab tak kalah lantangnya.

"Andi Ahmad"

"Hadir Bu!"

"Azmi Mahdi"

"Hadir Bu!"

"Bayu Satria"

"Hadir Bu"

"Akhirnya kamu masuk sekolah juga ya. Kenapa kamu kemarin tidak masuk?"

"Saya mesti ke rumah sakit, Bu," jawab Bayu sembari senyum.

"Kenapa kamu jawab pertanyaan saya sambil senyum-senyum?" jawab sang guru kesal.

"Iya Bu, soalnya kata dokter saya terkena kanker otak."

"Apa yang lucu? Kanker otak itu berbahaya."

"Saya senang Bu. Ibu sudah tidak bisa bilang 'dasar kamu tidak punya otak' karena otak saya rusak."

Seisi kelas meringis mendengar jawaban Bayu. Mereka ingin tertawa, tetapi khawatir dimarahi sang guru.

21. Makan Sup Bebek

Asrul memandangi beberapa ekor bebek yang terlihat lezat jika dimasak. Bebek itu sedang berenang di kolam.

Ia berencana menangkap bebek-bebek itu. Namun, bebek itu terbang. Ia berusaha menangkap dengan susah payah. Setelah 45 menit, ia putus asa dan duduk di pinggir kolam karena kelelahan.

Ia pun mencelupkan beberapa potong roti ke kolam tempat bebek tadi berenang. Roti itu lalu dimakannya.

Beberapa orang yang melewati Asrul keheranan dan bertannya, "Nasruddin, apa yang kau lakukan?"

Dengan santai ia menjawab, "Aku sedang makan sup bebek."

22. Lampu Si Buta

Seorang buta membawa gentong di atas pundak sambil menenteng lampu. Ia berjalan ke sungai untuk mengisi gentong itu.

Seseorang yang melihatnya berkata, "Wahai, orang buta. Malam dan siang hari sama saja bagimu. Mengapa kau gunakan lampu?"

Orang buta itu menjawab, "Hai, orang yang suka mencampuri urusan orang lain! Lampu ini kuperuntukkan bagi orang yang buta pikiran agar tidak terpeleset atau menabrakku!"

23. Sarjana

Seorang turis asing tersesat di Jakarta. Karena bingung, ia bertanya pada seorang penjual kopi keliling, "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho-oh," jawab penjual kopi.

Karena bingung dengan jawaban tersebut, ia bertanya lagi ke polisi yang sedang mengatur lalu lintas, "Apa ini Jalan Sudirman?" "Betul," jawab sang polisi.

Mendapat jawaban berbeda, ia bertanya pada seorang pejalan yang melintas, "Apa ini Jalan Sudirman?"

Si pejalan menjawab, "Benar."

Bingung mendapat tiga jawaban berbeda, ia menanyakannya pada si pejalan. Si pejalan terdiam berpikir, lalu berkata, "Begini, kalau Anda bertanya pada tamatan SD, jawabannya adalah ho-oh. Kalau bertanya pada tamatan SMA, jawabannya adalah betul. Kalau ke tamatan perguruan tinggi, jawabannya benar."

Turis itu mengangguk dan memastikan, "Jadi, Anda ini seorang sarjana?"

Dengan spontan si pejalan menjawab, "Ho-oh!"

24. Guru dan Murid

Suatu hari, seorang guru tertidur di kelas. Ia pun dibangunkan siswanya.

Untuk menutupi rasa malu, sang guru berkata, "Saya selalu berharap bertemu Konfusius, Sang Guru Agung. Beberapa saat yang lalu, saya berjumpa dengannya."

Keesokan harinya, sang siswa yang gantian tertidur di kelas. Sang guru membangunkan dan memarahinya.

"Berani sekali tidur saat belajar di kelas," kata si guru.

Siswa yang cerdik itu menjawab, "Saya juga baru saja berjumpa dengan Sang Guru Agung."

Guru bertanya, "Apa yang beliau katakan?"

"Beliau bilang, ia tidak berjumpa Guru, kemarin!" sahut siswa.

Sang guru tertawa malu.

