Film animasi karya anak Makassar The Last Trepangers: A Brother from Across The Sea telah tayang di Charles Darwin University, Australia. Film ini bercerita tentang sejarah pelaut Makassar mencari teripang di Australia.
Film animasi ini diproduksi oleh Rumata' Artspace, Makassar International Writers Festival (MIWF) dan Makko Mikki, serta Fakultas Desain dan Komunikasi Visual Universitas Negeri Makassar (UNM).
Film karya anak Makassar ini mendapatkan dukungan dari Australia Indonesia Institute. Berupa dana hibah untuk menjalankan proyek film The Last Trepangers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun film The Last Trepanger hasil kerjasama Australia Indonesia, namun secara keseluruhan film tersebut digarap orang Makassar. Mulai dari animator, penulis serta produsernya berasal dari Makassar.
"Meskipun kerjasama Australia Indonesia tapi kreatornya, animator yang bekerja, penulis cerita semua yang terlibat itu orang makassar," ujar produser dan Direktur MIWF, Lily Yulianti Farid kepada detikSulsel, Senin (28/11/2022).
Bisa Jadi Materi Pelajaran Sejarah
Film ini merupakan film educational materials. Artinya film ini bisa diakses oleh siapa pun yang ingin menonton di platform yang telah disiapkan.
"Ini kan educational materials nih, jadi jangan didekati seperti kalau ada film komersial yang tayang. Karena educational materials itu artinya nanti akan disiapkan di platform yang bisa diakses siapa saja," jelasnya.
Film The Last Trepangers menceritakan sejarah para pencari teripang dari Makassar yang berlayar ke Australia Utara pada abad 18, 19 dan 20. Sehingga film tersebut bisa menjadi materi untuk guru di sekolah yang ingin mempelajari sejarah.
"Akan ada di YouTube rumata dan itu gunanya akan digunakan sebagai materi untuk mempelajari sejarah," ucap Lily.
"Jadi bisa dipakai untuk guru sejarah di Australia maupun guru sejarah di Indonesia untuk menceritakan pada siswa-siswa mereka. Begitu juga dengan keluarga kalau mau menonton dan mendiskusikan ini gitu," sambungnya.
Dikemas dengan Bentuk Animasi
Film The Last Trepangers berdurasi kurang lebih 20 menit ini dan dikemas dengan bentuk animasi. Hal ini dipercaya lebih efektif dalam menceritakan sejarah tersebut.
"Animasi efektif, karena sejarah yang mau diceritakan dari berabad-abad lampau terus misal mau ditulis dokumenter, dia mungkin terkendala oleh pendekatan yang diambil, apakah itu film dokumenter berbasis arsip saja mungkin terasa berat," kata Lily.
Tidak hanya itu, animasi juga dipilih sebagai medium dalam menyampaikan cerita sejarah. Pasalnya, film ini dibuat dengan menyasar generasi muda di Indonesia, khususnya anak-anak.
"Memilih animasi sebagai wadahnya atau mediumnya karena yang disasar adalah generasi muda di Indonesia khususnya anak-anak melalui sekolah dan komunikasi," terangnya.
Tidak perlu khawatir dengan bahasa, film The Last Trepangers dikemas dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan logat Makassar. Tidak hanya itu, dalam film tersebut juga disediakan subtitle Bahasa Inggris.
Sinopsis Film The Last Trepangers: A Brother from Across The Sea
Film ini bercerita tentang dua bersaudara Hasan dan Hasni yang menunggu kakaknya Daeng Nurdin kembali ke Makassar. Sang kakak diketahui berlayar mencari teripang ke Australia bagian Utara.
Daeng Nurdin mencari teripang di Australia berbulan-bulan. Dia bersama pelaut dari Makassar berbaur dengan warga setempat mencari teripang sembari menunggu angin timur untuk pulang.
Hasan dan Hasni dengan setia menunggu kakaknya di dermaga. Namun perahu padewakang yang ditumpangi kakaknya tak kunjung terlihat.
Hingga akhirnya Hasan pun bekerja bersama Haji Maro. Dengan harapan, bisa mengumpulkan uang untuk bisa menyusul kakaknya di Marege.
Selama mereka menunggu, orang sekitar pun mengira para pencari teripang tersebut sudah meninggal. Namun tidak dengan Hasan dan Hasni, mereka percaya suatu hari nanti kakak mereka akan kembali.
(hsr/hsr)