Teks editorial merupakan jenis teks yang umum ditemukan di berbagai media massa, baik online maupun cetak. Penulisan teks editorial dimaksudkan untuk merespons suatu isu atau fenomena yang sedang hangat dengan menggunakan bahasa yang lugas.
Secara umum, teks editorial ditulis dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca mengenai suatu isu atau peristiwa tertentu. Teks editorial bermanfaat merangsang kemampuan berpikir pembaca agar lebih kritis terhadap isu-isu yang menjadi sorotan dalam teks yang ditulis.
Seseorang yang hendak menulis teks editorial hendaknya memahami cara menulis teks editorial yang baik dan benar. Selain itu, penulis juga harus berhati-hati terhadap kesalahan-kesalahan umum dalam penulisan teks editorial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin (Unhas) Rismayanti SS M Hum menjelaskan setidaknya terdapat dua kesalahan umum yang biasanya terjadi ketika seseorang menuliskan teks editorial. Hal ini perlu dipahami, khususnya bagi pemula agar kesalahan tersebut dapat dihindari saat menulis teks editorial.
Kesalahan Umum Penulisan Teks Editorial
Rismayanti menjelaskan salah satu kesalahan yang umumnya dilakukan pemula saat menulis teks editorial adalah unsur keberpihakan. Menurutnya, dalam penulisan teks editorial seharusnya tidak ada unsur keberpihakan pada salah satu pihak karena media memiliki fungsi sebagai penyambung komunikasi.
"Hal-hal yang perlu dihindari sebenarnya itu adalah keberpihakan. Jangan sampai kita menulis, ada keberpihakan. Misalnya dalam politik pemilu, media di sini berperan sebagai hanya media, jadi media sebagai penyambung komunikasi, bukan untuk keberpihakan salah satu pihak," ujar Rismayanti kepada detikSulsel, Sabtu (19/11/2022).
Selain itu, kesalahan lain yang juga biasanya dilakukan dalam penulisan teks editorial adalah penulisan diksi yang kurang tepat.
Rismayanti kemudian mencontohkan penulisan teks editorial dalam kasus kekerasan seksual. Dalam kasus ini, penulis hendaknya menghindari penggunaan diksi-diksi yang berpotensi menyinggung pihak korban dan keluarganya.
"Misal kasus kekerasan seksual, misalnya perempuan, itu diksi-diksinya perlu dihindari yang membuat korban dengan keluarga korban itu merasa sakit hati saat membaca berita itu," jelas Rismayanti.
"Jadi, memilih diksi-diksi yang lain. Jangan sampai kita menulis itu menyinggung," imbuhnya.
Tips Menulis Teks Editorial
Setelah memahami kesalahan-kesalahan penulisan teks editorial, penulis juga hendaknya mengetahui tips dalam menulis teks editorial yang baik dan benar. Berikut ini beberapa tips menulis teks editorial yang dijelaskan oleh Dosen Bahasa Indonesia Unhas:
1. Memperbanyak Referensi
Tips pertama dalam menulis sebuah teks editorial adalah memperbanyak referensi. Menurut Rismayanti, seorang penulis yang akan membuat teks editorial sebaiknya memperbanyak referensi dari berbagai media.
"Pertama, tentu saja dia harus membaca banyak referensi, tapi referensi bukan hanya satu media saja," kata Rismayanti.
Dia pun menyarankan agar penulis tidak hanya berfokus pada referensi dari satu media saja. Menurutnya, jika hanya berfokus pada satu referensi media, seseorang akan cenderung mengikuti alur penulisan dari media tersebut.
"Kalau dia hanya membaca satu media, dia akan mengikuti alur penulisan media itu, jadi harus membaca beberapa media sebagai referensi," katanya.
2. Membuat Rumusan Tulisan
Tips selanjutnya yang perlu dilakukan saat menulis teks editorial adalah membuat rumusan tulisan atau poin-poin penting yang akan ditulis. Rumusan tulisan berfungsi menjadi acuan dan bisa membantu seseorang menulis teks editorial secara terstruktur.
"Kedua, setelah membaca beberapa referensi, membuat rumusan tulisan, poin-poinnya apa saja," kata Rismayanti.
3. Memahami Kaidah dan Ejaan Penulisan yang Benar
Tips terakhir dalam menuliskan teks editorial adalah mengetahui kaidah dan ejaan penulisan yang benar. Rismayanti mengatakan, kaidah ejaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting, tidak hanya dalam menulis teks editorial, namun juga dalam penulisan secara umum.
"Kemudian selanjutnya yang ketiga, harus tahu kaidah ejaan, itu penting," kata Rismayanti.
Contoh Teks Editorial
Setelah mengetahui kesalahan umum penulisan teks editorial dan tips membuatnya, perlu juga diketahui contohnya. Contoh teks editorial bisa menjadi referensi agar seseorang lebih paham mengenai teks editorial.