25. Mencuri Rambutan

Suatu hari, anak kecil memanjat pohon rambutan tetangganya. Ia tiba-tiba ketahuan pemilik pohon.

"Hoi! Anak bandel! Turun kamu! Ambil rambutan orang seenaknya. Nanti saya laporkan bapak kamu, biar tahu rasa! Mana bapakmu?" bentak si pemilik pohon.

Dengan gugup, anak itu melihat ke atas pohon sambil berkata, "Ayah, kita ketahuan!"

26. Kotak Amal

Seorang pemuda sedang mendengar khutbah dari khatib saat salat Jumat. Beberapa saat kemudian, kotak amal diedarkan dan tiba di hadapannya.

Pemuda ini lalu merogoh-rogoh saku belakangnya, lalu memasukkan uang Rp 1.000 untuk sedekah Jumatnya.

Tidak lama, ada seorang kakek yang duduk di belakangnya. Si kakek menepuknya sambil memberikan uang Rp 100.000. Tanpa pikir panjang, ia memasukkannya ke kotak amal. Ia lalu menengok si kakek sambil mengagumi kemuliaan hati si kakek dalam hati.

Setelah kotak amal berlalu, kakek itu berkata pada si pemuda sambil tersenyum, "Nak, itu tadi uangmu yang jatuh dari kantong celana belakang."

27. Baju Termahal

Amar: "Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!"

Amir: "Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!"

Amar: "Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia."

Amir: "Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?"

Amar: "Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK."

Amir: "Kok malah baju tahanan KPK?" (Bingung)

Amar: "Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut."

Amir: "Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku."

28. Umur Dinosaurus

Anak-anak TK mengunjungi Museum Purbakala pada suatu sore. Di museum itu, ada petugas berdiri di samping kerangka dinosaurus.

Seorang anak TK menghampiri petugas museum.

"Pak, berapa umur dinosaurus ini?"

"Satu juta tahun, lebih empat bulan," terang si petugas.

"Wah kok tahu?" tanya si anak TK.

"Soalnya ketika saya pertama kali kerja di sini, umurnya sudah satu juta tahun."

29. Rokok

Suatu hari, anak-anak SMA sedang berkumpul di warung depan sekolah. Mereka hendak coba-coba merokok.

"Gue bawa rokok, tapi nggak ada koreknya," kata Andi.

"Gue ada korek. Ada asbak, nggak?" tanya Beni.

"Nih asbak. Lu bawa apa, Don?" tanya Carli sambil menoleh ke Doni.

"Gue cuma bawa paru-paru doang" sahut Doni.

30. Impor

Seorang teman yang baru ditempatkan di Belanda bercerita, ia pernah makan siang di restoran Indonesia sederhana di Amsterdam. Ia kaget, ternyata salah satu menunya ada masakan gudeg Yogya.

Ia pun penasaran dan memesan satu porsi, setelah dicoba, entah kenapa rasanya lebih enak dari gudeg Yogya yang asli. Ia pun bertanya ke si penjual.

"Mas, apa rahasianya, kok gudeg di sini lebih enak dibandingkan dengan aslinya?"

"Oh itu, nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal. Kalau di sini nangka impor," terang si penjual.

"Memangnya, nangkanya impor dari mana, Mas?" tanya dia.

"Dari Yogya, Mas."

31. Roti atau Buah

Pada suatu hari Senin tepatnya pukul 09.30, ada seorang penjual roti yang lewat di depan rumahku.

Tidak lama kemudian ada satu di antara teman sekelasku yang bernama Dani, memanggil si penjual roti itu.

Tidak menunggu lama, sang penjual roti datang untuk menghampiri Dani yang sedang duduk-duduk santai di depan rumahku.

Dani: "Jual roti apa aja, bang? Gimana rasanya, enak semua nggak?"

Penjual roti: "Banyak, dek, ada macam-macam, ya tentunya rasanya enak dong, dek."

Dani: "Wah mantap deh kalau enak, bang, yang ini rotinya rasa apa ya, bang?"

Penjual roti: "Iya, dek, yang roti yang ini rasanya cokelat, dek."

Dani: "Oh cokelat ya, kalo roti yang ini dalamnya rasa apa ya, bang?"

