Letnan Kolonel (Letkol) Untung bin Samsoeri merupakan salah satu tokoh militer yang paling sering disebut namanya dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI. Namun siapa sangka dia sempat digebuk massa karena dikira copet saat melarikan diri usai peristiwa G30S PKI.
Dilansir dari detikEdu, posisi Letkol Untung yang strageis di Resimen Cakrabirawa, sebagai kesatuan khusus pengawal presiden membuatnya memiliki kekuasaan untuk menggerakkan pasukan di bawah komandonya untuk menculik sejumlah jenderal.
Letkol Untung sebenarnya orang baru di Cakrabirawa. Dikutip dari buku G30S, Fakta atau Rekayasa, karya Julius Pour, eks perwira provost Resimen Cakrabirawa, Letkol CPM Soehardi menuturkan Letkol Untung baru pindah ke Jakarta pada awal Mei 1965.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Untung merupakan komandan pasukan elite di bawah Kodam Diponegoro. Dia memimpin Batalyon 454/Para atau yang populer disebut Banteng Raider.
"Pasukan elite ini dengan kemampuan lintas udara serta bertempur di rimba dan gunung," ujar Soehardi saat menjelaskan sosok Letkol Untung.
Letkol Untung membawa serta sejumlah anak buahnya ketika dimutasi ke Jakarta. Para prajurit ini yang kemudian dimanfaatkan Untung pada peristiwa G30S PKI.
Sebagai komandan pasukan elite, Letkol Untung memiliki pengalaman tempur yang mumpuni. Dia disambut Presiden Soekarno yang didampingi Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto di Istana Merdeka pada Februari 1963.
Untung yang saat itu berpangkat mayor dan baru berusia 36 tahun pulang dari operasi Trikora di Irian.
Untung diganjar penghargaan Bintang Sakti atas jasa dan keberaniaanya dalam operasi itu. Bintang Sakti adalah penghargaan yang tertinggi untuk anggota militer.
Selain kepada Untung, saat itu Presiden Sukarno juga menyematkan Bintang Sakti untuk Mayor Benny Moerdani. Benny kelak menduduki posisi tertinggi di dinas militer yakni sebagai Panglima ABRI.
Simak selengkapnya soal Letkol Untung dikeroyok di halaman berikutnya...
Pelarian Letkol Untung-Digebuk Warga gegara Dikira Copet
Pada pertengahan Oktober 1965, usai meletusnya peristiwa G30S PKI yang berakhir dengan kegagalan, Letkol Untung memilih meninggalkan Jakarta menuju Jawa Tengah.
Letkol untuk menggunakan bus malam dalam perjalannya menuju Jawa Tengah. Dia mencoba berbaur dengan para penumpang lain dengan menyamar memakai pakaian sipil.
Saat bus hendak memasuki daerah Tegal, bus berhenti di sebuah pos pemeriksaan. Untung yang khawatir dirinya akan dikenali memutuskan untuk turun dari bus dan melarikan diri.
Apesnya Letkol Untung langsung dikejar dan diringkus massa di sebuah kebun tebu. Bahkan dia digebuki oleh massa yang mengejarnya.
Versi lain menyebutkan saat menumpang bus tersebut ada beberapa prajurit ABRI di dalamnya. Ia curiga identitasnya telah diketahui.
Letkol Untung kemudian memutuskan lompat dari bus. Malangnya, kakinya terbentur tiang hingga dia terjatuh. Warga mengira Letkol Untung adalah copet sehingga mereka mengeroyoknya.
Setelah itu, Untung diserahkan kepada CPM. Untung dibawa ke Jakarta memakai kendaraan panser dengan kondisi kaki dan tangan dirantai. Ia lalu dimasukkan ke blok isolasi di LP Salemba. Untung kemudian dihadapkan ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).
Gedung yang saat ini menjadi kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di seberang Taman Suropati, Jakarta Pusat dipilih jadi tempat digelarnya persidangan Mahmilub atas sejumlah tokoh yang dituding terlibat G30S PKI.
Letkol Untung mulai disidang pada 16 Februari 1966 yang berlangsung hingga awal Maret 1966. Persidangan itu berlangsung secara maraton, setiap hari tanpa jeda.
Letkol CKH Iskandar SH bertindak sebagai Oditur dengan Ketua Majelis Hakim Letkol CKH Soedjono Wirjohatmodjo dibantu Letkol (Udara) Zaidun Pakti, AKB (Pol) Drs. Kemal Mahisa, Mayor (AL) Hasan Basjari, dan Mayor (Tit) Sugondo Kartanegara.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Dikutip dari buku G30S, Fakta atau Rekayasa karya Julius Pour selama persidangan, Untung menolak dituduh dirinya bermaksud akan menggulingkan pemerintah serta merebut kekuasaan dari Presiden Sukarno.
Saat ditanya Oditur, siapa yang punya gagasan menggulingkan pemerintah, Letkol Untung mengatakan tidak pernah muncul gagasan semacam itu. Menurutnya rencana mereka adalah membentuk kekuatan serta organisasi untuk mencegah kudeta yang akan dilakukan Dewan Jenderal.
"Selain itu, kami juga membentuk Dewan Revolusi untuk membersihkan semua anggota Dewan Jenderal," ujar Untung. Ia pun merasa yakin ada rencana kup dari Dewan Jenderal. Kudeta itu menurut Untung dalam pembelaannya akan terjadi pada awal bulan Oktober 1965, jelang peringatan HUT ke-20 ABRI.
Untung mengungkapkan, ada pengalaman Istana Negara dikepung dengan tank dan meriam pada 17 Oktober 1952 dan serangkaian peristiwa yang mengancam Presiden Sukarno lainnya.
"Dengan pertimbangan lebih baik mendahului daripada didahului, kami orang-orang yang sederhana ini, memberanikan diri untuk memimpin Gerakan 30 September, menggagalkan coup dari Dewan Jenderal...," ujarnya.
Dalam persidangan, Letkol Untung pun menyatakan dirinya setia pada presiden. Ia berkata, "... setelah aksi tersebut kita laporkan kepada presiden di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, beliau justru memberi perintah.. hentikan."
"Segera, gerakan seluruh pasukan langsung saya hentikan, untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah. Saya selalu patuh kepada perintah presiden. Maka saya memerintahkan Letnan I Dul Arief, Komandan Pasukan Pasopati, yang sedang berada di Central Komando I Kantor PN Penas, untuk mengundurkan diri, kembali ke basis di daerah Lubang Buaya. Saya taat kepada perintah presiden."
Kolonel Untung akhirnya dijatuhi hukuman mati pada 7 Maret 1966. Beberapa hal yang memberatkan di antaranya Untung tak pernah merasa bersalah dan kejahatannya berkualitas ganda.
Pengacara Letkol Untung, Gumuljo Wreksoatmodjo sempat mengirimkan surat pada presiden untuk memohon grasi. Namun ketika dikunjungi Oditur di sel penjaranya, Untung menyatakan tidak bersedia mengajukan grasi.
Ia beralasan, Gerakan 30 September tidak mempunyai tujuan lain, kecuali menyelamatkan revolusi dan Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno dari rencana coup Dewan Jenderal.
Lalu menurutnya, prolog Gerakan 30 September yakni rencana coup tersebut akhirnya tidak pernah diselesaikan. Terakhir, Letkol Untung mengatakan dirinya tak pernah berniat menggulingkan pemerintahan ataupun melakukan pemberontakan bersenjata.
Simak Video "Hari Kesaktian Pancasila dari G30S PKI"
[Gambas:Video 20detik]
(xez/hmw)