Jepang akan memberikan uang sebesar Rp 57 juta kepada wanita yang baru melahirkan. Langkah tersebut diambil Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya akibat resesi seks.
Dilansir dari detikHealth, Senin (12/12/2022), orang tua baru di Jepang akan menerima 'Childbirth and Childcare Lump-Sum Grant' sebesar 420.000 yen atau setara sekitar Rp 48 juta. Uang tersebut akan diterima setelah kelahiran anaknya.
Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, Katsunobu Kato berencana menaikkan jumlah tersebut menjadi 500.000 yen atau setara sekitar Rp 57 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program dan rencana kenaikan insentif tersebut telah dibahas dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pekan lalu. Pemberian insentif kepada pasangan yang baru melahirkan tersebut diharapkan berjalan mulai 2023.
Namun demikian, program tersebut dinilai tidak akan berjalan efektif untuk meningkatkan minat warga Jepang memiliki anak. Lantaran bantuan tersebut hanya untuk persalinan dan pengasuhan anak.
Sementara, yang menjadi sorotan kebanyakan orang tua di Jepang adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkan anak hingga dewasa. Bantuan tersebut dinilai tidak akan cukup untuk membesarkan anak hingga dewasa mandiri.
Alasan Warga Jepang Ogah Punya Anak
Dilansir dari detikHealth yang mengutip Japan Today, masalah inti yang disoroti di Jepang terkait resesi seks adalah kurangnya kepercayaan calon orang tua mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membiayai keluarganya. Apalagi mereka harus menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi selama bertahun-tahun sambil membesarkan anak.
Kondisi tersebut menjadi pemicu utama minimnya angka kelahiran di Jepang dibandingkan besaran biaya untuk membayar persalinan bayi.
(hsr/alk)