Penjual roti: "Kalau yang ini rotinya di dalamnya ada selai stroberi, dek, jadi rasanya ya stroberi."

Dani: "Kalau yang roti ini rasanya apa ya, bang?"

Penjual roti: "Kalau yang roti ini rasanya nanas, dek."

Dani: "Lah terus roti yang beneran mana ya, bang? Dari tadi abang kok ngomong buah-buahan terus, sama sekali rotinya gak diomongin? Sebenarnya, abang ini jualan buah apa jualan roti bang? Kok saya jadi bingung ya, bang, kalau gini caranya aku nggak jadi beli deh, bang, habisnya abang ngebingungin sih."

Penjual roti: (Hening seketika)

Tidak lama kemudian, si penjual roti langsung pingsan.

32. Pelajar Malas

Urwa pulang dari sekolah siang hari itu dengan wajah lesu, kemudian Ibu bertanya tentang ulangannya.

"Bagaimana ulangannya, Urwa?" tanya Ibu.

"Urwa dapat 10 soal tapi cuma 1 soal yang jawabannya betul, Bu," jawab Urwa.

"Gak apa-apa yang penting Urwa sudah isi semua soalnya," ibu menghibur Urwa.

"Maksudnya, Urwa cuma mengerjakan satu soal dan yang sembilan lagi enggak," tutur Urwa takut dan wajah Ibu jadi memerah.

33. Pemulung yang Buta Huruf

Pada sore hari di sebuah kompleks perumahan, yang kelihatan mewah terjadi perdebatan antara ibu RT dan pemulung.

Masalah yang mereka debatkan yaitu hal remeh, tentang tulisan yang banyak ditempel papan dengan tulisan "Pemulung Dilarang Masuk".

Namun, masih saja ada pemulung yang tidak menaati aturan tersebut.

Ibu RT: "Pak sedang cari apa di tempat sampah?"

Pemulung: " Sudah tentu cari barang bekas atau botol plastik yang dapat didaur ulang bu"

Ibu RT: "Maaf ya, Bapak bisa baca tulisan yang ada di depan pintu gerbang perumahan ini?"

Pemulung: "Bagaimana tulisannya?"

Ibu RT: "Di papan itu tertulis 'Pemulung Dilarang Masuk', kenapa bapak nekat masuk di perumahan ini?"

Pemulung: "Bagaimana, ini bagaimana sih... kalau saya bisa baca tulisan yang di papan itu, tentu saya tidak akan jadi pemulung, bu!"

Ibu RT pun kemudian terdiam membisu. Ibu RT berpikir bahwa jawaban pemulung itu ada benarnya juga.

Ternyata, pemulung tadi buta huruf, jelaslah dia tidak bisa baca papan larangan.

34. Ambulans

Sebuah mobil ambulans mengangkut beberapa pasien gangguan jiwa, tetapi terpaksa berhenti di tengah jalan karena bannya bocor. Saat mengganti ban, sopir ambulans tak sengaja menendang baut sehingga empat baut masuk selokan.

Si sopir ambulans berteriak. "Waduh! Bagaimana ini mau pasang ban?"

Seorang pasien melihat dari balik ambulans dan berkata, "Mas, copot aja satu baut dari tiap ban. Jadi, masing-masing dapat tiga baut."

"Wah, pintar juga kamu! Kok, bisa masuk rumah sakit jiwa?" tanya si sopir.

"Mas, saya ini katanya gangguan jiwa, bukan bodoh."

35. Anak

Setiap hari orang tua Iwan selalu bekerja. Mereka jarang pulang ke rumah karena harus mengisi acara seminar hingga diklat.

Satu bulan tidak bertemu, ayahnya rindu. Ia menelepon anaknya untuk menguji, apakah si anak juga rindu.

"Wan, apakah kau sayang orang tuamu?"

"Sayang, aku selalu merindukan ayah dan ibu saat sendiri di rumah," kata Iwan berbohong.

Bapaknya lega mendengar perkataan Iwan. Ia berdoa, "Ya Tuhan, terima kasih sudah titipkan anak yang baik, berikan ia hukuman jika ia salah."

Seketika Iwan pingsan.




(edr/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads