Bedah Buku Aldera, Eks Aktivis 98 Cerita Tim Mawar Minta Maaf soal Penculikan

Bedah Buku Aldera, Eks Aktivis 98 Cerita Tim Mawar Minta Maaf soal Penculikan

Xenos Zulyunico - detikSulsel
Jumat, 11 Nov 2022 20:38 WIB
Mantan aktivis 98 Pius Lustrilanang (berbaju batik) saat menghadiri bedah buku Aldera di Makassar.
Foto: Xenos Zulyunico/detikSulsel
Jakarta -

Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjend) Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) yang juga mantan Aktivis 98, Pius Lustrilanang menceritakan momen dirinya bermaaf-maafan dengan Tim Mawar dari kesatuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Tim Mawar sempat menculik Pius saat operasi penculikan para aktivis politik pro-demokrasi tahun 1998.

Momen itu diceritakan Pius Lustrilanang saat menjadi pembicara pada bedah buku ALDERA: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999, di Hotel Claro, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (11/11/2022).

"Setelah ketemu dengan Tim Mawar, mereka mohon maaf atas kesalahan di masa lalu. Saya bilang tidak ada masalah. Jika saya menjadi Anda saya juga pasti akan melakukan hal yang sama," ungkap Pius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pius mengatakan bahwa dia tidak pernah menganggap apa yang dilakukan Tim Mawar terhadap dirinya sebagai urusan personal. Dia menyebut, penculikan yang dia alami sewaktu memperjuangkan reformasi merupakan pertarungan ideologis.

"Ini adalah pertarungan ideologis pada saat itu dan Anda (Tim Mawar) sebagai prajurit emang harus melakukan (penculikan) itu," katanya mengenang momen itu.

ADVERTISEMENT

Pius mengaku setelah momen maaf-maafan itu, dia dan beberapa anggota Tim Mawar kemudian menjadi sahabat. Bahkan menurutnya, persahabatan itu dia jalin hingga saat ini.

"Saya cenderung percaya bahwa teman yang terjadi setelah pernah berkelahi justru lebih dekat dari teman yang belum pernah berkelahi," tuturnya.

Pius mengatakan para anggota Tim Mawar yang dulu menculiknya, kini telah menjadi prajurit perwira dengan pangkat yang tinggi. Pius menjelaskan sejak awal pihaknya tidak pernah ragu soal kehebatan Tim Mawar. Mengingat saa itu memang seluruh tim militer terbaik berada di bawah komando Kopassus.

"Tim Mawar sekarang, pangkatnya semua sudah jadi Jenderal. Mereka adalah perwira-perwira terbaik yang menanggung kesalahan masa lalu," ujarnya.

Pius Dikenal Progresif

Piu bercerita pada masa perjuangan reformasi, dulu dia dikenal sebagai mahasiswa yang progresif. Pius bahkan sempat berpikir bahwa pada saatnya perjuangan demokrasi membuthukan upaya-upaya kekerasan juga.

"Tapi beruntung pada akhirnya Suharto tumbang ya. Kalau enggak, mungkin Dr. Pius Lustrilanang ini dikenal sebagai Dr. Azhari (gembong teroris)," ungkap Pius.

Pius menambahkan bahwa dirinya sempat membuat sebuah organisasi para militer yang memang sengaja dibuat untuk menghadapi organisasi-organisasi negara pada zaman orde baru. Organisasi para militer itu dia berikan nama Brigade Siaga 1.

"Jadi pada saat demokrasi diancam, kekerasan diperlukan untuk membelanya, kita siap. Itu pandangan saya pada saat itu," ujarnya.




(asm/nvl)

Hide Ads