Duduk Perkara Siswi SD Tak Punya Seragam-HP Diusir Guru Berujung Salah Paham

Kalimantan Timur

Duduk Perkara Siswi SD Tak Punya Seragam-HP Diusir Guru Berujung Salah Paham

Tim detikSulsel - detikSulsel
Selasa, 07 Jun 2022 08:31 WIB
Wali Kota Samarinda Andi Harun mendatangi kediaman MF, siswi SD yang diusir guru gegera tak punya HP dan seragam sekolah.
Foto: Wali Kota Samarinda Andi Harun mendatangi kediaman MF, siswi SD yang diusir guru gegera tak punya HP dan seragam sekolah. (dok. istimewa)
Samarinda -

Kasus siswi SD 002 Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) inisial MF (10) diusir guru dari kelas gegera tak punya seragam sekolah dan handphone (HP) kini telah dimediasi. Keluarga MF dan pihak guru mengaku ini hanya salah paham.

Kedua pihak sudah dipertemukan di kediaman MF, Senin (6/6/2022). Pertemuan ini difasilitasi langsung Wali Kota Samarinda Andi Harun yang turut datang meninjau kondisi keluarga MF.

MF awalnya disebut diusir karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka (PTM). Alasannya karena MF tidak memiliki HP dan seragam sekolah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat itu saya ingin mengantarkan pensil, karena saat itu saya ingat keponakan saya tidak punya pensil. Saya ke sekolah, tapi saat di sekolah dia (MF) sudah ditemukan relawan menangis di pinggir jalan," ujar bibi MF, Munawarah kepada detikcom, Sabtu (4/6).

Dia sempat tak percaya atas pengakuan MF yang diusir gurunya pada Selasa (24/5) itu. Bahkan mengira MF berbohong telah diusir guru karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring maupun PTM.

ADVERTISEMENT

"Saya pikir keponakan saya ini berbohong, tapi saat saya dengar sendiri dari teman kelasnya, mengatakan MF diusir, begitu sakit hatinya saya, sebab MF ini sangat butuh kasih sayang orang tua," ungkapnya.

Munawarah mengatakan MF saat itu mengalami tindakan tidak menyenangkan dari teman kelasnya. MF bercerita bahwa dirinya diusir lalu dilempar kertas, tangan MF juga ditarik paksa oleh seorang oknum guru.

"Dia (MF) di-bully oleh teman sekolahnya saat diusir, dan sempat dilempar kertas, ditambah ada seorang guru olahraga yang melakukan tindakan kasar dengan menarik tangannya hingga kesakitan," sebutnya.

Penjelasan Guru Usir Siswi SD

Setelah dipertemukan dengan keluarga MF, guru yang juga wali kelas MF, Linsawati menjelaskan duduk perkara kejadian tersebut. Dia menyebut ada kesalahpahaman dalam menangkap instruksi yang diberikan kepada MF.

"Terima kasih atas wali kota yang sudah memediasi kami, dan akhirnya yang diberitakan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Semoga tidak ada lagi pihak yang disudutkan," ujar Lisnawati kepada detikcom, Senin (6/6).

Lisnawati mengaku tidak pernah ada niatan untuk mengusir MF dari kelas saat hendak mengikuti ujian sekolah. Menurutnya, saat itu ia meminta MF pulang untuk memanggil orang tuanya untuk memberi penjelasan terkait ketidakhadirannya dalam pembelajaran daring.

"Kami mengaku salah atas tindakan itu (minta siswa pulang panggil ortu), yang jelas ini hanya kesalahpahaman, karena dampak COVID-19, dan fokus terbagi lantaran mengurus murid-murid lain," ucapnya.

Atas kesalahpamahan ini, dia pun berharap tidak terjadi lagi kejadian serupa. Lisnawati meminta setiap orang tua aktif menyampaikan kondisi anakanya kepada pihak sekolah di masa pembelajaran daring.

"Semoga ke depan pihak orang tua lebih aktif komunikasi dengan kami, supaya kami tahu kondisinya itu bagaimana," ujar dia.

Walkot Samarinda Tegaskan Hanya Salah Paham

Wali Kota (Walkot) Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) Andi Harun mengungkapkan kasus yang dialamai MF hanya salah paham. Dia sudah meminta penjelasan dari kedua pihak.

Di kediaman MF, kedua pihak diminta untuk menceritakan kejadian yang dialami MF. Andi Harun kemudian menyimpulkan kejadian ini adalah sebuah kesalahpahaman.

"Setelah mendengarkan kedua belah pihak ternyata ini ada kesalahpahaman, tidak seperti yang berkembang," kata dia, di kediaman MF, Senin (6/6).

Lebih lanjut Andi Harun menilai pihak sekolah sudah menjalankan aturan sesuai arahan Pemkot Samarinda. Siswa yang tidak ikut pembelajaran daring memang diberikan tindakan disiplin, yakni dengan memanggil orang tua siswa.

"Ini bermula saat kebijakan pemerintah meliburkan PTM (pembelajaran tatap muka) dan diganti secara virtual (daring). Ananda MF ini saat itu tidak masuk, aturan bagi yang tidak masuk ada tindakan disiplin sekolah. Di sinilah titik miss komunikasinya atau kesalahpahaman," paparnya.

Andi Harun juga menerangkan bahwa pihak sekolah telah berusaha berkomunikasi dengan wali MF. Bahkan upaya komunikasi itu terjadi hingga satu tahun.

"Pihak sekolah sudah berusaha mencari tapi terputus, sehingga wali kelasnya tidak mengetahui persis keadaan adik kita ini," ungkapnya.

"Setelah mediasi tadi, saya nyatakan hari ini clear, dua belah pihak sudah dipertemukan, dan telah saling memaafkan, ini hanya kesalahpahaman," lanjutnya.




(asm/nvl)

Hide Ads