Hari Bela Negara 19 Desember, Ini Sejarahnya

Hari Bela Negara 19 Desember, Ini Sejarahnya

Xenos Zulyunico Ginting - detikSulsel
Kamis, 15 Des 2022 22:20 WIB
Pesona Koto Tinggi, Ibu Kota RI Masa Darurat
Monumen Bela Negara. Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Makassar -

Hari Bela Negara diperingati setiap 19 Desember. Hari bersejarah tersebut diperingati untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan.

Sebagai negara yang mempunyai sejarah kemerdekaan yang panjang, membuat bangsa Indonesia selalu menghargai setiap perjuangan yang telah diberikan oleh para pahlawan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya hari peringatan yang ditetapkan pemerintah untuk mengingat setiap peristiwa penting dalam proses perebutan kemerdekaan.

Salah satu hari bersejarah yang diperingati setiap tahunnya adalah Hari Bela Negara pada 19 Desember. Hari Bela Negara merujuk pada penting pada tahun 1948.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas bagaimana sejarah Hari Bela Negara? Simak penjelasan lengkap tentang Hari Bela Negara berikut ini.

Sejarah Hari Bela Negara

Dilansir dari laman resmi Kementerian Pertahanan, Hari Bela Negara merujuk pada peristiwa agresi militer Belanda Jilid II di tahun 1948 dan terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Saat itu Belanda belum mengakui kemerdekaan yang diproklamasikan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

ADVERTISEMENT

Pada agresi militer jilid II, Belanda dibantu oleh Inggris dan sekutunya. Agresi militer tersebut bertujuan untuk kembali mengambil alih kendali dan kekuasaan atas wilayah Indonesia.

Hingga pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda dan pasukan sekutunya berhasil mengambil alih Yogyakarta yang pada masa itu merupakan ibu kota Negara. Selain sebagai ibu kota, Yogyakarta juga merupakan pusat pemerintahan Indonesia.

Bahkan Belanda berhasil menangkap Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Sukarno dan Moh. Hatta. Belanda juga berhasil menangkap beberapa Menteri dalam kabinet pemerintahan yang menjabat pada masa itu.

Namun sebelum Belanda sampai untuk menyerang Yogyakarta, Sukarno dan Hatta telah menggelar sidang kabinet dalam situasi genting. Sidang tersebut menghasilkan dua keputusan.

Pertama, Sukarno dan Hatta akan tetap berada di Yogyakarta sekalipun terdapat risiko penangkapan oleh Belanda. Kedua, Sukarno memberikan mandat kepada Menteri Kemakmuran Sjarifuddin Prawiranegara di Sumatra untuk dapat membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Akhirnya setelah Sukarno dan Hatta tertangkap, Sjarifuddin mengumpulkan tokoh-tokoh nasional serta jajaran kabinet yang tersisa untuk mendirikan PDRI di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Usai kejadian tersebut, rakyat di berbagai daerah kemudian bangkit untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda dan sekutunya. Rakyat bersatu dan melakukan pertempuran demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran di berbagai kota itu, berujung pada jatuhnya banyak korban jiwa. Mereka yang berjuang pada saat itu kemudian dikenal sebagai Pahlawan Kusuma Bangsa.

Penetapan Hari Bela Negara oleh SBY

Peringatan Hari Bela Negara pertama kali dicetuskan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara melalui Keppres Nomor 28 Tahun 2006.

Hari Bela Negara ditetapkan sebagai salah satu hari bersejarah yang perlu diperingati setiap tahunnya. Hal ini sebagai bentuk pengakuan, penghargaan dan penghormatan atas peran PDRI serta tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya dalam mempertahankan kemerdekaan RI.

Selain itu Penetapan Hari Bela Negara bertujuan menempatkan PDRI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Semangat perjuangan PDRI juga perlu direfleksikan guna menguatkan rasa tanggung jawab kenegaraan dan kebangsaan dalam upaya menjamin keberadaan negara dan pemerintahan RI.

Monumen Bela Negara

Tidak hanya menetapkan Hari Bela Negara yang diperingati setiap tahun, pemerintah juga membangun monumen. Dikutip dari laman resmi Dinas Kominfo Kabupaten Limapuluh Kota, kehadiran monumen Bela Negara diharapkan dapat menjadi representasi peristiwa bersejarah PDRI yang pernah mendirikan pemerintahan darurat serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pembangunan monumen Bela Negara ini belum rampung dan masih berlanjut. Pembangunan monumen ini sendiri sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 2013. Namun karena beberapa kendala teknis sehingga monumen Bela Negara hingga kini belum selesai pembangunannya.

Monumen Bela Negara ini dibangun di Jorong Sungai Siriah, Koto Tinggi, Gunuang Omeh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 40 hektar.

Makna Hari Bela Negara

Berdasarkan penjelasan Menteri Pertahanan (Kemenhan) RI, Prabowo Subianto yang dilansir dari laman resmi Kemenhan, peringatan Hari Bela Negara salah satunya bertujuan untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan kusuma bangsa. Mereka merupakan pahlawan yang ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia saat menghadapi agresi militer Belanda jilid II.

Selain itu, peringatan Hari Bela Negara juga bertujuan menguatkan keyakinan atas pentingnya persatuan, semangat pantang menyerah, kebersamaan dan gotong royong demi mempertahankan serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bela negara merupakan tekad, sikap dan perilaku warga negara baik itu secara perorangan maupun secara kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Bela negara merupakan hak dan kewajiban konstitusional bagi seluruh warga negara Indonesia




(xez/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads