PLTA di Sulawesi Selatan terdiri dari lima pembangkit yang tersebar di tiga kabupaten yakni Pinrang, Luwu Utara dan Tana Toraja. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) ini ada yang dikelola oleh pemerintah dan juga swasta.
PLTA adalah bentuk sumber daya energi terbarukan yang berasal dari air yang mengalir. PLTA memanfaatkan energi dari ketinggian dan energi dari kecepatan air.
Energi tersebut diterima oleh turbin yang kemudian diteruskan ke generator dalam bentuk energi mekanik. Oleh generator energi tersebut kemudia diubah menadi energi listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat dua PLTA di Sulawesi Selatan yang merupakan milik pemerintah. Sementara 3 PLTA lainnya merupakan milik swasta yakni perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk.
Dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber, berikut ini penjelasan lengkap tengang 5 PLTA di Sulawesi Selatan:
1. PLTA Malea
PLTA Malea berada di Lembang Randan Batu, Kelurahan Sandabilik, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja. Tepatnya di aliran sungai Saddang. PLTA ini mengantongi Sertifikat Laik Operasi pada 28 Juni 2021.
PLTA Malea menggunakan sistem pengambilan air run off river dengan bangunan utama berupa area pengambilan (intake area), area saluran penghantar (waterway), area tangki peredam (surge tank), dan area gedung pembangkit (power house).
"Adanya PLTA ini untuk memaksimalkan potensi energi air di Sulawesi Selatan yang sangat besar, bahkan paling besar di antara 34 provinsi lain. Potensinya mencapai 1.409,9 megawatt dan dapat dikembangkan menjadi pembangkit PLTA dan PLTM," kata General Manager PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi Defiar Anis dilansir dari detikFinance, Jumat (2/7/2021).
PLTA ini memiliki dua unit mesin pembangkit yang masing-masing memiliki kapasitas 45 MW sehingga total kapasitas mencapai 90 MW. PLTA Malea 2x45 MW merupakan pembangkit Independent Power Producer (IPP) yang masuk dalam pengawasan PLN UIP Sulawesi.
PLTA Malea dibangun dan dioperasikan oleh PT Malea Energy. Dalam 10 tahun ke depan, PLN membeli listrik dari PLTA Malea sebesar Rp 1.398,53 per kilowatt hour (kWh).
2. PLTA Bakaru
PLTA Bakaru berada di Desa Ulusaddang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Jaraknya kurang lebih 250 kilometer dari Kota Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.
Dilansir dari p2k.stekom.ac.id LPTA Bakaru merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga air milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sumber keuangan awal PLTA Bakaru diperoleh dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.
PLTA Bakaru dibangun di sekitar daerah aliran sungai dari dua sungai besar di Sulawesi Selatan. Sungai tersebut adalah Sungai Mamasa dan Sungai Saddang.
PLTA Bakaru menjadi pembangkit listrik utama bagi provinsi Sulawesi Selatan. Pada tahun 2008, kapasitas terpasangnya mencapai 400 megawatt.
Volume bersih harian dari waduk PLTA Bakaru adalah 2 juta meter kubik. Pada awal pengoperasiannya, volume kotornya sebesar 6,9 juta meter kubik. Kini, volume kotornya hanya mencapai 600.000 meter kubik.
Generator PLTA Bakaru memiliki kapasitas terpasang sebesar 126 megawatt. Generator ini terbagi menjadi dua buah turbin dengan masing-masing berdaya listrik 63 Megawatta.
Turbin ini dapat beroperasi dengan ketinggian maksimum 322,2 meter. Maksimal debit air yang dapat melaluinya adalah 45 meter kubik per detik.
3. PLTA Larona
PLTA Larona merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dioperasikan oleh PT Vale Indonesia. PLTA ini beroperasi sejak 1979.
PLTA ini memiliki tiga unit turbin dengan produksi daya listrik rata-rata 165 megawatt. PLTA ini memanfaatkan aliran sungai Larona yang airnya dipasok dari danau Matano, Mahalona dan Towuti.
Larona memiliki Izin Operasi Menteri Pekerjaan Umum No. PR.01.04.Mn/139 pada 10 Maret 2010. Rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan No. PR.05.01/KKB/23 pada 5 Maret 2010.
Bendungan
- Tipe: Rock Fill with Concrete Face
- Maksimum Storage: 10 juta meter kubik
- Panjang puncak: 550 meter
- Elevasi puncak: 322,2 meter di atas permukaan laut kanal
Kanal
- Panjang: 6.969 meter
- Lebar: 14,4 meter
- Debit: 148 meter kubik per detik Turbin
4. PLTA Balambano
PLTA Balambano merupakan PLTA kedua yang dioperasikan PT Vale Indonesia. PLTA ini dibangun pada tahun 1995 dan beroperasi tahun 1999 dengan kapasitas 110 megawatt.
PLTA ini menggunakan dua turbin sebagai penghasil daya listrik. Dam atau bendungan PLTA ini menggunakan beton secara keseluruhan atau Roller-compacted concrete.
Sama dengan PLTA Larona, PLTA ini juga memanfaatkan aliran sungai Larona yang airnya dipasok dari danau Matano, Mahalona dan Towuti.
Balambano memiliki Sertifikat Keamanan Bendungan untuk Pengoperasian Waduk dari Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 04/KB/Mn/2001 pada 2 Juli 2001. Rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan No. IR.01.11/KKB/22 pada 27 Juni 2001.
Bendungan
- Tipe: Roller-compacted concrete (RCC)
- Daya tampung: 31,5 juta meter kubik
- Panjang puncak: 350 meter
- Elevasi puncak: 167 meter di atas permukaan laut
Pelimpah
- Kapasitas: 3x750 meter kubik per detik
- Ukuran: 8x15,076 meter
5. PLTA Karebbe
PLTA Karebbe menjadi PLTA ketiga yang dibangun oleh PT Vale Indonesia. PLTA ini beroperasi sejak Oktober 2011.
PLTA Karebbe mengoperasikan dua turbin sebagai penghasil daya listrik. Sehingga mampu memproduksi daya listrik rata-rata sebesar 90 megawatt.
Sama dengan PLTA Larona, Balambano, PLTA ini juga memanfaatkan aliran sungai Larona yang airnya dipasok dari danau Matano, Mahalona dan Towuti.
PLTA Karebbe telah mengantongi Izin Operasi dari Menteri Pekerjaan Umum No.PR.01.04-Mn/58 pada 8 Februari 2012. Rekomendasi Komisi Keamanan Bendungan No.PR.05.01/KKB/14 pada 7 Februari 2012).
Bendungan
- Tipe: Low Cement Conventional Concrete (LCVC)
- Daya tampung: 13,58 juta meter kubik
- Panjang puncak: 202 meter
- Elevasi puncak: 79,5 meter di atas permukaan laut
Pelimpah
- Jenis: 1 pintu air pelimpah + 2 pelimpah secara alami
- Kapasitas: 4470 meter kubik per detik
- Ukuran: 8x18,68 meter
(hsr/alk)