Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) menutup sementara lalu lintas hewan ternak atau lockdown menyusul temuan suspek penyakit mulut dan kaki atau PMK di Tana Toraja. Kebijakan ini untuk mencegah penyebaran PMK akibat tingginya permintaan hewan kurban jelang Idul Adha.
"Sudah lockdown, tidak ada lagi pergerakan ternak keluar masuk. Sudah disepakati," ungkap Plh Gubernur Sulsel Abdul Hayat kepada detikSulsel, Kamis (7/7/2022).
Hayat menuturkan dengan kesepakatan ini tidak ada lagi lalu lintas hewan ternak antarkabupaten untuk mencegah terjadinya penularan PMK. Lockdown ini bersifat sementara sembari menanti uji sampel 18 kerbau di Toraja yang bergejala PMK di Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada pergerakan hewan ternak (antarkabupaten di Sulsel) hingga situasi di Toraja terkendali," ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nurlina Saking mengatakan penutupan arus lalu lintas ternak adalah langkah efektif dalam mencegah semakin banyaknya hewan yang terjangkit dan meluas hingga ke kabupaten lainnya. Penanganan penyakit menular salah satunya dengan lockdown.
"Menutup lalu lintas merupakan tindakan sangat efektif dalam mencegah penyebaran penyakit yang bergerak cepat, sementara kami terus menginvestigasi temuan ini," jelasnya
Sebelumnya diberitkan, temuan 18 kerbau di Tana Toraja yang ditemukan bergejala klinis penyakit mulut dan kuku atau (PMK) membuat daerah lain di Sulsel waspada. Jeneponto dan Bone disebut sudah menutup lalu lintas jual beli ternak.
"Jeneponto dan Bone itu yang sudah melakukan penutupan (sementara). Tentu saja Toraja juga, kan sudah ada yang suspek," ungkap Nurlina Saking kepada detikSulsel, Rabu (6/7).
Nurlina menuturkan 18 kerbau di Toraja ini memang terindikasi ada gejala PMK. Dia menegaskan 18 ekor kerbau tersebut memang sudah masuk kategori suspek PMK.
"Iya, sudah masuk. Tim kita juga sudah turun ke lapangan sudah melakukan inspeksi tadi, jadi memang gejalanya suspek PMK," tuturnya.
(tau/hmw)