Contoh Teks Editorial 1: Mutu Pendidikan
Pengenalan Isu:
Pendidikan yang berkualitas menjadi sangat penting agar suatu negara dapat sejajar dengan negara maju. Namun, kenyataannya pendidikan di tanah air belum sebanding dengan pendidikan yang ada di negara maju.
Setiap lembaga pendidikan perlu mencetak lulusan yang berkualitas. Hal tersebut menjadi antisipasi terhadap perubahan dan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap orang dalam menjalani kehidupan. Peningkatan kualitas pendidikan perlu dilakukan dengan upaya yang serius untuk menjawab persoalan yang dihadapi di masa depan.
Argumentasi:
Agar dapat memperoleh pendidikan yang bermutu, maka setiap lembaga pendidikan perlu memberikan dukungan kepada setiap peserta didik. Beberapa tantangan yang akan dihadapi diantaranya kemajuan IPTEK, globalisasi, dan tenaga ahli yang mumpuni.
Namun saat ini, semua sudah lebih mudah dengan adanya teknologi seperti internet. Dengan internet, materi belajar dapat dicari dengan mudah. Hal itu juga menjadikan guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu. Peran guru pun sudah bergeser menjadi motivator, dinamisator, dan motivator.
Penegasan:
Peran guru masih sangat penting dan tidak tergantikan untuk memberikan pendidikan terbaik. Oleh karena itu, sistem pendidikan yang ada di lembaga pendidikan juga perlu ditingkatkan untuk memberikan kualitas terbaik
Contoh Teks Editorial 2: Transportasi Umum
Pengenalan Isu:
Dari tahun ke tahun, kemacetan menjadi masalah yang terus bertambah parah. Anekdot kemudian bermunculan seperti "Tua di Jalan" datang untuk mengkritik pemerintah mengenai kebijakannya dalam mengatur transportasi Indonesia.
Kemacetan di jalan tetap terjadi dan semakin parah memang hasil yang logis dari beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah penduduk, naiknya jumlah pembelian kendaraan pribadi, dan lambatnya pembangunan infrastruktur penghubung antar lokasi.
Argumentasi:
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia atau WHO, pada tahun 2019, Indonesia menduduki peringkat kedelapan di Asia Tenggara dengan tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas, dengan data kematian mencapai 12,2 persen dari 100.000 populasi.
Hal ini tentu saja dapat diminimalisasi dengan beralihnya kebiasaan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum. Saat ini, peran pemerintah sangat penting dalam hal pembangunan infrastruktur transportasi, baik dari kualitas armada maupun fasilitas yang memudahkan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.
Namun, tantangan selanjutnya adalah besarnya anggaran dan biaya yang harus dibayar untuk membangun sebuah sistem transportasi tersebut. Dengan keadaan melemahnya seluruh ekonomi di dunia pasca pandemi berlangsung, pemerintah perlu bijak dalam menetapkan prioritas pembangunan.
Penegasan:
Keadaan ini tentunya tak hanya dihadapi Indonesia. Banyak negara lain dengan kondisi yang relatif sama, tapi cukup berhasil mengatasi masalah kemacetan tersebut dengan mengembangkan transportasi umum yang memadai.
Indonesia tentunya dapat mencontoh hal positif tersebut untuk kebaikan bagi generasi selanjutnya. Namun, jika keputusan sudah dibuat, seharusnya konsisten dengan hal tersebut agar kita tak kembali mendengar hal buruk semacam proyek mangkrak, dan hal-hal negatif lainnya yang hanya menghabiskan anggaran negara.
Contoh Teks Editorial 3: Asupan Gula
Pengenalan Isu:
Anak-anak memang suka dengan makanan manis. Padahal konsumsi gula pada anak-anak sering dianggap kurang baik, terutama untuk kesehatan gigi anak. Namun, apakah benar tidak ada dampak positif dari konsumsi gula pada anak?
Argumentasi:
Menurut dr. Putri Sakti, gula memiliki beberapa jenis. Satu diantaranya adalah sukrosa atau yang biasa dikenal sebagai gula pasir. Saat gula pasir diolah dalam tubuh akan mampu menghasilkan energi yang penting untuk anak. Kemudian ada juga jenis lain yang disebut laktosa, yakni jenis gula yang diproduksi dari susu sapi dan produk turunannya. Laktosa ini bermanfaat untuk energi otak anak, memperlancar sistem pencernaan, serta pertumbuhan tulang. Konsumsi gula akan membawa dampak positif asalkan dikonsumsi sesuai dengan kadar yang telah ditentukan WHO maupun Kementerian Kesehatan. Anjuran tersebut menyatakan bahwa anak-anak usia 7-12 tahun sebaiknya tidak mengkonsumsi gula lebih dari 2-3 sendok makan per hari.
Penegasan:
Tidak perlu takut untuk memberikan asupan gula kepada anak asalkan masih dalam kadar sesuai yang dianjurkan.
(urw/hsr)