Kasus stunting di Kabupaten Tana Toraja (Tator), Sulawesi Selatan (Sulsel) naik menjadi 29 persen. Bupati Tator Theofilus Allorerung mengklaim kenaikan tersebut karena pendataan yang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
"Dari data hasil studi status gizi Indonesia (SSGI) Tana Toraja, angka stunting kita meningkat (jadi) 29 persen. Tapi data ini berbeda di lapangan. Ternyata tim ambil kesimpulan hanya berdasarkan ukuran tinggi badan anak," kata Theofilus Allorerung kepada detikSulsel, Sabtu (11/6/2022).
Theofilus mengungkapkan, tim evaluasi dan monitoringnya selama ini belum bekerja dengan baik. Pasalnya, data SSGI jauh berbeda dibanding dengan data aplikasi elektronik-pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (ePPPGM) yang hanya pada angka 16 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penanganan stunting itu harus dilakukan secara bertahap. Mulai dari monitoring dan evaluasi lapangan sampai mengetahui sebab akibat anak bisa mengalami stunting. Baik dari sisi ekonomi, pendidikan, lingkungan, atau pola asuh," ungkap Theofilus.
"Jadi penanganan stunting ini menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama ya, terutama tim yang telah dibentuk," lanjutnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Tator dr Zadrak Tombeg meminta tim serius dalam memvalidasi data dalam penanganan stunting.
"Saya minta fokus, validasi dan mengatur data sesuai dari tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten," ujarnya, saat dikonfirmasi terpisah.
Zadrak membeberkan, pentingnya validasi data dalam penanganan stunting secara maksimal. Tim harus bertanggung jawabkan dengan data yang telah dikeluarkan.
"Bagaimanapun, jika tanpa data valid sulit dikatakan berhasil. Jadi saya harap fokus dan serius validasi data," tandasnya.
(asm/sar)